Scroll untuk membaca artikel
Hikmawan Firdaus | Rion Nofrianda
Foto bersama mahasiswa psikologi Universitas Jambi saat kuliah lapangan (dok.pribadi/Rion Nofrianda)

Mahasiswa Program Studi Psikologi Universitas Jambi melaksanakan kegiatan kuliah lapangan di Kelurahan Arab Melayu, Kecamatan Pelayangan, Kota Jambi, Sabtu (26/04/2025). Kegiatan ini bertujuan untuk memperkaya pemahaman mahasiswa mengenai perilaku manusia dalam konteks budaya setempat. Didampingi oleh dua dosen, Rion Nofrianda, M.Psi., Psikolog dan Agung Iranda, M.A., mahasiswa secara langsung melakukan observasi dan interaksi dengan masyarakat lokal.

Kegiatan ini mendapatkan sambutan yang positif dari pihak Kelurahan Arab Melayu. Muhammad Sabki, perwakilan kelurahan, dalam sambutannya menyampaikan apresiasi atas kehadiran mahasiswa. Ia menyatakan bahwa kehadiran mahasiswa menjadi kesempatan yang baik untuk saling berbagi informasi dan pengalaman, sekaligus sebagai sarana edukasi dan pengenalan budaya lokal kepada generasi muda.
"Kami menyambut baik kehadiran adik-adik mahasiswa. Ini adalah kesempatan untuk memperkenalkan budaya lokal, serta memperkaya wawasan mereka tentang kehidupan bermasyarakat," ujar Sabki.

Kegiatan kuliah lapangan ini dirancang untuk memberi kesempatan kepada mahasiswa memahami secara langsung bagaimana budaya membentuk perilaku individu dan kelompok. Dalam arahannya, Agung Iranda, M.A., menjelaskan bahwa pengalaman langsung di lapangan akan membantu mahasiswa dalam menggali lebih dalam variabel-variabel psikologi yang ada di dalam masyarakat.
"Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan wawasan langsung kepada mahasiswa, agar mereka dapat melihat bagaimana nilai, norma, serta praktik sosial membentuk perilaku individu. Temuan ini nantinya bisa dianalisis secara akademis dan dikembangkan menjadi penelitian yang lebih lanjut," kata Agung.

Kelurahan Arab Melayu dipilih sebagai lokasi kuliah lapangan karena merupakan salah satu wilayah di Kota Jambi yang masih mempertahankan tradisi budaya Melayu dengan kuat. Selain itu, kehidupan sosial masyarakat di daerah ini juga mencerminkan hubungan sosial yang erat dan penuh dengan nilai-nilai tradisional yang relevan untuk kajian psikologi budaya.

Setelah pengarahan dari dosen dan sambutan dari pihak kelurahan, mahasiswa dibagi ke dalam beberapa kelompok kecil untuk melakukan observasi dan wawancara dengan warga setempat. Mereka mendokumentasikan hasil wawancara, mengamati interaksi sosial, serta mencatat berbagai kebiasaan dan tradisi masyarakat Arab Melayu.

Selama pelaksanaan kegiatan, para mahasiswa menunjukkan antusiasme tinggi. Mereka melakukan wawancara dengan berbagai kalangan, mulai dari tokoh masyarakat, ibu rumah tangga, hingga pemuda setempat. Wawancara berlangsung dalam suasana santai namun tetap serius, dengan mahasiswa mencatat jawaban warga sebagai bahan untuk analisis akademis mereka.

Gilang, salah satu mahasiswa yang mengikuti kegiatan ini, membagikan pengalamannya saat diwawancarai di sela kegiatan.
"Kegiatan ini seru dan menyenangkan. Kami bisa langsung bercengkrama dengan masyarakat, mendengarkan pengalaman mereka, dan menemukan banyak informasi baru yang penting. Belajar melalui interaksi langsung membuat kami memahami konteks budaya secara lebih nyata dibandingkan hanya belajar dari buku," ungkap Gilang.

Ia menambahkan bahwa melalui interaksi tersebut, mahasiswa dapat memahami bagaimana budaya setempat mengajarkan nilai-nilai penting seperti gotong royong, hormat kepada orang tua, dan pentingnya menjaga tradisi dalam kehidupan sehari-hari. Menurutnya, pengalaman ini memperkaya pemahaman akademik sekaligus membangun keterampilan sosial yang sangat diperlukan dalam profesi psikologi.

