Scroll untuk membaca artikel
Tri Apriyani | Dimas Subekti
Ilustrasi vaksin (Pixabay/qimono)

Awal tahun 2021 menjadi awal untuk melaksanakan harapan yang tertunda di tahun sebelumnya  akibat pandemi coronavirus deseas 2019 (Covid-19). Pemerintah di berbagai penjuru dunia masih berupaya menyelesaikan masalah pandemi di negaranya. Vaksin menjadi salah satu upaya pemerintah di berbagai negara untuk menjadi solusi atas persoalan pandemi Covid-19, tidak terkecuali pemerintah Indonesia. Beberapa negara maju dan besar seperti Tiongkok, Rusia, Amerika Serikat dan sebagainya telah mampu menemukan dan membuat vaksin Covid-19. Bahkan negara tersebut sudah mulai memproduksi dan memasarkannya ke negara-negara yang tertarik menggunakan vaksin tersebut.

Pemerintah Indonesia memilih vaksin covid-19  Sinovac yang berasal dari Tiongkok untuk digunakan sebagai vaksinasi masyarakat. Vaksinasi Covid-19 di Indonesia akan mulai dilakukan Rabu 13 Januari 2021, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menjadi penerima vaksin Corona pertama. Vaksin Covid-19 asal Sinovac sendiri telah mengantongi Izin Penggunaan Darurat atau Emergency Use of Authorization (EUA) dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM).

Dengam begitu, sebanyak 1,2 juta dosis vaksin dapat disuntikkan ke tenaga kesehatan yang menjadi prioritas program vaksinasi. Bahkan vaksin sinovak telah datang ke indonesia, tahap pertama sebanyak 1,2 juta dosis pada 6 Desember 2020. Kemudian, vaksin tahap kedua sebanyak 1,8 juta dosis tiba di tanah air pada 31 Desember 2020. Dan tahap ketiga 15 juta bahan baku vaksin Sinovac asal China tiba di Indonesia pada selasa 12 januari 2021 (Kurnia, 2021).

Indonesia bukan negara satu-satu nya yang memilih vaksin sinovac. Dikutip dari New York Times, Sinovac dan produsen vaksin Covid-19 lainnya asal Tiongkok telah membuat kesepakatan di lebih dari 15 negara seperti Brazil, Chili, Turki, Vietnam, Malaysia, Filipina, Thailand, Singapura, Mesir. Selain negara yang telah disebutkan, Hong Kong juga masuk dalam daftar pemesan Sinovac.

Sinovac sebetulnya adalah nama perusahaan biofarmasi asal Tiongkok yang memproduksi vaksin. Sedangkan nama vaksinnya adalah CoronaVax yang bekerja dengan sistem inactivated vaccine (Widiyani, 2021). Merujuk dari fenomena Covid-19 dan sibuknya pemerintah di berbagai negara membeli vaksin Covid-19, ada beberapa hal yang perlu di perhatikan.

Pertama Covid-19 bukan hanya urusan kesehatan belaka, namun juga berkaitan dengan kekuatan international baik politik  maupun yang lainya. Kekuatan internasional yang di maksud adalah beberapa negara mengambil kesempatan untuk unjuk kebolehan kepada negara lain bahwa negaranya memang mampu dan maju dalam menghadapi permasalahan dunia ini. kemudian beberapa negara bersaing untuk mendapatkan prediket berpengaruh dan dominan dalam ikut serta menyelesaikan pandemi.

Hal ini tidak dipungkiri bertujuan agar negara tersebut mendapatkan nama dan menunjukan kedominanya ke negara lain. Apalagi hal tersebut sangat berguna bagi negara maju, karena modal tersebut nantinya digunakan untuk berbagai negosiasi internasional dengan negara lain yang pastinya mencari keuntungan.

Contoh nyatanya adalah persaingan negara-negara dalam menemukan vaksin Covid-19.   Dalam sebuah tulisan di Wall Street Journal, karena ketersediaan vaksin terbatas, maka negara penghasilnya akan memfokuskan pada vaksinasi penduduknya sendiri terlebih dahulu. Covid-19 merupakan sebuah kasus di mana kesehatan bertemu ekonomi dan politik. Prosedur dalam sistem paten global berperan penting bagaimana pemerintahan nantinya akan memberi persetujuan pada vaksin. Sementara ada lebih dari 100 kandidat vaksin yang menjanjikan di seluruh dunia, hanya satu yang akan memenangkan.

