Svara Theatrical, sebuah pagelaran kebudayaan yang menghadirkan karya dari para sineas-sineas muda Kota Yogyakarta, sukses diselenggarakan di Lab Karawitan Fakultas Bahasa Seni dan Budaya Universitas Negeri Yogyakarta (30/06/2024).
Acara ini berangkat dari keberagaman budaya Yogyakarta yang tidak hanya mencerminkan warisan sejarah nan kaya, tetapi juga menjadi kekuatan yang memperkaya identitas kota ini sebagai salah satu pusat budaya terkemuka di Indonesia.
Pagelaran budaya kali ini bertujuan untuk menghadirkan wadah bagi mereka yang ingin bersuara melalui karya. Adapun karya yang dipentaskan terdiri dari karya Seni Tari Kepyar, Seni Tari Apsara dan Pertunjukan Teater dari Komunitas AK-ART LAB.
Tari Kepyar
Tari "Kepyar" adalah tari kreasi modern yang mempunyai makna "Gemebyar"
atau ikut serta bersukacita mendukung emansipasi wanita. Emansipasi wanita menjadi tolak ukur dalam bersuara melalui sebuah karya tari.
Tari Apsara
Tari Lalita Apsara merupakan tari kreasi kontemporer yang terinspirasi dari
sosok Lalita Apsara, seorang bidadari dalam mitologi Hindu yang terkenal dengan
kecantikannya yang luar biasa dan sifatnya yang anggun. Tari ini bertujuan untuk
menggambarkan keindahan, keanggunan, kekuatan, dan keberanian Lalita Apsara melalui gerakan yang dinamis dan ekspresif.
Pertunjukan Teater The Dark Secret Of DISTRICT IV
Teknologi adalah pisau tajam yang sulit dikendalikan. Apabila mata pisau itu bergerak ke arah yang salah, boleh menjadi kita akan kehilangan jari-jari. Teknologi membawa anak muda ke zaman yang lebih rumit. Hal di atas menjadi sebuah pesan yang disampaikan kepada penonton lewat sebuah Pertunjukan teater karya sutradara Thomas Rian.
Event Director Svara Theatrical, Septia Raka Ananda, menjelaskan bahwa acara bertem budaya ini dilaksanakan untuk memperkuat upaya pelestarian budaya, khususnya di Yogyakarta.
"Acara ini akan menjadi platform bagi masyarakat lokal dan pengunjung untuk melestarikan kekayaan budaya kota ini melalui berbagai kegiatan yang dilaksanakan," kata Septia.
Generasi penerus, harus melestarikan kebudayaan sehingga nanti dapat diwariskan ke
generasi selanjutnya. Salah satu cara dalam melestarikan kebudayaan tersebut di era modern seperti ini yaitu dengan menggabungkan beberapa kesenian budaya sehingga menciptakan kesenian baru yang unik dan menarik.
Keberagaman budaya Yogyakarta tidak hanya mencerminkan warisan sejarahnya yang kaya, tetapi juga menjadi kekuatan yang memperkaya identitas kota ini sebagai salah satu pusat budaya terkemuka di Indonesia.
Baca Juga
-
Sinopsis Film The Sabarmati Report, Kisah Dua Jurnalis Mengungkap Kebenaran
-
Melawan Sunyi, Membangun Diri: Inklusivitas Tuna Rungu dan Wicara ADECO DIY
-
Melihat Jadwal Tur Linkin Park, Jakarta Satu-satunya Kota di Asia Tenggara
-
Ulasan Novel Seribu Wajah Ayah: Kisah Perjuangan dan Pengorbanan Ayah
-
Wajib Beli! Ini 3 Rekomendasi Cushion Lokal dengan Banyak Pilihan Shade
Artikel Terkait
-
Mengenal Piramida Budaya Perkosaan, Dari Lelucon Bisa Berujung Pelecehan
-
Menjelajahi Pafikotasingkawang.org: Komitmen terhadap Pengembangan Komunitas dan Pelestarian Budaya
-
Kehamilan Remaja: Bisakah Kita Berhenti Melihat Pernikahan Sebagai Solusi?
-
Mengenal Pegon, Kendaraan Tradisional Mirip Pedati yang Ada di Ambulu Jember
-
Giring Ganesha Tunjukkan Sikap Protektif, Lindungi Wartawan saat Wawancara
News
-
Imabsi Gelar Kelas Karya Batrasia ke-6, Bahas Repetisi dalam Puisi
-
Jalin Kerjasama Internasional, Psikologi UNJA MoA dengan Kampus Malaysia
-
Bicara tentang Bahaya Kekerasan Seksual, dr. Fikri Jelaskan Hal Ini
-
Komunitas GERKATIN DIY: Perjuangan Inklusi dan Kesehatan Mental Teman Tuli
-
5 Hero Marksman Jungle Terbaik di META Mobile Legends November 2024
Terkini
-
Sinopsis Film The Sabarmati Report, Kisah Dua Jurnalis Mengungkap Kebenaran
-
Melawan Sunyi, Membangun Diri: Inklusivitas Tuna Rungu dan Wicara ADECO DIY
-
Melihat Jadwal Tur Linkin Park, Jakarta Satu-satunya Kota di Asia Tenggara
-
Ulasan Novel Seribu Wajah Ayah: Kisah Perjuangan dan Pengorbanan Ayah
-
Wajib Beli! Ini 3 Rekomendasi Cushion Lokal dengan Banyak Pilihan Shade