Scroll untuk membaca artikel
Tri Apriyani | Destya Wulan
Bendera Malaysia dan Indonesia (dok. istimewa)

Hubungan antara Indonesia dan Malaysia sudah jauh berlangsung bahkan jauh sebelum negara ini ada, tidak dapat dipunkiri bahwa memang kedua negara ini serumpun. Jika konsep keserumpunan ini dipandang sebagai suatu unit historis maka keserumpunan ini dapat dilambangkan dengan keserumpunan melayu atau peradaban melayu.

Kata melayu sendiri sudah disebutkan dalam dokumen cina pada tahun 644M, yang berisikan tentang laporan pengiriman utusan dari Sumatra bagian selatan ke cina, catatan selanjutnya yang lebih rinci adalah berita dari peziarah budha dari cina ke Palembang dan jambi dalam dua kali kunjungannya: pertama tahun 671, kemudian tahun 686-95.

Dalam kunjungan kedua ke Melayu ia sudah berada di [Shili] Foshi [Srivijaya], sebuah kota yang dibentengi dengan kuat di mana lebih dari 1000 pengikut ulama Budha belajar agama.

Sumber internal tentan Melayu ditemukan dalam sejumlah inskripsi Melayu Kuno di Palembang seperti di Kedukan Bukit (Palembang, 683 CE), Talang Tuwo (Palembang, 684M), Sabokingking (dekat Telaga Batu in Palembang), prasasti Boom Baru (Palembang), Karang Brahi (hulu Batang Hari, Jambi,) Kota Kapur (Bangka, 686M), Palas Pasemah (Lampung).

Kembali lagi pada konsep keserumpunan melayu jika dilihat dalam kacamata unit historis. Konsep pandangan ini dirasa cocok dalam hal akademik karena konsep ini memiliki bukti bukti sejarah yang relevan dan sudah ada sejak zaman dahulu higgga sekarang.

Kedua konsep ini bersih dari berbagai hal politik, oleh karenanya dalam hal ini melayu tidak dipandang sebagai sebuah kerajaan melainkan suatu peradaban atau dunia yang ketiga adalah konsep ini tepat dalam membahas tentang suatau kawasan budaya dan etnik pendukungnya. Dari pengunaan konsep ini maka dapat disimpulka tiga pola umum yang dapat membuktikan hubungan dalam keserumpunan melayu yakni:

1. Masyarakat pendukung budaya melayu

Dalam hal ini mencakup keseluruhan masyarakat yang berada dalam gugusan kepulauan nusantara, semenanjung Malaysia dan daratan asia lainnya. Dari masyarakan pendukung ini ada yang hidupnya terpencar pencar dalam kelompok kecil di berbagai daerah.

Meskipun terpencar pencar inti dari tanah air mereka adalah nusantara yang juga termasuk semenanjung melayu lebih tepanya di sekitar kawasan di kedua sisi selat malaka yakni Antara Sumatra dan semenanjung melayu disebut sebagai the cradle of malay culture.

Pada masa ini kelompok kelompok ini bukan lagi hanya terpisah dari segi geologis namun juga dari segi geo-politis, kelompok kelompok ini dapat disederhanakan dalam dua bagian yakni kelompok melayu atau kelompok yang mendirikan peradaban diantaranya terdapat Indonesia, Malaysia, Brunei Darussalam. Dan kelompok bukan melayu seperti masyarakat melayu di singapura, petani di Thailand, filiphina selatan, serta kelompok kelompok inoritas lain yag tersebar.

2. Disatukan oleh kesamaan ras

Berdasarkan bukti bukti sejarah identitas ke-melayu-an sendiri berakar dari suatu kesamaan bahasa, corak budaya, cerita cerita yang diwariskan turun temurun, ciri fisik, berbagai kesamaan ini telah membedakan mereka dengan bangsa kelompok melayu lainnya.

3. Disatukan oleh kesamaan asal usul dan nasib yan sama.

Pengalaman sejarah sebelumnya lah yang membentuk berbagai kesamaan ini, kesamaan identitas ini terbentuk juga karena adanya kesadaran tentang identitas ke-meleyu-an yang dapat melangkahi politik modern saat ini, identitas ini juga terpelihara melalui bahasa, ikatan primordial yang sudah dianut secara turun temurun, kebiasaan, agama, dan tradisi.

Istilah keserumpunan ini juga telah menegaskan ikatan budaya melayu yang telah dibina dalam waktu yang tidak sebentar.

