Scroll untuk membaca artikel
Tri Apriyani | Albertus Sindoro
Abdi dalem Keraton Yogyakarta membawa gunungan dari Kompleks Keraton Yogyakarta menuju Pakualaman saat acara Grebeg Maulud di Yogyakarta, Rabu (21/11). [ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko]

Sekaten merupakan salah satu kegiatan besar yang dimiliki oleh keraton di Jawa. Perayaan ini menjadi agenda wajib yang digelar oleh keraton di Jawa, baik Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat maupun Kasunanan Surakarta.

Apa yang dirayakan dalam Sekaten? Sekaten sendiri merupakan rangkaian perayaan yang digelar untuk memperingati kelahiran Rasullulah SAW. Esensi inti dari perayaan Sekaten ialah untuk mengingat teladan hidup Nabi Muhammad sebagai Islam yang taat.

Asal usul perayaan sekaten dapat dirunut kembali sejak masa Kesultanan Demak Bintoro yang menjadi kerajaan Islam pertama di tanah Jawa.

Sejarah Sekaten

Menurut tradisi turun-temurun, Sekaten merupakan perayaan yang dibuat oleh para wali dan pengajar Islam di Jawa pada masa lampau. Untuk memperkenalkan ajaran Islam secara luas, syiar dilakukan dengan menghadirkan bunyi-bunyian gamelan.

Gamelan tersebut dibunyikan di masjid kerajaan. Dengan demikian, warga akan mendatangi sumber suara dan berkumpul. Saat itulah, para pendakwah dan wali bisa mengajarkan ajaran Islam kepada masyarakat luas.

Asal-usul nama Sekaten sendiri memiliki beberapa versi. Ada yang menyebut bahwa Sekaten berasal dari kata sekati yang merujuk kepada seperangkat gamelan yang digunakan dalam upacara sekaten.

Versi lain menyebutkan bahwa Sekaten merupakan kata yang berasal dari syahadatain atau pernyataan keyakinan iman untuk memeluk Agama Islam.

Adapun, seperangkat gamelan yang menjadi rujukan nama Sekaten versi pertama merupakan dua perangkat gamelan yang diberi nama Kyai Gunturmadu dan Kyai Guntursari.

Kedua perangkat gamelan ini menurut tradisi merupakan perangkat gamelan yang berasal dari Kesultanan Mataram. Kini kedua perangkat gamelan tersebut diwariskan kepada Kesultanan Ngayogyakarta dan Kasunanan Surakarta.

Rangkaian perayaan Sekaten

Perayaan Sekaten dilaksanakan di pusat kerajaan, tepatnya di lingkungan Masjid Gedhe Kauman atau masjid kerajaan dan Alun-Alun Utara. Sekaten berlangsung sejak tanggal 5 Mulud hingga 12 Mulud. Pada waktu tersebut, berbagai rangkaian kegiatan berlangsung baik di Masjid Gedhe maupun Alun-Alun.

Perayaan Sekaten dimulai dengan prosesi pemindahan gamelan dari dalam kompleks Kraton menuju Masjid Gedhe. Setelah tiba di masjid, gamelan akan dibunyikan hingga tanggal 12 Mulud.

Selain itu, merujuk halaman resmi Kraton Yogyakarta, pada tanggal 11 Mulud malam hari dibacakan riwayat hidup Rasullulah SAW di Masjid Gedhe Pada kesempatan tersebut, Sultan hadir bersama rakyat mendengar riwayat hidup Nabi yang dibacakan oleh Abdi Dalem Pengulu.

Rangkaian acara Sekaten ditutup dengan arak-arakan gunungan pada tanggal 12 Mulud atau pada hari peringatan Maulid Nabi. Pada pagi hari, gunungan dibawa menuju masjid kerajaan dan didoakan oleh Pengulu Masjid Besar sebelum dibagikan kepada masyarakat.

Sekaten tahun ini

Di tahun ini, perayaan Sekaten digelar secara sederhana seiring masih tingginya angka penularan COVID-19. Perayaan Sekaten semestinya berlangsung pada 22 Oktober-29 Oktober 2020. Di Keraton Ngayogyakarta, perayaan ini akan digelar dengan memperhatikan protokol kesehatan dan esensi makna dari Perayaan Sekaten.

Salah satu prosesi dalam Sekaten, yakni pembagian gunungan di tanggal 12 Mulud akan dilaksanakan terbatas mengikuti mekanisme yang telah disetujui oleh pihak Keraton Ngayogyakarta. Keputusan mengenai hal tersebut disampaikan oleh Penghageng Kawedanan Hageng Panitrapura Kraton Ngayogyakarta GKR Condrokirono lewat akun Instagram resmi Kraton Ygoyakarta pada 10 Oktober lalu.

Albertus Sindoro