Scroll untuk membaca artikel
Hayuning Ratri Hapsari | Duwi Puspitasari
Grantha Dayatina di PSTW Budi Luhur Jambi (Dok. Pribadi/Tim Grantha Dayatina)

Sebuah inisiatif penuh makna terhelat di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Kota Jambi pada 31 Mei dan 2 Juni 2025. Komunitas Grantha Dayatina, yang digawangi oleh mahasiswa Jurusan Psikologi Universitas Jambi dan berdiri sejak tahun 2023, hadir membawa program "Romansa Estetika".

Nama ini dipilih untuk menggambarkan keindahan yang tercipta dari jalinan hubungan dan kebersamaan, sejalan dengan misi utama program: membangkitkan kembali "sense of belonging" atau rasa memiliki di kalangan lansia penghuni panti.

Komunitas yang mulanya fokus pada pemberdayaan perempuan ini, kini meluaskan cakupannya untuk menyentuh hati para lansia, sebuah langkah strategis dalam misi sosial mereka.

Pemilihan tema "Sense of Belonging" bukanlah tanpa alasan. Hasil asesmen awal Grantha Dayatina menunjukkan bahwa banyak lansia di panti cenderung berkegiatan secara mandiri, mengabaikan potensi interaksi kelompok.

Lebih lanjut, tak jarang terjadi konflik-konflik kecil yang memperburuk komunikasi dan memperlemah ikatan di antara mereka.

Kondisi ini mendasari keyakinan tim Grantha Dayatina bahwa menumbuhkan kembali rasa kebersamaan melalui aktivitas berkelompok adalah kunci esensial untuk meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan emosional para lansia.

Perjalanan Grantha Dayatina menuju panti bukan semata tentang jarak fisik, melainkan juga upaya mendekatkan diri pada hati para lansia.

Tim yang terdiri dari enam mahasiswa dan dua relawan ini membawa semangat juang untuk menciptakan suasana hangat dan inklusif.

Tantangan komunikasi, seperti keharusan berbicara dengan volume tinggi dan mengulang penjelasan agar lansia dapat memahami, dihadapi dengan kesabaran dan kehati-hatian.

Namun, prioritas utama tim adalah memastikan kenyamanan para lansia agar mereka mau bergabung dan berpartisipasi aktif dalam setiap sesi kelompok.

Membangun Kebersamaan Lewat "Tenun Kisah Kita" dan "Harmoni Rasa"

Sesi Edukasi dan Diskusi (DocPribadi/Tim Grantha Dayatina)

Pada hari pertama kegiatan, Sabtu, 31 Mei 2025, suasana kehangatan mulai dibangun melalui sesi "Tenun Kisah Kita". Lansia dibagi ke dalam enam kelompok kecil, dengan fasilitator yang bergiliran di setiap kelompok untuk memastikan partisipasi aktif.

Kegiatan dimulai dengan perkenalan diri, di mana setiap lansia menyebutkan nama dan satu hal bermakna tentang dirinya, yang kemudian dicatat pada kartu identitas kelompok.

Kemudian, permainan menebak cerita dimulai. Fasilitator membacakan kisah-kisah personal yang telah dicatat, dan para lansia di setiap kelompok berlomba menebak siapa pemilik kisah tersebut. Interaksi ini memicu gelak tawa dan ekspresi kejutan saat mereka mengenali potongan memori dari teman panti mereka.

Sesi ditutup dengan refleksi ringan seputar pengalaman mengenal teman baru dan perasaan terhubung melalui cerita, sebuah fondasi awal terbentuknya rasa kebersamaan dalam kelompok.

Setelah itu, sesi "Harmoni Rasa" mengajak lansia menikmati pemutaran video animasi berjudul "Semua Sayang Teman bersama Si Juki". Video ini menjadi pintu masuk yang santai untuk menggali makna pertemanan.

Setelah menonton, lansia diajak berdiskusi ringan mengenai pesan yang mereka tangkap, seperti pentingnya saling peduli dan berbagi, serta pengalaman pribadi yang berkaitan dengan isi video.

Fasilitator kemudian menyampaikan materi singkat tentang pentingnya pertemanan dan sense of belonging di usia lanjut, menjelaskan bagaimana hal tersebut memengaruhi kesejahteraan emosional.

Sesi ditutup dengan refleksi kelompok, di mana setiap lansia menyebutkan satu kata atau kalimat yang menggambarkan arti "teman" bagi mereka, merangsang mereka untuk menyadari nilai persahabatan dalam hidup dan memperkuat ikatan emosional dalam komunitas.

