Hampir genap sudah lima tahun pergantian kepala desa Todang-Todang dari Basri ke Moser. Hanya saja, sampai saat ini belum terlihat pembangunan secara fisik yang bisa disaksikan oleh mata, seperti pembangunan infrastruktur jalan. Padahal, perbaikan infrastruktur jalan adalah kebutuhan umum dan mendesak yang mesti diselesaikan oleh pemerintah setempat, termasuk kepala desa itu sendiri. Desa Todang-Todang termasuk daerah pegunungan yang ada di kecamatan Limboro, kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat.
Bagi yang pernah melalui jalan poros desa Todang-Todang saat ini, mungkin mereka akan mengeluhkan hal yang sama bahwa kondisi jalanan sangat rusak, membuat pengendara harus bertarung nyawa supaya tetap seimbang agar tidak terjatuh. Tentu keahlian mengendarai motor pun harus dimiliki untuk melewati jalan tersebut.
Kondisi jalan yang sudah dicor, tetapi sudah rusak, bahkan bisa dibilang tidak layak lagi untuk dilalui oleh kendaraan, karena sudah tampak seperti sungai kering. Di pertengahan jalan, terdapat batu-batu bekas dari cor yang rusak itu. Lubang-lubang besar pun kadang membuat kendaraan bisa kandas saat ada yang terlewat. Memang, semenjak dikerjakannya jalan tersebut, belum ada sama sekali perbaikan setelahnya.
Sebelumnya, sebelum pergantian kepada desa, jalanan tersebut sudah ada anggarannya untuk pengaspalan. Akan tetapi karena pandemi covid-19, katanya anggaran itu semua dialihkan untuk penanganan covid-19. Namun, sampai saat ini belum ada tanda-tanda untuk perbaikan jalanan itu yang terlihat batang hidungnya sama sekali.
Mestinya pemerintah harus memilah dan memilih hal yang prioritas, entah pemerintah desa maupun kabupaten. Mengapa? Tempat tersebut satu-satunya akses bagi masyarakat desa Toda-Todang, tiap hari ada pedagang kecil yang harus melewati jalanan tersebut, ditambah pula dengan anak sekolah tingkat SMP dan SMK harus melewatinya karena hanya sekolah SD yang ada di desa Todang-Todang.
Belum lagi kondisi jalan seperti sungai kering, disepanjang jalan juga dikelilingi dengan jurang, yang di mana tentu kita akan merasa tegang saat melewati jalanan tersebut. Selain itu, saat musim hujan tiba, longsor di sepanjang jalan juga kerap menjadi langganan yang membuat was-was bagi pengendara.
Sudah lama masyarakat mengeluhkan jalan itu untuk segera diperbaiki, janji manis juga sering diucapkan oleh pemerintah setempat. Namun, bukti nyata tak ada yang terlihat, semuanya nihil. Warga masyarakat hanya meminta agar jalan tersebut diperbaiki dan agar mereka juga bisa merasakan jalan mulus. Selain dapat meminimalisir kecelakaan, juga sebagai bentuk pemerataan pembangunan dan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia.
Baca Juga
-
Saat Generasi Z Lebih Kenal Algoritma daripada Sila-sila Pancasila
-
Ketika Pendidikan Kehilangan Hatinya: Sebuah Refleksi Kritis
-
Toleransi Rasa Settingan: Drama Murahan dari Pejabat yang Kehabisan Akal
-
Lingkaran Setan Upah Minimum: Tertinggal dari Tetangga, Tergerus Inflasi
-
Ancaman Hoaks dan Krisis Literasi Digital di Kalangan Pelajar Indonesia
Artikel Terkait
News
-
Silent Bystander: Mengungkap Akar Bullying dari Sisi yang Terabaikan
-
Efek Kejadian Tumbler Tuku, Satpam KRL Panik Saat Temukan Nasi Uduk di Kereta
-
Ridwan Kamil Dipanggil KPK, Ada Apa dengan Dana Iklan BJB?
-
Bukan Soal Pakaian Mahal, Profesionalisme Dimulai dari 10 Kebiasaan Ini
-
Kondisi Sumatera Memburuk, Ferry Irwandi Desak Penetapan Bencana Nasional
Terkini
-
Jule Tidak Hadir Lagi, Mediasi Cerai dengan Na Daehoon Resmi Dilewati?
-
Self-love sebagai Tameng Terkuat Melawan Kata-kata Pelaku Bullying
-
Cari HP Kecil tapi Kencang? Ini 5 Rekomendasi Terbaik di Akhir Tahun 2025
-
3 Daftar Novel Dee Lestari yang Akan Diadaptasi Menjadi Serial Netflix
-
Berani Melawan dan Bangga Pada Diri Sendiri