Scroll untuk membaca artikel
Sekar Anindyah Lamase | Rossa Angelina
Potret bersama pemilik dan manager Sarisa Merapi (Dok. Pribadi/Rossa Angelina)

Siapa sangka buah salak yang sering dianggap biasa saja, kini menjadi inspirasi bagi para pelaku UMKM untuk menciptakan produk-produk inovatif. Salah satu contohnya, yaitu Sarisa Merapi, UMKM asal Yogyakarta yang telah berdiri sejak 2016 dan berhasil menciptakan beragam olahan salak unik seperti manisan, dodol, dan pie.

Melihat potensi besar buah salak yang belum tergarap secara optimal, Rini Handayani, selaku pemilik Sarisa Merapi, memutuskan untuk mendirikan usaha ini dengan tujuan meningkatkan nilai ekonomis buah salak.

Sebagai salah satu petani salak, Rini berinisiatif mengolah buah salak menjadi berbagai produk inovatif, dengan harapan dapat meningkatkan nilai jualnya dan membuka peluang pasar yang lebih luas.

Inovasi Kopi dari Biji Salak

D'Kenthos, bagian dari Sarisa Merapi (Dok. Pribadi/Rossa Angelina)

Tidak hanya berinovasi dalam pengolahan buah salak, Sarisa Merapi juga berkomitmen terhadap prinsip keberlanjutan dengan memanfaatkan seluruh bagian buah salak, termasuk biji salak yang diolah menjadi kopi, sehingga tidak ada bagian dari buah salak yang terbuang sia-sia dan seluruh potensi buah salak dapat dimanfaatkan secara optimal.

"Kita tidak mengolah salaknya saja, tetapi juga kita olah bijinya, kita juga olah kulitnya," ujar Rini Handayani, selaku pemilik Sarisa Merapi.

Inovasi terus dilakukan oleh Sarisa Merapi untuk menciptakan produk-produk baru dari buah salak. D'Kenthos Coffee, merupakan bagian dari Sarisa Merapi yang berhasil mengubah limbah biji salak menjadi minuman kopi yang unik dan bernilai tambah. Inovasi ini terbentuk berawal dari banyaknya limbah salak yang terbuang sia-sia.

"Kita berinovasi, dirangkul, digandeng, dan dibantu oleh Fakultas Pertanian (UGM) untuk melakukan uji manfaatnya apa saja, terus akhirnya uji coba membuat kopi dari biji salak ini, maka terbentuk D'Kenthos Coffee ini. Dan untuk kulitnya, kita berinovasi lagi, melakukan uji-uji lagi dan terbentuk teh dari kulit salak. jadi dari salak itu, sudah tidak ada lagi limbah untuk kita," jelas Puguh, selaku manager Sarisa Merapi.

Menghadapi Tantangan Inovasi

Toko Sarisa Merapi (Dok. Pribadi/Rossa Angelina)

Perjalanan Sarisa Merapi tidak lepas dari berbagai tantangan, salah satunya adalah keterbatasan sumber daya manusia yang kompeten. Hal ini mendorong tim untuk terus belajar dan mengembangkan keterampilan, terutama di bidang barista. Sarisa Merapi secara khusus memilih barista yang memiliki keahlian dan pengalaman mendalam di bidang kopi.

Tantangan lain yang dimiliki yaitu menghadapi kompetitor-kompetitor lain, khususnya industri kopi. Hal tersebut mengharuskan Sarisa Merapi untuk lebih proaktif dalam berinovasi, tidak hanya terbatas pada produk kopi biji salak, tetapi juga mengikuti tren pasar kopi modern dengan menciptakan berbagai varian seperti latte, gula aren, americano dan lain sebagainya, sehingga mampu bersaing dengan kompetitor dan memenuhi selera konsumen yang beragam.

"Tetapi karena kita konsisten untuk mempertahankan mutu dan kualitas kita, dengan berbagai prosedur yang ada, itu tidak akan berubah. Selama kita bisa menjaga mutu, kualitas, kita tidak usah takut dengan kompetitor," ujar Rini Handayani, Senin (21/10/2024).

Berbagai tantangan yang dihadapi justru menjadi semangat bagi Sarisa untuk terus berinovasi dan berkarya, membuktikan bahwa UMKM lokal mampu bersaing di tingkat yang lebih tinggi. Dengan inovasi-inovasi yang terus dikembangkan, Sarisa tidak hanya memajukan UMKM lokal, tetapi juga memberikan kontribusi nyata bagi perekonomian Indonesia. Mari dukung semangat inovasi Sarisa dan UMKM lokal lainnya.

CEK BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Rossa Angelina

Baca Juga