Scroll untuk membaca artikel
Hikmawan Firdaus | Rion Nofrianda
Foto bersama kegiatan lomba dan seminar nasional oleh Himpunan Mahasiswa Psikologi Universitas Jambi (instagram/psikologi.unja)

Aula Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BKPSDM) Kota Jambi menjadi saksi terselenggaranya sebuah acara inspiratif yang diprakarsai oleh Himpunan Mahasiswa Psikologi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Jambi, Minggu (19/05/2025). Acara ini dikemas dalam bentuk Lomba dan Seminar Nasional dengan mengangkat tema besar “Self-compassion: the key to unlocking your full potential”. Kegiatan ini tidak hanya menjadi ajang akademik, tetapi juga wadah refleksi dan penyadaran tentang pentingnya kasih sayang terhadap diri sendiri sebagai fondasi utama dalam membangun kesehatan mental.

Kegiatan dibuka secara resmi oleh Wakil Dekan III FKIK UNJA, Dr. Ummi Kalsum, yang hadir langsung di tengah para peserta. Dalam sambutannya, beliau menyampaikan pesan yang mendalam mengenai pentingnya mengenali dan menerima diri sendiri di tengah tekanan kehidupan modern.

“Self-compassion bukan hanya tentang mencintai diri sendiri, tetapi juga tentang memahami dan menerima diri dalam segala kekurangan. Melalui kegiatan ini, kita berharap dapat membangun kesadaran akan pentingnya kesehatan mental di kalangan mahasiswa dan masyarakat umum,” ujar beliau.

Turut mendampingi dalam pembukaan adalah Ketua Jurusan Psikologi, Dessy Pramudiani, M.Psi., Psikolog, serta Koordinator Program Studi Psikologi, Rion Nofrianda, M.Psi., Psikolog. Dessy Pramudiani menekankan pentingnya kegiatan ini sebagai media pengembangan potensi mahasiswa sekaligus ruang belajar yang aplikatif.

“Lomba dan seminar ini merupakan wadah bagi mahasiswa untuk mengembangkan potensi diri dan memahami pentingnya self-compassion dalam kehidupan sehari-hari. Kami berharap peserta dapat menerapkan ilmu yang didapat untuk meningkatkan kualitas hidup mereka,” ungkapnya dengan penuh semangat.

Senada dengan itu, Rion Nofrianda menyampaikan apresiasinya terhadap partisipasi mahasiswa dan narasumber, sembari menyoroti relevansi ilmu psikologi dalam kehidupan nyata.

“Melalui kegiatan ini, kami ingin menunjukkan bahwa psikologi bukan hanya ilmu teori, tetapi juga ilmu yang aplikatif dan bermanfaat bagi kehidupan masyarakat,” katanya.

Sebelum memasuki sesi seminar, kegiatan diawali dengan perlombaan yang diikuti oleh mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi. Lomba ini menjadi ajang bagi para peserta untuk mengekspresikan pemahaman mereka mengenai self-compassion melalui berbagai karya kreatif seperti esai, poster edukatif, dan video pendek. Setiap karya mencerminkan kepedulian dan kesadaran peserta terhadap pentingnya mengenal dan menghargai diri sendiri, terutama di tengah gempuran tuntutan sosial dan akademik.

Acara kemudian berlanjut ke sesi utama, yaitu Seminar Nasional yang menghadirkan narasumber kompeten di bidang psikologi, Septiriana Wulandari, M.Psi., Psikolog. Dalam penyampaiannya, Septiriana mengajak peserta untuk menyelami lebih dalam makna dan implementasi dari konsep self-compassion. Ia menjelaskan bahwa terdapat tiga komponen penting dalam self-compassion, yakni self-kindness atau kebaikan terhadap diri sendiri, common humanity atau kesadaran bahwa setiap orang mengalami penderitaan, dan mindfulness atau kesadaran penuh atas pengalaman saat ini. Menurutnya, ketiga komponen ini menjadi pilar penting dalam menciptakan ketahanan mental.

“Self-compassion bukan berarti kita membenarkan setiap kesalahan yang kita buat, tetapi menerima bahwa kita adalah manusia biasa yang bisa belajar dan tumbuh dari pengalaman. Kasih sayang terhadap diri sendiri adalah pondasi dari keberanian untuk memperbaiki diri,” jelasnya dengan penuh empati. Ia juga menambahkan bahwa pengembangan self-compassion terbukti dapat menurunkan tingkat stres, mengurangi kecemasan, dan memperkuat hubungan interpersonal, terutama pada kalangan muda yang rentan terhadap tekanan emosional.

Antusiasme peserta terasa sangat tinggi selama sesi berlangsung. Banyak peserta yang aktif mengajukan pertanyaan dan berdiskusi langsung dengan narasumber, menunjukkan betapa topik ini sangat relevan dengan dinamika kehidupan mereka sehari-hari. Beberapa mahasiswa bahkan menyampaikan pengalaman pribadi yang menyentuh, tentang bagaimana mereka berjuang untuk menerima diri sendiri dan membangun kembali kepercayaan diri mereka.

Kegiatan ini ditutup dengan pengumuman pemenang lomba serta sesi foto bersama sebagai simbol kolaborasi dan semangat kebersamaan dalam mengangkat isu kesehatan mental. Atmosfer hangat dan penuh semangat menyelimuti ruangan, menciptakan kesan mendalam bagi seluruh peserta.

Lomba dan Seminar Nasional ini menjadi bukti nyata bahwa mahasiswa psikologi tidak hanya belajar tentang teori dalam kelas, tetapi juga mampu menghidupkan nilai-nilai psikologis dalam praktik dan pengabdian kepada masyarakat. Himpunan Mahasiswa Psikologi FKIK UNJA berhasil menyelenggarakan sebuah acara yang tidak hanya edukatif, tetapi juga menyentuh aspek emosional dan spiritual peserta.

Melalui acara ini, diharapkan akan lahir generasi muda yang lebih peduli pada kesejahteraan mental diri sendiri dan orang lain. Lebih dari itu, kegiatan ini menegaskan kembali pentingnya peran pendidikan tinggi sebagai motor penggerak perubahan sosial, terutama dalam membangun masyarakat yang lebih empatik, inklusif, dan sejahtera secara psikologis.

Dengan antusiasme yang tinggi dan keberhasilan dalam penyelenggaraan, kegiatan ini juga diharapkan menjadi inspirasi bagi institusi pendidikan lainnya untuk lebih serius mengangkat isu-isu kesehatan mental dalam program kerja mereka. Karena pada akhirnya, membangun masa depan bangsa bukan hanya soal kecerdasan intelektual, tetapi juga tentang keberanian untuk mencintai dan merawat diri sendiri.

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.

Rion Nofrianda