Scroll untuk membaca artikel
Hayuning Ratri Hapsari | Rion Nofrianda
Keseruan kegiatan komunitas di desa Pengeratan Suku Anak Dalam Muaro Jambi (Dok. Pribadi/Rion Nofrianda)

Sebuah kegiatan psikoedukasi yang penuh makna terselenggara di Desa Pengeratan, sebuah desa terpencil di wilayah Muaro Jambi, Minggu (1/6/2025).

Desa ini dikenal sebagai salah satu tempat tinggal Suku Anak Dalam, komunitas adat yang selama ini masih sangat menjaga kearifan lokal dan hidup sederhana di tengah rimbunnya hutan dan hamparan kebun sawit.

Kegiatan ini merupakan inisiatif dari komunitas ESYC, sebuah kelompok mahasiswa dan dosen dari Program Studi Psikologi Universitas Jambi yang berfokus pada pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan psikologis dan edukatif.

Tema yang diangkat kali ini adalah “Mimpi,” yang sengaja dipilih untuk menginspirasi anak-anak desa, khususnya mereka yang berada di usia sekolah dasar dan menengah pertama, agar berani membangun harapan dan cita-cita meskipun dengan berbagai keterbatasan yang melekat pada lingkungan mereka.

Perjalanan menuju Desa Pengeratan sendiri sudah menjadi cerita menarik yang mengawali kegiatan ini. Tim dari Universitas Jambi yang terdiri atas para dosen dan mahasiswa harus menempuh perjalanan cukup menantang untuk bisa sampai ke desa tersebut.

Jalanan yang membelah hamparan kebun sawit terasa seperti labirin hijau yang sesekali menerobos sinar matahari yang malu-malu. Namun, bukan hanya pemandangan yang menjadi tantangan, melainkan kondisi jalan yang berliku dan licin karena hujan yang mengguyur kawasan itu semalam.

Lumpur yang basah dan bebatuan yang licin menuntut kehati-hatian ekstra dari pengendara mobil dan motor yang membawa rombongan. Dalam suasana yang sedikit tegang namun penuh semangat itu, suasana hutan yang sunyi dan segar menjadi latar yang menenangkan hati. 

Kondisi jalan yang sulit dilewati juga menggambarkan betapa terisolasinya desa ini dari pusat kota, sebuah realitas yang kerap menjadi penghambat akses pendidikan dan layanan sosial bagi warga di sana.

Setibanya di Desa Pengeratan, rombongan disambut dengan hangat oleh masyarakat setempat. Tempat kegiatan dipilih di sebuah pendopo kayu tradisional yang menjadi pusat aktivitas sosial dan budaya warga desa.

Pendopo tersebut memiliki suasana yang sederhana namun sarat kehangatan, dengan udara segar dan suara alam yang menyelimuti, jauh dari kebisingan perkotaan.

Di sini, para anak-anak yang berasal dari SD dan SMP setempat berkumpul, menanti dengan antusias kegiatan yang akan berlangsung.

Acara dimulai dengan sambutan dari M. Fikri, Ketua Komunitas ESYC, yang menyampaikan harapan besar dari kegiatan ini. Dalam sambutannya, Fikri menegaskan bahwa kegiatan psikoedukasi ini bukan sekadar program pengajaran biasa, melainkan wujud nyata kepedulian insan psikologi Universitas Jambi untuk membuka cakrawala anak-anak Desa Pengeratan.

“Kami ingin anak-anak di sini sadar bahwa di balik segala keterbatasan, mereka memiliki mimpi yang sangat layak diperjuangkan. Harapan kami, kegiatan ini dapat menjadi titik awal dari semangat baru yang terus tumbuh dan mengakar kuat di hati mereka,” ujar Fikri dengan nada penuh keyakinan.

Ia juga mengungkapkan bahwa komunitas ESYC berkomitmen untuk terus menghadirkan program-program serupa sebagai bagian dari kontribusi sosial dan akademik yang berkelanjutan.

Selanjutnya, Rion Nofrianda, M.Psi., Psikolog sebagai Koordinator Program Studi Psikologi Universitas Jambi, memberikan sambutan yang tidak kalah inspiratif. Rion menekankan pentingnya pendidikan psikologis, terutama bagi komunitas adat yang selama ini belum banyak tersentuh program pengembangan mental dan sosial.

“Sebagai akademisi dan praktisi psikologi, kami yakin bahwa membekali anak-anak sejak dini dengan pengetahuan dan motivasi psikologis akan sangat berpengaruh dalam membentuk karakter dan kesiapan mereka menghadapi masa depan. Melalui kegiatan ini, kami ingin memberikan stimulus agar anak-anak di Desa Pengeratan semakin percaya diri dan bersemangat belajar,” kata Rion yang juga menyampaikan apresiasi besar atas dukungan penuh dari semua pihak yang terlibat.

Tema “Mimpi” yang diangkat menjadi fondasi utama dalam rangkaian kegiatan. Anak-anak diajak untuk mengenal arti penting mimpi dan cita-cita dalam kehidupan.

Materi motivasi disampaikan oleh Agung Iranda, M.A, seorang dosen yang dikenal dengan cara penyampaian yang komunikatif dan energik. Agung mengajak anak-anak untuk membayangkan masa depan mereka dengan penuh harapan dan keberanian. Ia menjelaskan bahwa setiap mimpi harus diiringi dengan usaha dan semangat pantang menyerah.

“Ketika kalian bermimpi, jangan pernah takut untuk bermimpi besar. Mimpi adalah awal dari segala keberhasilan. Kalian semua punya potensi luar biasa yang harus digali dan dikembangkan,” ucap Agung sambil menyemangati para peserta yang menyimak dengan penuh antusias.

