Tanpa kita sadari, kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari ternyata cukup konsumtif dan boros energi. Dari meninggalkan lampu yang menyala di kamar kosong, memakai sedotan untuk minum, membeli air minum dalam kemasan setiap hari, menggunakan plastik sebagai kantong untuk membawa barang, sampai dengan membuang-buang kertas yang sebenarnya masih bisa kita pakai.
Dengan banyaknya perilaku konsumtif dan boros akan energi tersebut yang membuat situasi dan kondisi lingkungan menjadi lebih tidak nyaman. Hasil emisi yang dihasilkan oleh perilaku konsumtif dan boros energi ini membuat lingkungan yang kita tinggali menjadi kotor dan tidak sehat. Polusi dari hal tersebutlah yang menghasilkan sebuah situasi yang bernama efek gas rumah kaca. Namun, apakah sebenarnya efek rumah kaca itu?
Efek rumah kaca merupakan sebuah proses dari suatu pemanasan. Pemanasan yang dimaksud disini adalah kondisi bumi yang mengalami pemanasan dan suhunya akan terus mengalami peningkatan yang di mana keadaan suhu bumi bisa nyaris tidak ada bedanya dengan suhu pada malam ataupun pada siang hari. Kondisi tersebut tentunya bisa menimbulkan ketidakseimbangan pada alam dan ekosistem yang ada di sekitarnya
Secara alamiah, efek gas rumah kaca dihasilkan dari kegiatan sehari-hari manusia, namun sejak tahun 1950-an efek gas CO2 dan juga metana meningkat secara drastis yang disebabkan oleh semakin majunya industri yang berbanding lurus dengan konsumsi energi.
Pada dasarnya, efek rumah kaca memang dibutuhkan untuk menjaga suhu bumi, agar perbedaan suhu antara siang dan malam tidak terlalu besar. Namun efek rumah kaca yang berlebihan akan menyebabkan pemanasan global dimana suhu di bumi akan naik secara signifikan yang ditandai dengan hal-hal antara lain mencairnya es di kutub, rusaknya ekosistem, naiknya ketinggian permukaan air laut dan perubahan iklim yang cukup ekstrim.
Jika melihat beberapa tahun belakang ini, penyebab terbesar dari efek gas rumah kaca adalah gas karbon dioksida. Gas ini terdiri dari karbon dan oksigen. Karbon dioksida banyak terdapat di sekitar kita. Selain dari proses pernafasan, karbon dioksida juga berasal dari makhluk hidup yang membusuk, bahan bakar fosil berupa batu bara dan minyak bumi. Serta hampir seluruh aktivitas manusia yang membutuhkan listrik atau konsumsi dan penggunaan barang yang diproduksi dengan mesin, menghasilkan karbon dioksida.
Dampak Gas Rumah Kaca
Dalam jumlah yang berlebih, gas rumah kaca tentunya akan memiliki dampak negatif yang merugikan manusia dan juga lingkungan. Berikut merupakan dampak dari gas rumah kaca:
1. Iklim yang tidak stabil
Apabila gas rumah kaca sudah terlalu banyak, maka dapat menyebabkan iklim menjadi tidak stabil. Suhu di bumi ketika memasuki musim kemarau ataupun musim dingin menjadi ekstrim dan bahkan bisa menyebabkan musim mengalami pergeseran apabila gas tersebut sudah berada dalam level yang berbahaya.
2. Meningkatnya suhu bumi
Gas yang terlalu banyak di atmosfer dapat menyebabkan terperangkapnya panas matahari di bumi. Gas tersebut menyebabkan suhu bumi akan meningkat sehingga ekosistem yang ada akan terganggu apabila peningkatan ini terjadi secara terus menerus.
3. Naiknya permukaan air laut
Naiknya permukaan air laut dapat dihubungkan dengan meningkatnya suhu bumi, yang mana peningkatan suhu bumi menyebabkan es di kutub mencair. Dengan banyaknya es yang mencair, otomatis permukaan air laut juga akan meningkat.
