Scroll untuk membaca artikel
Tri Apriyani
ilustrasi milenial [shutterstock]

Pada perkembangan zaman para kaum Millenial dituntut untuk  memberi perubahan. Perubahan itu bisa berupa hal baik mapun hal buruk. Tergantung bagaimana kaum milenial berperan aktif dalam dunia politik

Tahun 2020 menjadi momentum politik yang membutuhkan peran generasi milenial yang cakap media, tanggap, dan kreatif. Langkah-langkah strategis generasi milenial dalam mengisi pesta demokrasi dapat dilakukan dengan beragam cara, misalnya mendorong gerakan antigolput atau kampanye hashtag yang positif demi pilkada berkualitas.

Generasi milenial menjadi topik yang cukup hangat di berbagai kalangan, mulai dari segi pendidikan, teknologi, politik, maupun moral dan budayanya. Generasi milenial kadang disebut dengan generasi Y, sekelompok orang yang lahir setelah generasi X, yaitu orang yang lahir pada kisaran tahun 1980-2000an. Artinya generasi milenial adalah generasi muda yang berumur 17-37 pada tahun ini.

Generasi milenial dianggap spesial karena memiliki perbedaan yang cukup tajam dengan generasi sebelumnya, apalagi dalam hal teknologi.

Generasi milenial memiliki ciri khas tersendiri, mereka lahir pada saat TV sudah berwarna, handphone semakin canggih, serta fasilitas internet yang sudah massif diperkenalkan, sehingga tidak heran jika generasi milenial ini sangat mahir dalam teknologi.

Posisi generasi milenial sangat diperhitungkan pada pilkada di berbagai daerah. Generasi melineal adalah bagian dari penentu kemajuan dan keberhasilan demokrasi, baik di tingkat daerah maupun nasional.

Kewajiban kaum milenial adalah memegang kendali untuk dunia politik. Bersikap aktif untuk mengkritisi kebijakan pemerintah. Dan generasi milenial tidak boleh berdiam diri dan mengiyakan semua tindakan politik pemerintahan. Akan tetapi harus dan bahkan wajib mengkritik. 

Salah satu hal penting yang kerap terjadi pada pelaksanaan Pilkada adalah soal perebutan kekuasaan yang bisa melahirkan persaudaraan atau bahkan bisa menimbulkan permusuhan.

Keduanya mudah sekali terjadi. Sekalipun, dalam politik tidak ada baik kawan maupun musuh abadi, semua hal tadi bisa terjadi, tergantung permainan waktu dan kepentingan. Banyak politisi yang semula lawan menjadi kawan politik begitu juga sebaliknya.

Dalam hal ini, partisipasi politik generasi milenial tentu sangat berpengaruh karena dari persentase jumlah pemilih, generasi milenial menyumbang suara cukup banyak dalam keberlangsungan Pilkada 2020 ini. Kepentingan elit politik yang secara langsung terlibat dalam penyelenggaraan aktivitas politik, lebih mementingkan kepentingan golongan dan terkesan menghambat keterlibatan pemuda/ milenial dengan ideologi yang dibawa.

Dengan peran generasi milenial sebagai pemilih yang memiliki sumbangsih terhadap suara hasil pemilihan yang cukup besar, maka posisi generasi milenial menjadi sangat strategis.

Oleh: Moch Wahyu Nanda Ramadhani / Mahasiswa Program Studi Ilmu Pemerintahan. Universitas Muhammadiyah Malang
Email: mwahyunr@gmail.com