Scroll untuk membaca artikel
Tri Apriyani
Ilustrasi swa-karantina / self quarantine (unsplash/Jose Antonio Gallego Vázquez)

Virus Corona telah menyebar ke banyak tempat. Hal ini membuat pemerintah menerapkan PSBB atau Pembatasan Sosial Berskala Besar. Masyarakat dilarang berkumpul di luar rumah. Sekolah pun dilakukan di rumah.

Akibat PSBB ini, banyak orang menghabiskan waktu di rumah. Bagi orang yang senang bepergian tentu akan mudah merasa bosan. Oleh sebab itu, aku mencoba melakukan berbagai kegiatan, seperti memasak, bermain media sosial, belajar hal-hal baru melalui tutorial dan lainnya.

Hal ini sedikit menghibur dan bermanfaat tentunya. Tetapi, seiring berjalannya waktu, aku terus merasa bosan. Rasanya aku tidak tahu harus melakukan apalagi. Semua hal sudah coba kulakukan, tapi tetap saja rasa bosan bisa datang kapan saja.

Terlebih lagi, aku seorang anak tunggal. Aku benar-benar merasa kesepian. Hari-hariku hanya ditemani oleh telepon genggam dan laptop. Setiap hari aku menonton idola yang sangat kusukai, film, dan memutar lagu favorit.

Setelah itu aku membantu kedua orang tuaku membersihkan rumah dan menyiapkan makanan. Walaupun melakukan beberapa kegiatan di rumah, tetap saja aku merasa bosan dan kesepian.

Memasuki Ramadhan 1441 Hijriah, rasa kesepianku semakin besar. Bagaimana tidak, biasanya saat awal bulan puasa selalu ada pawai obor di rumahku. Lalu, saat sahur selalu ada bedug keliling. Tidak lupa pula rencana berbuka bersama dengan teman-temanku dan teraweh. Namun, semuanya terlewat begitu saja.

Tidak ada pawai obor, bedug keliling, teraweh dan berbuka bersama. Aku berjalan keluar rumah untuk membeli beberapa keperluan. Masjid, jalanan, dan tempat makan terlihat sepi. Bisa dihitung dengan jari berapa jumlah orang yang berada di sana. Tidak ada lagi keramaian seperti biasanya.

Aku merindukan Ramadhan. Ramadhan yang penuh suka bersama teman-temanku. Ramadhan yang penuh keramaian. Muda-mudi yang huru-hara pergi ke masjid. Ramainya jalanan saat jalan-jalan sore menunggu waktu berbuka.

Angin berhembus membelai wajahku. Aku memandang langit yang berwana hitam dipenuhi bintang. Teringat olehku, canda tawa bersama teman-temanku di sekolah. Aku merindukan mereka. Merindukan setiap momennya. Rindu berkumpul bersama. Kapan pandemi ini akan berakhir?

Oleh: Ade Amalia Choerunisa
Email: adeamaliach@gmail.com