Rion Nofrianda, M.Psi., Psikolog, yang turut mendampingi kegiatan ini, mengapresiasi keseriusan mahasiswa dalam menjalani tugas lapangan. Ia menekankan pentingnya kegiatan seperti ini untuk membentuk kepekaan mahasiswa terhadap aspek budaya dalam perilaku manusia.
"Melalui kuliah lapangan ini, mahasiswa dapat melihat secara langsung bagaimana budaya membentuk pola pikir, sikap, dan perilaku masyarakat. Ini sangat penting untuk memperkaya pemahaman mereka dalam bidang psikologi, khususnya dalam menghadapi masyarakat multikultural," ujar Rion.

Ia juga menegaskan pentingnya keterampilan empati dan keterbukaan dalam melakukan wawancara dan observasi. Mahasiswa didorong untuk membangun hubungan yang baik dengan informan, mendengarkan secara aktif, serta menghargai perbedaan nilai dan pandangan hidup yang mereka temui di lapangan.

Sementara itu, Agung Iranda, M.A., mengingatkan bahwa data yang diperoleh dari kegiatan ini dapat menjadi bahan untuk pengembangan tugas akademik maupun penelitian lanjutan. Ia berharap mahasiswa dapat mengolah informasi yang diperoleh menjadi analisis yang mendalam, menghubungkannya dengan teori-teori psikologi budaya yang telah mereka pelajari di kelas.

Kegiatan kuliah lapangan ini berlangsung hingga sore hari. Setelah melakukan observasi dan wawancara, para mahasiswa kembali berkumpul di aula Kelurahan Arab Melayu untuk melakukan sesi refleksi. Dalam sesi ini, mahasiswa diminta untuk menceritakan pengalaman yang mereka alami, tantangan yang dihadapi, serta pelajaran yang mereka peroleh.

Banyak mahasiswa yang mengungkapkan bahwa pengalaman di lapangan memberikan gambaran nyata tentang kompleksitas perilaku manusia dalam konteks budaya. Mereka mengakui bahwa teori-teori yang dipelajari di kelas menjadi lebih bermakna setelah melihat bagaimana konsep tersebut diterapkan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat.

Melsa, salah seorang mahasiswa, menyampaikan refleksi pribadinya.
"Pengalaman ini membuka wawasan saya tentang betapa pentingnya memahami budaya dalam menganalisis perilaku. Saya belajar bahwa perilaku manusia tidak bisa dilepaskan dari nilai dan norma budaya yang dianutnya. Dengan berinteraksi langsung, saya mendapatkan banyak insight yang tidak bisa didapatkan hanya melalui teori di kelas," ungkapnya.

Mahasiswa juga menyatakan bahwa kegiatan ini mengasah keterampilan mereka dalam berkomunikasi, membangun rapport dengan masyarakat, dan melakukan pengumpulan data secara sistematis. Mereka belajar untuk menjadi lebih sabar, teliti, dan sensitif terhadap dinamika sosial yang terjadi di lapangan.

Sebagai penutup kegiatan, Rion Nofrianda menyampaikan apresiasi atas kerja keras para mahasiswa dan berharap pengalaman ini dapat menjadi bekal dalam perjalanan akademik dan profesional mereka di masa depan.
"Kuliah lapangan ini bukan hanya tentang memahami budaya, tetapi juga tentang membentuk karakter profesional kalian. Pengalaman ini akan membantu kalian menjadi psikolog yang lebih empatik, terbuka, dan peka terhadap konteks sosial budaya," tutup Rion.

Agung Iranda menambahkan bahwa keterampilan yang diasah melalui kegiatan ini, seperti observasi, wawancara, analisis data, dan interpretasi dalam konteks budaya, merupakan bagian penting dalam dunia kerja psikologi, terutama dalam bidang penelitian, intervensi sosial, dan konseling lintas budaya.

Melalui kegiatan ini, Program Studi Psikologi Universitas Jambi menunjukkan komitmennya untuk memberikan pendidikan yang tidak hanya teoritis, tetapi juga praktis dan kontekstual. Kuliah lapangan semacam ini diharapkan dapat terus dikembangkan, menjangkau berbagai komunitas budaya lainnya, sehingga mahasiswa dapat memperluas perspektif dan memperdalam pemahaman mereka tentang keanekaragaman perilaku manusia.

Dengan berakhirnya kegiatan ini, mahasiswa membawa pulang lebih dari sekadar catatan lapangan. Mereka membawa pengalaman berharga yang akan memperkaya perjalanan akademik mereka, sekaligus membekali mereka dengan keterampilan dan pemahaman yang lebih dalam dalam meniti karier sebagai profesional di bidang psikologi.

Rion Nofrianda