Berbagai Konflik yang Terjadi

Dalam hubungan nai suatu konflik tidak dapat dihindarkan, hadirnya konflik selalu menjadi warna dalam sebuah hubungan, hasil dari konflik ini dapat membwa hal baik dapat pula membawa hal buruk. terukir dalam sejarah semenjak hubunggannya dengan melaysia diresmikan banyak sekali konflik yang harus dilewati oleh kedua negara ini, jenis dan hal hal yang mendasari konflik ini sangat beragam, ada yang karena kesalahpahaman, ada yang karena keserakahan, ada pula yan karena perbedaan pemikiran. Dan konflik konflik yang pernah dialami oleh Indonesia dan Malaysia adalah sebagai berikut.

1. Konfrontasi Indonesia Malaysia 1963-1966

Konflik ini berawal dari keinginan Malaysia untuk menggabungkan brunei, sabah dan serawak menjadi persekutuan tanah melayu. Pembentukan federasi Malaysia ini menjadi pemicu dari munculnya konflik Indonesia dan Malaysia, konflik ini terjadi karena Soekarno menganngap bahwa pembentukan federasi Malaysia ini adalah salah satu usaha neokolonialisme oleh Inggris dan hal ini juga dapat membahayakan revolusi yang berada di Indonesia.

Untuk menghindari munculnya konflik yang lebih lanjut Indonesia berusaha mengambil jalan perdamaian dengan melakukan berbagai perundingan seperti Konferensi wakil Menlu di Manila, pada tanggal 9 April sampai 17 April Tahun 1963, pertemuan Tokyo pada tanggal 31 Bulan Mei sampai 1 Juni 1963. Selain itu, konferensi tingkat Menlu di Manila tanggal 1 Juni sampai 11 Juni 1963. Namun berbagai usaha ini telah gagal dan federasi Malaysia tetap dibentuk tanggal 16 September 1963.

Oleh karena hal ini pihak yang menentang yakni Indonesia dan Filipina merasa tidak terima dan menganggap hal ini adalah sebuah pelanggaran, kemudian Indonesia secara resmi melakukan konfrontasi terhadap Malaysia pada tanggal 17 september 1963, pada masa itu Indonesia melakukan konfrontasi dengan demonstrasi, pernyataan yang menolak, pemutusan berbagai hubungan dengan Malaysia.

Dalam bidang ekonomi Indonesia melakukan pemutusan hubungan ekonomi baik dari segi impor maupun ekspor, dalam bidang militer Indonesia menempatkan pasukan militer secara terbatas. Setelah dibentuknya federasi Malaysia ini Indonesia bukan berarti berhenti untuk berusaha melakukan berbagai perundingan dan kesepakatan, namun semuanya gagal sehingga berakhir dengan pernyataan mengundurkan diri dari PBB oleh Indonesia pada tanggal 7 Januari 1965 yang didasari rasa kecewa terhadap dewan keamanan PBB.

2. Perebutan Pulau Sipadan dan Ligitan Tahun 2002

Pulau sipadan dan ligitan sendiri adalah pulau yang letaknya berada di Kalimantan timur untuk Indonesia dan di sabah untuk Malaysia, pulau berbatasan dengan Indonesia dan Malaysia. sengketa ini semakin memperburuk hubungan in donesia dengan Malaysia yang sudah terjalin sejak lama, dua pulau ini menjadi sangat penting bagi kedua negara karena pulau Sipadan dan Ligitan ini dijadikan sebagai titik baselines untuk diambil batas ZEE.

Persengketaan ini berlangsung lama dan berlarut terhitung sejak 1996 hingga 2002, tepat pada awal dimulainya persengketaan kedua belah pihak mencoba menyelesaikan masalah sendiri dengan melakukan berbagai perundingan, karena dirasa tidak membuahkan hasil, maka kedua belah pihak bersepakat untuk membawa masalah ini ke mahkamah internasional pada tahun 1998.

Tepat pada Tahun 2002 mahkamah internasional mengeluarkan keputusan bahwa Malaysia adalah negara yang berhak atas kepemilikan dua pulau ini dengan dasar otoritas, juridis, administratif dan legislatif yang menunjukkan bahwa Malaysia adalah negara pewaris berkelanjutan daerah colonial oleh inggris.

Hal ini tentu saja membuat sebagian besar rakyat Indonesia tidak terima dan megkritik habis habisan presiden yang menjabat pada masa itu yakni Megawati Soekarno Putri karena tidak mampu mempertahankan wilayahnya.

3. Sengketa Blok Ambalat 2005

Sengketa ini adalah kelanjutan dari sengketa pulau sipadan dan ligitan yang terjadi sebelumnya,sengketa ini terjadi karena wilayah Malaysia yang semakin meluas. Sengketa blok ambalat ini memanas karena Malaysia mengklaim blok Ambalat sebagai konsesi eksplorasi minyak, padahal wilayah tersebut masih dalam sengketa karena sama sama di klaim 2 negara ini sebagai wilayah mereka.