Mengukir Ikatan Melalui "Pingpong Pouch!" dan "Ramosa (Rajut Momen Bersama)"

Sesi Ramosa (DocPribadi/Tim Grantha Dayatina)

Memasuki hari kedua, Senin, 2 Juni 2025, energi kebersamaan semakin membara melalui permainan "Pingpong Pouch!". Lansia dibagi lagi menjadi tiga kelompok kecil. Dengan alat permainan yang disiapkan, setiap kelompok bergiliran melempar bola pingpong ke dalam baki telur yang telah disediakan, dengan durasi 3-5 menit per giliran.

Fasilitator menjaga suasana tetap hangat dan positif, menekankan kerja sama dan kebersamaan, bukan kompetisi. Meskipun ada penghitungan poin dan pengumuman pemenang sebagai bentuk apresiasi, fokusnya adalah pada proses dan interaksi antar anggota kelompok.

Setelah permainan, lansia berbagi perasaan mereka selama bermain dan menilai sejauh mana mereka merasa didukung oleh kelompoknya, merasakan irama kebersamaan dan semangat saling mendukung.

Keceriaan berlanjut dengan sesi "Ramosa (Rajut Momen Bersama)". Lansia bekerja dalam kelompok-kelompok kecil beranggotakan 2-3 orang untuk berkreasi bersama.

Setiap kelompok diberi gambar bermotif pola, seperti kupu-kupu atau ikan, lengkap dengan potongan kertas origami dan lem. Tugas mereka adalah menempelkan potongan origami tersebut sesuai pola gambar, menciptakan karya seni kolaboratif yang indah dan bermakna.

Fasilitator melakukan debrief untuk mengajak lansia merefleksikan pengalaman bekerja sama dan merasakan keindahan proses kreasi. Hasil karya ini diperbolehkan disimpan sebagai kenang-kenangan, simbol keterikatan dan keharmonisan yang terbangun dalam kelompok.

Refleksi Mendalam "Menilik Jejak" dan Harapan yang Mengakar

Sesi Edukasi dan Diskusi (DocPribadi/Tim Grantha Dayatina)

Puncak kegiatan adalah sesi "Menilik Jejak", yang mengajak lansia untuk mengekspresikan pengalaman dan harapan mereka secara personal melalui tulisan singkat.

Lansia dibagikan kertas kosong atau papan tulis kecil dan diminta menuliskan nama, usia, serta menjawab dua pertanyaan sederhana: “Hari paling bahagia dalam hidupku adalah…” dan “Harapanku ke depannya adalah…”.

Tulisan ini dapat berupa 1-2 kalimat pendek, dan fasilitator siap membantu peserta yang kesulitan menulis dengan mencatat cerita mereka secara langsung. Beberapa lansia bahkan difoto bersama tulisan mereka sebagai dokumentasi momen berharga.

Sebagai penutup, dua lansia secara sukarela berbagi cerita di depan kelompok, mempererat ikatan emosional dan rasa saling menghargai.

Sebuah pernyataan dari seorang datuk begitu menyentuh hati tim Grantha Dayatina: "Kedatangan adik-adik mahasiswa dari komunitas Grantha Dayatina telah membantu kami menyadari bahwa di sisa usia hidup di panti, kami hanya memiliki sesama kami di sini."

Pengakuan ini menggarisbawahi urgensi dan dampak mendalam dari inisiatif yang dibawa, memperkuat kesadaran mereka akan arti penting persaudaraan di lingkungan panti.

Pihak Panti Sosial Tresna Werdha Kota Jambi pun menyampaikan apresiasinya yang tulus.

"Adik-adik mahasiswa dari komunitas Grantha Dayatina telah memberikan kegiatan yang menyadarkan datuk nenek di sini, sekaligus menjadi pelajaran berharga untuk kami, agar selalu memastikan datuk dan nenek hidup rukun dan silaturahmi terjaga," ujar perwakilan panti.

Bagi Grantha Dayatina, dua hari kegiatan ini bukan sekadar program rutin, melainkan momen berharga yang diharapkan dapat terus diimplementasikan dan dijaga semangatnya.

Mereka berkomitmen untuk memastikan bahwa rasa memiliki dan kebersamaan akan terus bersemi di hati para lansia, menjadikan panti bukan hanya tempat tinggal, tetapi juga rumah yang penuh kehangatan dan persaudaraan yang terjalin erat dalam kelompok.

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS

Duwi Puspitasari