Setelah sesi motivasi yang penuh semangat, suasana pun berubah menjadi lebih ceria dengan diadakannya sebuah permainan interaktif yang bernama “Menebak Profesi”.

Anak-anak dibagi dalam kelompok kecil untuk menebak berbagai jenis profesi berdasarkan petunjuk yang diberikan oleh para fasilitator. Permainan ini tidak hanya menghibur, tetapi juga edukatif, membuka wawasan anak-anak tentang beragam pekerjaan yang mungkin belum mereka kenal sebelumnya.

Selain menstimulus imajinasi dan rasa ingin tahu, permainan ini juga membantu menumbuhkan keberanian mereka untuk membayangkan masa depan dengan berbagai pilihan karier yang luas.

Dessy Pramudiani, S.Psi., M.Psi., Psikolog yang menjabat sebagai Ketua Jurusan Psikologi Universitas Jambi, hadir dan turut mengamati jalannya permainan tersebut. Ia menilai bahwa metode games ini sangat efektif dalam mengajak anak-anak belajar dengan cara yang menyenangkan.

“Aktivitas seperti ini membuat anak-anak lebih mudah terbuka dan berani berdiskusi mengenai cita-cita mereka. Ini adalah langkah awal yang baik untuk menumbuhkan kesadaran akan berbagai peluang karier yang ada di dunia luar,” ujar Dessy sambil tersenyum melihat antusiasme anak-anak.

Tak hanya Dessy, beberapa dosen psikologi lainnya seperti Fadzlul, M. Tri Firia Chandra, dan Verdiantika Annisa juga turut serta dalam kegiatan ini. Mereka berperan sebagai pendamping yang memberikan dukungan dan memastikan kegiatan berjalan dengan lancar.

Kehadiran mereka semakin menegaskan komitmen Program Studi Psikologi Universitas Jambi dalam menjalankan program pemberdayaan masyarakat berbasis psikologi, khususnya untuk komunitas adat yang memerlukan perhatian khusus.

Suasana di pendopo kayu itu terasa penuh energi positif. Anak-anak yang pada awalnya tampak sedikit malu dan canggung mulai menunjukkan senyum lebar dan antusiasme tinggi.

Beberapa dari mereka bahkan dengan percaya diri mengungkapkan cita-cita mereka setelah mengikuti sesi motivasi dan games tersebut. Sari, seorang siswi SMP, dengan mata berbinar menyatakan bahwa ia ingin menjadi seorang guru agar kelak dapat mengajar dan membimbing anak-anak di desanya.

“Dulu aku pikir jadi guru itu susah dan jauh dari jangkauanku. Tapi sekarang aku mulai percaya bahwa mimpi itu bisa diwujudkan jika kita mau berusaha,” ujar Septi penuh keyakinan.

Tidak hanya berdampak pada anak-anak, kegiatan ini juga mempererat hubungan antara Universitas Jambi dan masyarakat Desa Pengeratan.

Melalui dialog dan interaksi langsung, kedua belah pihak dapat saling memahami kebutuhan dan potensi yang ada, membuka peluang kolaborasi lebih lanjut untuk program-program pemberdayaan berkelanjutan.

Program Studi Psikologi Universitas Jambi melalui komunitas ESYC berharap dapat terus hadir di tengah masyarakat adat seperti ini dengan pendekatan yang holistik dan empatik.

Dalam pandangan Rion Nofrianda, kehadiran psikologi dalam ranah pengembangan komunitas adat adalah hal yang sangat strategis.

“Kami berkomitmen untuk tidak hanya memberikan teori di bangku kuliah, tapi juga mengaplikasikan ilmu psikologi secara nyata dan berdampak langsung kepada masyarakat. Anak-anak Desa Pengeratan ini adalah generasi penerus yang sangat berharga. Kami ingin memastikan mereka tidak hanya maju secara akademik, tetapi juga kuat secara mental dan emosional untuk menghadapi tantangan hidup,” tuturnya dengan penuh semangat.

Menjelang sore, kegiatan diakhiri dengan sesi refleksi dan pembagian kenang-kenangan sederhana kepada anak-anak sebagai simbol dukungan dan pengingat bahwa mereka tidak sendiri dalam perjalanan meraih mimpi.

Semangat dan keceriaan terpancar dari wajah anak-anak yang kini membawa pulang pesan penting, bahwa mimpi adalah kunci yang membuka pintu masa depan.

Ketika rombongan mulai meninggalkan Desa Pengeratan, rasa haru dan kebahagiaan bercampur dalam hati semua peserta. Perjalanan pulang yang sama menantangnya seperti saat berangkat tidak mengurangi rasa syukur dan kepuasan atas apa yang telah dilakukan.

Melintasi kembali jalanan berlumpur, menyeberangi sungai dengan jembatan kayu, dan melewati kebun sawit yang tenang, tim membawa pulang bukan hanya cerita perjalanan fisik, tetapi juga kisah tentang mimpi yang mulai tumbuh dan harapan yang menyala di tengah komunitas adat yang dulu tampak jauh dari jangkauan dunia luar.

Kegiatan psikoedukasi di Desa Pengeratan ini membuktikan bahwa pendekatan psikologi yang tepat dapat menjadi alat pemberdayaan yang kuat bagi masyarakat yang selama ini kurang tersentuh oleh program pembangunan konvensional.

Melalui kegiatan sederhana namun bermakna, anak-anak Suku Anak Dalam di Muaro Jambi mulai menulis bab baru dalam hidup mereka bab yang penuh dengan harapan, keberanian bermimpi, dan keyakinan bahwa masa depan ada di tangan mereka sendiri.

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS

Rion Nofrianda