Scroll untuk membaca artikel
Candra Kartiko | Sulvy Rahmawati
Kegiatan Sosialisasi Pembuatan Pupuk Kompos di Hutan Kota, RW 09, Tlogosari Kulon, Kota Semarang. (Dok. Pribadi/articlenews)

Kompos sebagai salah satu alternatif penanganan sampah organik perlu digalakan. Pasalnya, di Kota Semarang terkhususnya di daerah Tlogosari Kulon, Kecamatan Pedurungan, banyak sampah organik seperti dedaunan kering yang tidak tertangani baik di daerah pemukiman, taman, daerah perkantoran, dan pertokoan.

Hal ini menyebabkan lingkungan tampak terlihat tidak bersih, kurang rapi, dan menjadi sarang penyakit seperti munculnya sarang nyamuk, bau tidak sedap, maupun penyakit bawaan lain. Oleh karena itu, selama periode kegiatan kemahasiswaan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di banyak Universitas, KKN TIM II Universitas Diponegoro memanfaatkan momentum ini guna mengajak masyarakat setempat untuk dapat mengolah sampah tersebut menjadi lebih berguna, 

Pengolahan sampah organik menjadi kompos ini difokuskan pada penanganan sampah dedaunan kering yang ada, tetapi tidak menutup kemungkinan bila menggunakan sampah organik lain seperti sampah sisa makanan dikarenakan jumlahnya yang juga tergolong banyak. Tentunya dengan cara pengolahan yang sama. 

Sebelum memulai kegiatan, mahasiswa KKN mengumpulkan sampah dedaunan ke dalam karung bekas sebagai sampel untuk didemonstrasikan kepada warga RW 09, Kelurahan Tlogosari Kulon. Kegiatan sosialisasi ini dilaksanakan di Hutan Kota yeng berlangsung sore hari pada hari Selasa, 26 juli 2022 dengan dihadiri oleh ibu-ibu PKK dari perwakilan setiap RT (sebanyak 10 RT). 

Sosialisasi dibuka oleh Bu Dwi selaku Bu RW 09 dan diawali dengan menjelaskan manfaat dan pembuatan kompos. Penjelasan dilakukan di pos Hutan Kota RT/RW 09/09 oleh Sulvy Rahmawati, mahasiswi Universitas Diponegoro Jurusan Fisika Fakultas Sains dan Matematika. Selama penyampaian materi juga diikuti dengan tanya jawab oleh ibu-ibu PKK yang hadir. Ibu-ibu PKK sangat menunjukkan antusiasmenya. 

Adapun manfaat kompos adalah sebagai berikut:

  • Dapat memperbaiki tingkat keasaman/PH tanah
  • Mengandung humus sehingga dapat meningkatkan jumlah makro dan mikro mineral yang menjadi sumber hara tanah.
  • Meningkatkan kemampuan penyerapan air oleh tanah
  • Dapat digunakan menjadi media tanam baik kompos setengah jadi (yang masih berupa daun) maupun kompos yang telah jadi (bertekstur tanah). 
  • Dapat menekan serangan penyakit pada tanaman
  • Sebagai alternatif pengurangan pemakaian pupuk kimia karena memiliki efek yang tidak merusak tanah pada pemakaian jangka panjang. 

Pada kegiatan sosialisasi ini, pembuatan pupuk kompos dilakukan dengan teknik anaerob yaitu terhindar dari udara secara langsung (tempat tertutup) dan disimpan jauh dari sinar matahari agar kelembabannya terjaga dan pembusukan dapat terjadi. Berikut alat, bahan serta langkah pembuatan kompos dari sampah organik daun kering. 

Alat dan Bahan:

Alat :

  • Alat pencacah (bisa menggunakan pisau biasa)
  • Alat pengaduk (bisa menggunakan batang kayu)
  • Ember berukuran sedang untuk melarutkan activator (nasi)

Bahan:

  • Sampah organik dedaunan kering.
  • Aktivator/dekomposer, untuk memanggil bakteri pengurai sehingga mempercepat pembusukan. Biasanya digunakan EM4 dan molase, tetapi pada sosialisasi kali ini hanya menggunakan nasi (nasi sisa/aking/nasi baru) sebagai alternatif yang lebih murah. 
  • Air
  • Wadah pengomposan (bisa menggunakan karung bekas)

Setelahnya, kegiatan sosialisasi ini dilanjutkan dengan mendemonstrasikan proses pembuatan kompos dari sampah daun kering. Pada prosesnya diawali dengan melarutkan segenggam nasi (baik nasi sisa, nasi baru, atau nasi kering) yang berfungsi sebagai aktivator ke dalam ember berisi air. Kemudian kelurkan setengah sampah dedaunan yang ada di dalam karung untuk disiram dengan larutan aktivator secara merata.

Nasi pada larutan tidak perlu disaring. Setelahnya masukkan kembali daun yang sudah disiram rata ke dalam karung, kemudian masukkan air sisa aktivator tadi ke dalam karung perlahan secara merata. Bila telah selesai ikat karung dengan erat dan taruh di tempat yang tidak terkena matahari secara langsung.

Setiap 7 hari sekali secara teratur siram kembali daun yang ada didalam karung dengan air secara merata sambari diaduk menggunakan pengaduk selama 4 minggu. Bila dedaunan berubah tekstur seperti tanah (warna, bau, dan bentuk), maka kompos pun siap digunakan. 

Setelah dilaksanakan kegiatan sosialisasi ini masyarakat berharap dapat mencobanya dimulai dari rumah masing-masing. Selain untuk mengurangi pengaruh sampah dedaunan di sekitar, pembuatan kompos yang murah dan mudah ini juga dapat dijadikan sebagai kontribusi dalam mendukung upaya pemerintah Kota Semarang dalam meningkatkan ketahan pangan di setiap daerah dengan memulai menanam dari lingkungan rumah warga masing-masing.

Sulvy Rahmawati

Baca Juga