Sistem paten global akan menjagokan "winner take all approach" atau "sang pemenang akan meraih semuanya", yang berarti usaha-usaha lainnya untuk menemukan vaksin tidak akan diberi penghargaan. Karena yang dipertaruhkan sedemikian besarnya, maka keretakan hubungan antara AS dan Tiongkok bisa mempengaruhi proses persetujuan vaksin ini. Selanjutnya merupakan “permainan politik tingkat tinggi,”  baik Tiongkok maupun AS akan berusaha meyakinkan negara-negara lain agar menyetujui vaksin masing-masing terlebih dahulu (JM/PP, 2020).

Kedua, Covid-19 sebetulnya hanya sebagai tembok pertunjukan perang dagang negara maju. Ujung rencana Covid-19 adalah pemasaran vaksin, karena hal tersebut pasti yang akan di cari negara-negara yang terpapar.  Pidato Muammar Gaddafi di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada September 2009 terlihat relevan dengan keadaan hari ini.

Kutipan pidatonya dalam bahasa Indonesia adalah "Hari ini ada flu babi. Mungkin besok ada flu ikan karena kadang-kadang kita menghasilkan virus dengan mengendalikannya. Ini adalah bisnis komersial. Perusahaan kapitalis memproduksi virus sehingga mereka dapat menghasilkan dan menjual vaksinasi. Itu etika yang sangat memalukan dan buruk. Vaksin dan obat-obatan tidak boleh dijual. Obat-obatan seharusnya gratis dan vaksin diberikan gratis pada anak-anak, tetapi perusahaan kapitalis memproduksi virus dan vaksin karena ingin membuat keuntungan. Kenapa mereka tidak bisa memberikannya secara gratis? Kita harus memberikannya gratis dan tidak menjualnya" (Vidi, 2020).

Perang dagang internasional tidak lepas dari negara Tiongkok dan Amerika Serikat, keduanya telah memperlihatkan bahwa ujung dari Covid-19 adalah vaksin. Tiongkok sebagai negara asal mula munculnya Covid-19 sepertinya sudah mempersiapkan hal tersebut dengan cepat menciptakan vaksin untuk di pasarkan ke dunia internasional. Sebut saja vaksin sinovac yang telah di pesan beberapa negara di dunia termasuk indonesia.

Hal ini membuat negara sainganya Amerika Serikat gusar, karena pangsa pasar nya di ambil alih oleh musuh ekonominya. Cerminan  gusarnya amerika serikat terlihat pada diri presiden nya Donal Trump. Pada beberapa kesempatan pidato nya, dirinya selalu melempar serangan kepada Tiongkok, melemparkan isu bahwa Tiongkok lah yang bersalah dalam permasalahan Covid-19 ini. Hal ini sebagai upaya Amerika Serikat  mempengaruhi dunia internasional  untuk tidak bersimpati dengan  Tiongkok dan ujungnya adalah menghambat pemasaran vaksin ciptaanya.

Dengan demikian, Covid-19 memang telah menyusahkan seluruh negara-negara di dunia. Sejak kemunculanya hingga sekarang, mayoritas negara dunia terkena dampaknya. Sampai semua mulai menemukan titik terang dengan ditemukanya vaksin  Covid-19, apakah memang ini merupakan ujung rencana dari kemunculan Covid-19?. Terlepas dari semua itu, warga dunia telah menantikan kehidupanya kembali seperti sediakala meskipun kedepan akan tidak menentu apa yang akan terjadi.

Referensi

  • JM/PP. (2020, Mei 9). Negara-negara Saling Bersaing untuk Jadi Penemu Vaksin Covid-19. Retrieved Januari 15, 2021, from voaindonesia.com: https://www.voaindonesia.com/a/negara-negara-saling-bersaing-untuk-jadi-penemu-vaksin-covid-19-/5412680.html
  • Kurnia, T. (2021, Januari 12). Indonesia Jadi Negara Pertama di Luar China yang Izinkan Penggunaan Vaksin COVID-19 Sinovac. Retrieved Januari 14, 2021, from Liputan6.com: https://www.liputan6.com/global/read/4455610/indonesia-jadi-negara-pertama-di-luar-china-yang-izinkan-penggunaan-vaksin-covid-19-sinovac
  • Vidi, A. (2020, Juli 24). Cek Fakta: Salah, Quotes Pidato Muammar Gaddafi Soal Virus di Kantor PBB. Retrieved Januari 15, 2021, from Liputan6.com: https://www.liputan6.com/cek-fakta/read/4314060/cek-fakta-salah-quotes-pidato-muammar-gaddafi-soal-virus-di-kantor-pbb
  • Widiyani, R. (2021, Januari 13). Daftar Negara yang Menggunakan Vaksin Sinovac, Banyak di Asia Tenggara. Retrieved Januari 14, 2021, from Detiknews.com: https://travel.detik.com/travel-news/d-5332315/daftar-negara-yang-menggunakan-vaksin-sinovac-banyak-di-asia-tenggara
  •  

Dimas Subekti