Sebagai mantan guru yang pernah mendidik dan membimbing siswa/siswi di sebuah Sekolah Dasar di Kota Medan, problema pendidikan dalam menghadapi Pandemi Corona tidak bisa dipandang sebelah mata.
Di perkotaan, cara belajar secara E-learning atau Pembelajaran Daring mungkin bukan suatu hal yang sulit. Namun, coba kita bayangkan bagaimana anak-anak didik yang berada di pedesaan? Apakah mereka juga bisa mendapatkan pendidikan yang sama seperti E-learning?
Sebagian dari mereka mungkin tak memiliki elektronik canggih, jangankan televisi dan laptop, gadget saja mungkin tidak punya. Lalu, apakah cara belajar E-learning ini sudah cukup maksimal? Menurut saya tidak. Cara belajar seperti ini hanya bertumpu pada satu pihak, yaitu mereka yang tinggal di perkotaan dan memiliki fasilitas yang mencukupi.
Ada artikel yang menyebutkan tentang guru di Garut yang harus mendatangi rumah-rumah anak muridnya demi memberikan pembelajaran yang hampir saja tertinggal karena Pandemi Corona.
Mengapa bisa terjadi demikian? Karena sistem pendidikan yang sedang dijalankan saat menghadapi Pandemi ini adalah sistem E-learning atau Pembelajaran Daring yang tidak memandang semua aspek kehidupan yang ada di dalamnya.
Keterbatasan fasilitas yang ada di desa tidak membuat pemerintah kita mencari jalan keluar lainnya, maka kesadaran kita sebagai tenaga pendidiklah yang harus dibangkitkan. Mari sama-sama kita doakan agar Pandemi Corona ini segera berakhir dan sistem pemerintahan juga pendidikan Indonesia dapat berjalan dengan baik seperti sedia kala.
Baca Juga
Artikel Terkait
-
Tak Ada Sinyal, Pelajar di Agam Tempuh Dua Kilometer Ikuti Kelas Daring
-
Bukan Rumahmu yang Sempit Tapi Pikiranmu yang Tak Luas
-
Lomba Menulis Bersama Yoursay #ProduktifSaatPandemi
-
Tips Mengatasi Creative Block bagi Pekerja Industri Kreatif
-
6 Rekomendasi Drama Korea Pilihan yang Wajib Kamu Tonton Selama #DiRumahAja
News
-
Saat Gen Z Jogja Melawan Stres dengan Merangkai 'Mini Hutan'
-
Teman Sintas, Ruang Aman Berbasis Komunitas untuk Mendampingi Penyintas
-
Dampak Jangka Panjang Bullying: Dari Depresi hingga PTSD pada Remaja
-
Cerita Ruangkan, Solusi dari Bayang-Bayang Burnout dalam Hustle Culture
-
Muda, Berbudaya, dan Adaptif: Tukar Akar Hadirkan Sastra yang Lebih Inklusif