Scroll untuk membaca artikel
Hikmawan Firdaus
Pementasan Teater Kolaborasi Kelas Minat SALAM. (Ist)

Sanggar Anak Alam (SALAM), sebuah komunitas yang menyebut diri sebagai sekolah keluarga dan laboratorium kehidupan, akan berusia 25 tahun pada 20 Juni 2025. Rangkaian Ulang Tahun SALAM Ke-25 diadakan pada 18-20 Juni 2025, bertempat di Sanggar Anak Alam, Nitiprayan, Bantul.

Rangkaian acara 25 tahun SALAM berisi beberapa mata acara, diantaranya:

  1. Pasar Pangan Sehat
  2. Sarasehan Pendidikan Alternatif “Robohnya Sekolah Rakyat Kami”
  3. Pementasan Teater Kolaborasi Kelas Minat SALAM
  4. Workshop Siswa, Ortu dan Kerabat SALAM
  5. Tawasulan & Sinau Bareng bersama KiaiKanjeng & Sabrang MDP (Noe Letto)

Momentum ulang tahun perak, digunakan SALAM untuk menunjukkan keberpihakannya di dunia pendidikan. Pendidikan alternatif bukan jalan yang mulus dan tanpa hambatan, dan 25 tahun adalah waktu yang cukup layak untuk mengenal, menyelami hingga memberi kritik.

Alih-alih merayakan dengan gegap gempita, SALAM memilih untuk merayakan usia peraknya dengan merenung dan bertanya. Itu sebabnya, dalam perayaan ulang tahunnya, SALAM mengambil tema ‘Robohnya Sekolah Rakyat Kami’, sebuah judul yang diambil dari judul buku A.A Navis ‘Robohnya Surau Kami’.

Dalam rangkaian ulang tahunnya, SALAM hendak memberikan tawaran baru kepada masyarakat luas dan menunjukkan apa saja yang telah ia lakukan selama 25 tahun ini. Ini terlihat dalam pilihan-pilihan kegiatan dalam rangkaian acara 25-tahun SALAM.

Pasar Pangan Sehat: sebuah kampanye untuk pangan yang lebih berdaulat. Pasar Pangan Sehat menyajikan pelapak-pelapak yang telah dikurasi, sehingga hanya menghadirkan produk bahan mentah dan olahan pangan yang sehat, beragam dan dikemas dalam kemasan ramah lingkungan.

SALAM juga menghadirkan beberapa workshop yang diampu oleh siswa SALAM dengan risetnya, orangtua SALAM dengan kepakarannya dan kerabat SALAM dengan isu pertanian.

Workshop Siswa, Ortu dan Kerabat SALAM. (Ist)

Bicara pendidikan tentu tak bisa lepas dari peran para praktisi di dalamnya. SALAM menghadirkan praktisi pendidikan dalam Sarasehan Pendidikan Alternatif "Robohnya Sekolah Rakyat Kami". Di antaranya, Iwan Syahrir (Global Advisory Council di Teach For All), Ibe Karyanto (Sanggar Anak Akar), Bambang Wisudo (Sekolah Tanpa Batas), Sri Wahyaningsih (Sanggar Anak Alam).

Tak hanya didominasi oleh orang dewasa, rangkaian acara 25 tahun SALAM juga menampilkan pendidikan dari sudut pandang anak-anak. Dalam pementasan teater hasil kolaborasi antara anggota kelas minat teater, tari dan gitar, ada kritik yang disampaikan melalui cerita anak-anak.

Doa syukur atas perjalanan SALAM hingga saat ini dan harapan keberlanjutan ke depan akan dibersamai oleh kerabat SALAM, yaitu KiaiKanjeng & Sabrang MDP dalam format Tawasulan dan Sinau Bareng.

SALAM percaya bahwa pendidikan seharusnya membebaskan dan mencerahkan. Melihat praktik pendidikan hari ini, dari dalam dan dari dekat, membuat SALAM bertanya: apakah pendidikan hari ini sudah berfungsi sebagai alat pembebasan manusia? Tidakkah pendidikan hari ini semata terjebak pada urusan administratif? Adakah para guru dan murid berada dalam posisi yang setara dan memiliki ruang untuk belajar, alih-alih menyiapkan ujian?

Sekolah rakyat menurut SALAM adalah sekolah dari rakyat, oleh rakyat, untuk rakyat. Dimana rakyat terdiri dari orang tua, penyelenggara sekolah, masyarakat dan anak. Dan merekalah sejatinya saka guru pendidikan atau sekolah. Ketiadaan salah satu saka guru saja maka akan robohlah sekolah rakyat kami.