Scroll untuk membaca artikel
Candra Kartiko | PINTAR study
Gathering Apoteker PINTAR Kota Semarang. (Dok. Pribadi/pintarstudyfkkmk)

Dinas Kesehatan Kota Semarang bersama Pengurus Cabang Ikatan Apoteker Indonesia (PC IAI) Kota Semarang, dan tim Protecting Indonesia from the Threat of Antibiotic Resistance (PINTAR) mengadakan kegiatan gathering apoteker Kota Semarang serta penggalangan komitmen dalam rangka mencegah resistensi antibiotik di Hotel Harris Sentraland Semarang pada 27 Agustus 2022.

“Hari ini kita semua merefleksikan dan berkomitmen untuk saling bekerja sama mencegah terjadinya resistensi antibiotik di Kota Semarang. Saya berharap dengan adanya kegiatan Dinas Kesehatan Kota Semarang bersama dengan PINTAR, melalui rangkaian program yang telah dijalankan, apoteker di Kota Semarang dapat saling menguatkan dukungan antar sejawat dan melaksanakan praktik baik pelayanan antibiotik yang bijak di apotek masing-masing,” ucap dr. Mochamad Abdul Hakam, Sp.PD selaku kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang.

Sebanyak 82 apotek dan 95 apoteker di Kota Semarang yang tergabung sebagai peserta kegiatan PINTAR, mengikuti serangkaian kegiatan selama kurang lebih 6 bulan antara lain pembelajaran secara daring, kampanye penggunaan antibiotik yang bijak melalui media edukasi, dan kunjungan antar rekan sejawat. Acara gathering apoteker PINTAR diadakan sebagai kegiatan penutup dari keseluruhan kegiatan PINTAR. Kegiatan ini merupakan yang pertama kalinya dan akan menjadi yang terakhir kalinya Dinas Kesehatan Kota Semarang, PC IAI Kota Semarang, dan PINTAR mengadakan pertemuan tatap muka dengan semua apoteker peserta kegiatan PINTAR. Dalam kegiatan ini ada berbagai macam acara antara lain paparan hasil pelaksanaan kegiatan PINTAR dengan melihat perubahan yang terjadi selama kegiatan berlangsung, pembuatan Rencana Tindak Lanjut (RTL) oleh apoteker baik secara individu, sebagai apoteker dan untuk di masyarakat. Di akhir acara, para apoteker PINTAR menandatangani komitmen secara tertulis bahwa mereka akan terus menerus menerapkan praktek baik pemberian antibiotik yang bijak di berbagai level.

Kegiatan penggalangan komitmen yang didukung oleh Univesitas Gadjah Mada (UGM), Universitas Sebelas Maret (UNS), Kementerian Kesehatan Indonesia, Kirby Institute di UNSW Sydney, London School of Hygiene & Tropical Medicine, University College London, The George Institute for Global Health di UNSW Sydney, dan DFAT Australia diselenggarakan sebagai salah satu bentuk penguatan dukungan antar rekan sejawat dalam melaksanakan praktik baik pelayanan antibiotik yang bijak di apotek masing-masing.

Ketua tim peneliti PINTAR, Prof. Ari Natalia Probandari, MPH., Ph.D dari Universitas Sebelas Maret, mengatakan bahwa dengan adanya kegiatan penggalangan komitmen ini sebagai bentuk langkah nyata dari Dinas Kesehatan Kota Semarang, PC IAI Kota Semarang, PINTAR, dan apoteker di Kota Semarang untuk memerangi terjadinya ancaman global resistensi antibiotik khususnya di Kota Semarang.

Prof. Probandari juga menganggap bahwa dukungan dari berbagai pihak perlu diberikan kepada apoteker supaya dapat menjalankan peranan untuk mengedukasi masyarakat tentang bahaya resistensi antibiotik. Dinas Kesehatan Kota Semarang, PC IAI Kota Semarang, dan PINTAR hadir selama enam bulan untuk bekerja sama dengan semua pihak dalam memberikan dukungan, namun tentu saja kegiatan ini tidak dapat berjalan lancar tanpa antusiasme, motivasi dan partisipasi aktif apoteker di tengah kesibukannya.

Tentang Resistensi Antimikroba

Pemberian antibiotik di masyarakat perlu dikontrol untuk menghindarkan ancaman resistensi bakteri terhadap antibiotik. Apotek merupakan salah satu tujuan pertama pasien untuk mencari layanan kesehatan, terutama di daerah-daerah tertentu yang memiliki keterbatasan layanan kesehatan. Sehingga, apoteker memiliki peluang besar untuk memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai pentingnya menggunakan antibiotik secara bijak.

Hal tersebut sejalan dengan yang disampaikan oleh apt. I Kadek Bagiana, M.Sc selaku Ketua PC IAI Kota Semarang, “Pembelian antibiotik perlu kita awasi. Seperti yang kita ketahui, pembelian antibiotik tanpa resep sudah merajalela. Tidak hanya pada manusia, tetapi juga pada hewan. Sehingga kita perlu mencegah penggunaan antibiotik tanpa resep dokter untuk menghindari terjadinya resistensi antibiotik. Terutama apoteker dan kita semua yang ada disini. Diawali dengan mengedukasi masyarakat yang datang ke apotek, sehingga terjadi perubahan perilaku penggunaan antibiotik,”.

Faktor utama penyebab resistensi antibiotik adalah penyalahgunaan atau penggunaan antibiotik yang berlebihan. Masalah tersebut perlu diatasi dengan adanya upaya yang berkesinambungan untuk semua pihak dalam memerangi terjadinya resistensi antibiotik. Perlu adanya perubahan perilaku dalam upaya pemanfaatan antibiotik secara bijak di semua sektor.

Penggalangan komitmen yang telah dilakukan diharapkan mampu untuk membentuk adanya perilaku baik dalam penggunaan antibiotik oleh semua sektor. Diawali dengan adanya langkah nyata untuk mengedukasi masyarakat terkait penggunaan antibiotik yang bijak. Sehingga, masyarakat tidak lagi datang ke apotek untuk membeli antibiotik tanpa resep. 

PINTAR study

Baca Juga