Apabila hal itu terjadi terus menerus dapat mengakibatkan banjir pada wilayang yang lebih rendah, bahkan jika sudah dalam level yang berbahaya, kenaikan permukaan air laut dapat menyebabkan semakin kecilnya luas daratan
Mengurangi Efek Gas rumah Kaca
Karena kondisi gas rumah kaca yang sudah semakin tebal dan meningkat secara pesat membuat banyak yang akhirnya sadar bahwa kondisi tersebut tidak boleh dibiarkan terlalu lama. Ada beberapa cara yang dapat kita lakukan untuk mengurangi efek gas rumah kaca, antara lain:
1. Menggurangi penggunaan kendaraan pribadi
Dengan mengurangi penggunaan kendaraan pribadi, ini berarti kita juga mengurangi jumlah polusi dari hasil pembakaran mesin bermotor. Untuk menguranginya kita dapat menggunakan kendaraan publik, dengan menggunakan kendaraan publik selain bisa mengurangi tingkat polusi kita juga bisa mengurangi tingkat kemacetan.
2. Membatasi penggunaan pendingin udara di rumah
Seperti yang kita tahu, pendingin udara membutuhkan suatu gas yang disebut CFC (Cloro Fluorocarbon) yang dapat membuat lapisan ozon menipis sehingga menyebabkan sinar matahari langsung menuju ke bumi (tidak tersaring lapisan ozon). Maka dari itu kita perlu berhati-hati ketika sedang mengisi gas pendingin udara agar tidak terjadi kebocoran yang bisa berakibat sangat fatal.
3. Efisiensi penggunaan listrik
Dengan meminimalisir penggunaan listrik kita dapat mengurangi efek gas rumah kaca. Cara yang dapat dilakukan adalah dengan mematikan lampu yang tidak digunakan serta mencabut alat elektronik yang tidak digunakan.
4. Mengurangi penggunaan botol plastik serta sedotan plastik sekali pakai
Untuk mengurangi penggunaan botol plastik serta sedotan plastik sekali pakai kita dapat mengganti dengan botol serta sedotan yang dapat digunakan ulang serta ramah lingkungan.
5. Mengelola sampah
Pengelolaan sampah rumah tangga maupun limbah pabrik dapat dilakukan dengan mengolah sampah menjadi kompos dan memisahkan sampah organik dan non-organic.
Baca Juga
Artikel Terkait
-
Mahasiswa Universitas Lampung Ajak Warga Gotong Royong Peduli Lingkungan
-
4 Akomodasi Ramah Lingkungan di Lombok untuk Liburan Berkelanjutan
-
Bajaj Skincare Keliling di Bali, Kampanyekan Kesadaran Lingkungan Lewat Gaya Hidup Berkelanjutan
-
Pandam Adiwastra Janaloka Peduli Lingkungan dengan Beralih ke Pewarna Alami
-
Peduli Lingkungan, 75 Persen Perusahaan Besar Dunia Mulai Terapkan Laporan Keberlanjutan
News
-
Satukan Dedikasi, Selebrasi Hari Guru di SMA Negeri 1 Purwakarta
-
Dari Kelas Berbagi, Kampung Halaman Bangkitkan Remaja Negeri
-
Yoursay Talk Unlocking New Opportunity: Tips dan Trik Lolos Beasiswa di Luar Negeri!
-
See To Wear 2024 Guncang Industri Fashion Lokal, Suguhkan Pengalaman Berbeda
-
Harumkan Indonesia! The Saint Angela Choir Bandung Juara Dunia World Choral Championship 2024
Terkini
-
Sosok Radojko Avramovic, Pelatih Tersukses di Piala AFF
-
Calvin Verdonk Berharap Jepang Pakai Tim B saat Jamu Timnas Indonesia
-
Ulasan Film Exhuma, Aksi Dua Dukun Muda Menaklukkan Arwah Misterius Penunggu Tanah
-
Kandungan Paraben dalam Kosmetik Dianggap Menyebabkan Kanker, Benarkah?
-
Review Film Do Patti: Ketika Ikatan Saudara Kembar Berubah Menjadi Neraka