Indonesia sendiri mengklaim wilayah ini bukan tanpa alasan namun berdasarkan bukti perjanjian yang dilakuakn Antara inggris dan belanda pada tahun 1981 yang menjelaskan tentang kepemilikan wilayah ini.

Pada puncaknya sengketa ini semakin memanas karena pengiriman pasukan militer dari Indonesia yang berhasil merebut daerah karang unarang milik Malaysia, konflik ini berhasil diredam dengan dilakukannya perundingan, namun pada tahun 2009, konflik ini memanas lagi karena pengiriman pasukan militer Malaysia ke daerah Ambalat.

4. Kasus TKI dan Pelanggaran Daerah Perairan

Selain masalah sengketa, Indonesia juga dihadapkan dngan berbagai konflik yang berhubungan dengan keamanan dan kesejahteraan TKI yang berada di Malaysia. Pada masa itu terdapat banyak kasus yang terkait dengan TKI di Malaysia, seperti dianiyaya, bunuh diri, bahkan para pekerja yang memiliki keahlian juga mendapatkan berbagai perlakuan buruk, seperti kasus wasit kejuaraan karate Indonesia yang dihajar oleh pihak kepolisan Diraja Malaysia, menurut data KBRI terdapat 289 kasus penganiayaan TKI dan TKW Indonesia dalam kurun waktu 2 tahun.

Setelah konflik ini, masalah baru kembali muncul dengan penangkapan 7 orang nelayan illegal darim Malaysia. Bebagai konflik ini terjadi pada era pemerintahan presiden SBY, untuk mengatasinya presiden tidak mau mengambil langkah yang merugikan, namun presiden berusaha melakuakn pertemuan dan perundingan demi mencapai kesepakatan bersama untuk menghindari munculnya konflik lebih lanjut.

5. Masalah TKI 2014

Pada tahun 2005 ini adalah era pemerintahan presiden Jokowidodo, pada masa ini isu tentang permasalahan tki sudah menjadi topic khusus yang harus dibahas oleh kedua belah pihak.

Kerja sama Indonesia dan Malaysia

Karena berbagai konflik terjadi dalam era pemerintahan yang berbeda maka disini penulis mencoba menguraikan hubugan kerja sama berdasarkan era yang dilewati. Kerja sama atar negara sendiri sangatlah penting demi perkembangan masing masing dari negara tersebut.

1. Era Soekarno

Pada era pemerintahan presiden Soekarno sendiri, Indonesia sendiri sudah dengan resmi menjalin hubungan diplomatic dengan Malaysia

2. Era Pemerintahan Soeharto

Pada era pemerintahan presiden kedua Indonesia ini, hubugan entar negara mengalami masa keemasan, kedua negara ini berhasil membawa keharmonisan kembali ke dalam hubungannya. Akibat dari perbaikan hubungan ini adalah pembentukan Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) di tahun 1967. Seiring berjalannya waktu hubungan kedua negara ini semakin harmonis sehingga dilakukan berbagai kerja sama di dalam bidang pendidikan dengan pengiriman 17 orang guru dan dosen untuk membantu Malaysia mendirikan universitas takni univesitas kebangsaan Malaysia. Meningkatnya hubungan ini juga membuat para pemuda di Malaysia memiliki cita cita untuk menuntut ilmu di Indonesia.

3. Era Pemerintahan Mergawati Soekarno Putri

Kerja sama yang terjadi pada era ini adalah kerja sama Malaysia-Indonesia yang kemudian ditantangani oleh kedua belah pihal pada tahun 2004 untuk menjaga selat malaka dari seragan teroris

4. Era pemerintahan SBY

Pada era ini kerja sama telah mulai disepakati pada tahun 2006, hubungan pada masa ini dapat dikatakan lebih luas dalam berbagai bidang, dalam kerja sama ini kedua negara yang bersangkutan dapat dikatakan sangat berkembang dengan pesat, pada masa ini pula isu ekonomi, isu TKI menjadi perhatian penting bagi kedua belah pihak negara yang bersangkutan

5. Era Pemerintahan Jokowi

Di era Jokowi hubungan kerja sama terus mengalami peningkatan, dalam kerja samanya Indonesia dan Malaysia diprioritaskan dalam 3 bidang yakni tentang buruh migran, masalah perbatasan, dan peningkatan kerja sama dalam bidang ekonomi. 3 hal ini difokuskan karena dirasa adalah hal hal yang penting dan sering membawa berbagai kesalahpahaman apabila salah dalam hal penanganan.

Hubungan dan kerja sama internasional dalam perjalanannya mengalami banyak konflik, konflik ini terjadi karena berbagai kesalahpahaman dan juga keserakahan baik dari pihak satu maupun yang lainnya. Namun apabila konflik ini dapat ditangani dengan baik maka bisa membawa berbagai keuntungan bagi kedua belah pihak yang bersangkutan.

Destya Wulan