Scroll untuk membaca artikel
Hikmawan Firdaus | Laurentia Princessa
Produk kerajinan bambu Prinxmas, Sabtu [19/10/2024]. (Dok. Pribadi/Laurentia)

Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) memiliki peran penting dalam pertumbuhan ekonomi suatu negara (Lin, 1998). UMKM di Indonesia sangat beragam, khususnya di era modern ini yang meliputi berbagai bidang usaha.

Salah satu usaha menengah yang akan dibahas dalam tulisan ini adalah kerajinan bambu. Pembahasan soal UMKM akan berkaitan dengan tantangannya khususnya persaingan bisnis.

Potensi yang dimiliki cukup tinggi melihat bahwa bambu merupakan produk ramah lingkungan. Namun kembali lagi, zaman semakin berkembang dan berubah seiring berjalannya waktu.

Pelaku usaha kian bersaing dengan memanfaatkan teknologi digital sebagai pemasaran produk. Itulah kendala utama yang dialami oleh Prinxmas, UMKM kerajinan bambu. 

Desa Brajan

Daerah Desa Brajan yang memiliki banyak usaha kerajinan bambu, Sabtu [19/10/2024]. (DocPribadi/Laurentia)

Prinxmas merupakan usaha kerajinan bambu yang berasal dari Desa Brajan, Sleman. Usaha ini telah berdiri selama lebih dari 10 tahun dan dijalankan secara turun temurun. Pak Sulisman, selaku pemilik usaha ini mengakui bahwa teknologi merupakan tantangan besar. 

“Pemasarannya sekarang ya banyak saingannya, kita sudah tua, sudah ketinggalan masalah elektronik,” kata Pak Sulisman.

Usaha Prinxmas ini berasal dari desa kecil di wilayah Sleman yang khas dengan kerajinan bambu. Persaingan yang ada meliputi antar sesama pelaku usaha kerajinan bambu.

Usaha ini merupakan mata pencaharian utama masyarakat Desa Brajan. Lebih dari 100 perajin bambu di Desa Brajan yang siap melayani secara langsung maupun online (Atmoko, 2021).

“Sekarang agak turun, kerajinan bambu ada di mana-mana,” ungkap Pak Sulisman.

Pada era modern ini, usaha kerajinan bambu mulai turun peminat karena banyaknya inovasi yang muncul. Banyaknya pelaku usaha di desa kecil ini mempersempit peluang inovasi muncul. Namun ditengah banyaknya pendatang dan perkembangan teknologi, pelaku usaha harus bisa menghadapinya. 

“Ya kita memang harus berani muncul di media sosial untuk promosi,” jawab Pak Sulisman.

Demi kelancaran usaha, Pak Sulisman mulai beradaptasi dan ikut menggunakan media sosial. Selain itu juga penting untuk selalu memiliki inovasi produk agar tetap bisa bersaing di desa kecil ini.

Jenis kerajinan bambu di Desa Brajan diawali dengan besek dan ceting. Diversifikasi menghasilkan lebih dari 110 jenis kerajinan bambu dengan mengikuti trend market export (Atmoko, 2018). Perkembangan ini terjadi karena adanya relevansi antara kebutuhan masyarakat dan inovasi produk. 

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.

Laurentia Princessa

Baca Juga