Scroll untuk membaca artikel
Tri Apriyani | ilham wahyu hidayat
Ilustrasi video call di tengah wabah corona

Corona masih belum bisa dikendalikan. Setiap hari media massa mulai cetak sampai siber terus memberitakan korban yang terinfeksi virus ini terus berjatuhan. Salah satu langkah mengantisipasi agar dampak virus ini tidak melebar, menjaga jarak sosial terus digiatkan pemerintah pada masyarakat.

Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal harus merespon situasi ini dengan tepat. Sebisa mungkin sekolah harus mengantisipasi agar corona tidak menyebar di lingkungannya. Salah satu caranya dengan mengubah pola pembelajaran tatap muka dengan pembelajaran jarak jauh.

Pendidikan jarak jauh adalah pendidikan yang peserta didiknya terpisah dari pendidik dan pembelajarannya menggunakan berbagai sumber belajar melalui teknologi komunikasi, informasi, dan media lain. Demikian menurut Pasal 1 UU RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Dalam Pasal 31 Ayat 2 UU RI di atas juga disebutkan pendidikan jarak jauh berfungsi memberikan layanan pendidikan kepada kelompok masyarakat yang tidak dapat mengikuti pendidikan secara tatap muka atau reguler.

Lebih lanjut lagi, yaitu di Ayat 3 dalam Pasal di atas juga dinyatakan pendidikan jarak jauh diselenggarakan dalam berbagai bentuk, modus, dan cakupan yang didukung oleh sarana dan layanan belajar serta sistem penilaian yang menjamin mutu lulusan sesuai dengan standar nasional pendidikan.

Untuk melaksanakan pembelajaran jarak jauh ini guru perlu sarana. Sekedar alternatif, salah satu sarana yang dapat manfaatkan guru dengan menggunakan gadget dalam pembelajaran. Secara logis hal ini tentu bukan tanpa alasan.

Jaman sekarang gadget bukan barang mewah. Buktinya hampir semua orang memilikinya. Mulai anak kecil sampai orang tua sudah akrab dengannya. Semua orang menggunakannya untuk berbagai keperluan. Termasuk di dalamnya anak-anak dalam usia sekolah. Atas dasar semua inilah gadget sangat potensial sebagai sarana pembelajaran.

Menggunakan gadget sebagai sarana pembelajaran jarak jauh, perlu aplikasi tambahan. Sekedar alternatif, aplikasi yang dapat dipergunakan antara lain Whats App, google form, google sheet, google slide dan google drive. Aplikasi-aplikasi tersebut umumnya menjadi aplikasi bawaan dalam gadget.

Jika aplikasi-aplikasi tersebut tidak tersedia sebagai aplikasi bawaan, pengguna dapat mengunduhnya di playstore yang juga merupakan aplikasi bawaan pada gadget bersistem operasi android.

Aplikasi Whats App dapat dipergunakan guru sebagai pengganti kelas. Cara operasionalnya mudah. Guru tinggal membentuk grup kelas. Melalui grup tersebut guru menyampaikan materi pembelajaran.

Materi pembelajaran yang diberikan guru dalam grup kelas bisa beragam dalam bentuk penyampaian. Bentuknya dapat berupa teks, gambar, video dan suara. Bahkan keempatnya dapat diberikan secara bersamaan.

Dalam grup kelas tersebut siswa juga dapat berinteraksi. Siswa dapat bertanya secara langsung pada guru atau juga menjawab pertanyaan-pertanyaan umpan balik yang diberikan guru.

Sekadar alternatif, dalam memberikan materi pembelajaran pada grup kelas, guru dapat memanfaatkan Google Slide. Aplikasi ini menyerupai Microsoft Power Point dalam produknya Microsoft. Melalui aplikasi ini guru dapat memberikan point atau pokok-pokok materi pembelajaran.

Setelah materi diberikan guru dapat mengukur pemahaman siswa dengan melakanakan tes. Untuk kegiatan ini guru menggunakan aplikasi Google Form.

Google form memiliki begitu banyak fitur tes yang mendukung penilaian yang dilakukan guru. Bentuk tes yang dapat diperguakan guru dengan aplikasi ini antara lain tes pilihan ganda (multiple choice), tes esai jawaban pendek dan juga esai jawaban panjang.

Dengan menggunakan Google Form ini secara nyata efektifitas dan efisiensi penilaian akan tercapai. Dengan menggunakan aplikasi ini dalam penilaian, guru tidak perlu lagi mengoreksi jawaban siswa. Semua nilai siswa akan langsung muncul setelah siswa selesai mengerjakan soal yang diberikan.

Nilai yang diperoleh siswa tersebut dapat diolah guru dengan menggunakan Google Sheet. Aplikasi ini mirip dengan Microsoft Excel. Dengan menggunakan aplikasi ini guru dapat memanajemen nilai siswa menggunakan berbagai fitur rumus yang disediakan dalam aplikasi ini.

Semua hasil penilaian, materi pembelajaran, dan juga soal-soal yang dibuat guru dengan Google Form di atas dapat disimpan secara online. Penyimpanan bukan dengan flash disk atau hard disk eksternal tapi menggunakan Google Drive.

Google Drive memiliki kapasitas lumayan besar. Secara gratis Google memberikan lebih dari 10 Giga Byte untuk satu akun Google yang terdaftar.

Semua yang disampaikan di atas hanya sekedar alternatif model pembelajaran. Guru dapat menggunakan model lain dengan aplikasi jenis lainnya juga.

Satu hal yang harus diingat, penggunaan teknologi informasi dan komunikasi merupakan keharusan dalam pendidikan. Secara tegas hal ini telah disampaikan dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) Nomor 22 Tahun 2016.

Pada Bab 1 Permendikbud itu disebutkan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran. Berdasarkan hal ini penggunaan gadget dalam pembelajaran merupakan alternatif yang patut dilaksanakan. Sudah pasti juga dalam pelaksanaannya guru harus berpegang pada konsep pendidikan.

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya. Demikian definisi menurut Pasal 1 UU RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Berdasarkan definisi di atas diperlukan perencanaan yang matang proses pembelajaran yang hendak dilaksanakan. Tanpa perencanaan, pembelajaran tidak akan mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan.

Oleh: Ilham Wahyu Hidayat / Guru SMP Negeri 11 Malang

ilham wahyu hidayat