Kunyit termasuk bahan pelengkap untuk meracik makanan. Tanpa kunyit seakan dunia perdapuran akan sepi dan cita rasa makanan pun akan kurang bergairah, terutama saat ingin masak ikan. Kalau di daerah Mandar terdapat kuliner lokal disebut dengan "bau peapi". "Bau peapi" adalah mengolah ikan dengan cara dimasak dan terdapat airnya yang bisa dijadikan sayur. Dalam pembuatan bau peapi, kunyit mengambil bagian besar untuk memberikan cita rasa yang enak.
Bicara soal kunyit tentu amat besar manfaatnya, selain sebagai kebutuhan dapur juga dapat dimanfaatkan untuk menambah perekonomian. Kunyit termasuk tanaman pertanian yang juga punya potensi besar dikembangkan di bidang pertanian.
Tepat di dusun Rawang, desa Adolang, kecamatan Pamboang, kabupaten Majene, Sulawesi Barat, kunyit salah satu produk lokal yang dimanfaatkan sebagai penghasilan masyarakat setempat. Pengelolaan kunyit di tempat tersebut masih secara tradisional namun berjalan sudah lama.
Pada tanggal 3-7 Juni 2021, kami dari organisasi DPC GMNI Majene menggelar kegiatan di tempat tersebut. Setelah melihat kondisi di sana, mayoritas penduduk pekerjaan di bidang pertanian termasuk kunyit.
Pekerjaan kunyit di dusun Rawang banyak ditekuni para ibu-ibu setelah prosesnya sudah diambil dari lahan perkebunan. Kunyit yang sudah diambil dari lahan pertanian kemudian diiris tipis-tipis, setelah itu dijemur sampai kering.
Kunyit yang sudah kering selanjutnya ditumbuk sampai halus dengan memakai alat tradisional masyarakat setempat. Para ibu-ibu terlihat sangat kompak menumbuk kunyit secara gotong royong hingga kunyit itu benar-benar halus. Kunyit yang sudah halus kemudian dimasukkan di kemasan yang siap untuk dijual ke pasar-pasar tradisional di kabupaten Majene.
Setelah berbincang-bincang masyarakat di sana, problem pengelolaan kunyit mengalami harga yang fluktuasi. Itu disebabkan karena masih mengandalkan penjualan melalui perantara para pedagang. Jadi masyarakat di dusun Rawang hanya bisa mengikut pada harga yang ditentukan oleh pedagang.
Harga kunyit di dusun Rawang pernah sampai Rp 30.000 per liter,tapi kini hanya Rp 14.000 saja. Hal itu dikeluhkan masyarakat setempat karena selalu mengalami penurunan harga yang sangat drastis. Masyarakat berharap harga kunyit bisa kembali normal dan berjalan secara lama.
Terkait dengan kondisi itu, kami melihat bahwa tidak ada peran Dinas Pertanian untuk mengontrol harga comodity, termasuk harga kunyit dalam keadaan normal. Padahal, kunyit termasuk tanaman pertanian yang memiliki harga penetapan karena kunyit bisa bertahan lama.
Baca Juga
-
Media Sosial, Desa, dan Budaya yang Berubah
-
Media Sosial dan Dunia Anak: Antara Manfaat dan Tantangan
-
Pendidikan Etika Digital sebagai Pilar Pembangunan Berkelanjutan
-
Pendidikan, Kunci Generasi Muda Menuju Indonesia Emas 2045
-
9 HP Kamera 0,5 Harga 1-2 Jutaan Terbaik 2025, Foto Ramean Jadi Full Team!
Artikel Terkait
News
-
Kepala BNPB Ungkap 54 Santri Pondok Pesantrean Al Khoziny Masih Tertimbun
-
5 Fakta Terbaru Wanda Hamidah Kawal Bantuan ke Gaza: Dari 'Penculikan' Hingga Desakan TNI Bantu!
-
PSGY 2025 Kembali Hadir dengan Tema Cetak Datar dari Batu ke Plat Logam
-
Apes! Gagal Beli Kondom Buat Kencan, Pria Ketauan Selingkuh karena Struk Dikirim ke Istri Sah
-
Ramalan Rocky Gerung: 'Hantu' Ijazah Jokowi Bakal Teror Pemerintahan Prabowo Sampai 2029!
Terkini
-
Rahasia Gelap Dunia Hiburan: Soimah Blak-blakan Soal 'Penyakit' Persaingan yang Bikin Stres
-
Gol Dramatis di Ujung Laga! SMKN 3 Bekasi Rebut Kemenangan di Menit Akhir ANC 2025
-
Tak Masuk Dalam Daftar Panggil, Bagaimana Kans Marceng Kembali ke Timnas SEA Games?
-
Persib Bandung, ACL Two dan Kebijakan Pemain Asing Liga Indonesia yang Mulai Beri Dampak Positif
-
Drama dan Keringat di Tegal: SMAN 1 Cianjur Lolos ke Grand Final ANC 2025!