Scroll untuk membaca artikel
Hikmawan Firdaus | Hedwigis Rania
Event Organizer Twentytwo_Picture x Nyawiji Experience menghadirkan event talkshow debat ketawa antara "Gen Z vs Milenial" di Jawir Space Yogyakarta (Dok.Pribadi/twentytwo_picture)

Satu malam yang penuh warna, tawa, dan nyanyian pecah di Jawir Space, Yogyakarta, saat ratusan anak muda menghadiri Karnaval Kaula Muda 2025. Mengangkat tema unik “Gen Z vs Milenial”, acara ini menghadirkan konsep talkshow yang tak biasa sebuah debat dua generasi yang dikemas dengan stand-up comedy dan live karaoke.

Diselenggarakan oleh dua event organizer kreatif asal Yogyakarta, TwentyTwo_Picture dan Nyawiji, acara ini berhasil menyatukan hiburan dan edukasi dalam satu panggung. Mereka ingin menunjukkan bahwa perbedaan antargenerasi bukan sesuatu yang harus dipertentangkan, tapi bisa dirayakan bahkan ditertawakan bersama.

Dipandu oleh dua MC Mecil dan Bamoy, acara dibuka dengan gelak tawa sejak menit pertama. Format talkshow kali ini benar-benar beda: penuh canda, sindiran cerdas, dan sentilan sosial yang disampaikan lewat stand-up comedy dan debat komedi.

Komika Akhyar, yang bertugas sebagai moderator, tampil apik membuka diskusi dengan gaya santainya yang khas. Ia membawakan beberapa pernyataan tajam namun jenaka seputar gaya hidup, media sosial, dunia kerja, dan mental health dengan tema yang sering memisahkan Gen Z dan Milenial di dunia maya.

Penampilan Sandi Prastowo dan Andang Ristian menambah keseruan dengan materi stand-up yang menggambarkan realitas absurd dua generasi: dari drama coffee shop, gaya pacaran digital, sampai urusan healing dan quarter life crisis.

Namun momen paling ditunggu datang saat dua narasumber naik ke panggung: Burhanudin Baharsyah (perwakilan Milenial) dan Orochimaruf (perwakilan Gen Z). Dengan karakter dan gaya yang sangat kontras, keduanya “berdebat” dengan cara yang sangat menghibur namun tetap membuka ruang refleksi.

“Kalau kamu ngerasa paling capek jadi Gen Z, coba hidup zaman Blackberry lemot dulu,” ujar Burhanudin, disambut tawa pecah dari penonton.

“Eh, tapi Gen Z nggak trauma sama email bos jam 2 pagi, karena udah diserang notifikasi anxiety dari TikTok duluan,” balas Orochimaruf dengan nada santai tapi nyentrik.

Setelah debat penuh tawa, acara ditutup dengan live karaoke bersama musisi lokal Mikadika. Lagu-lagu lintas generasi dinyanyikan bersama: dari lagu nostalgia 2000-an, pop hits, sampai anthem Gen Z viral di TikTok. Panggung jadi ruang ekspresi bebas semua bernyanyi, berjoget, dan bersatu dalam suasana hangat nan akrab.

“Kami ingin menunjukkan bahwa ruang diskusi tidak harus selalu serius. Lewat komedi dan musik, dua generasi bisa saling memahami, tanpa harus saling menghakimi. Ini bukan cuma hiburan, tapi juga perayaan keberagaman perspektif,” ujar Aulia Muhammad Fadhlirobby, sebagai Ketua Penyelenggara (13/7/2025). 

Penonton pun memberikan respons positif. Jessica (21), mahasiswa UGM, menyebut acara ini sebagai “talkshow paling lucu tapi paling masuk akal yang pernah ditonton.” Sementara Andra (29) mengaku bahwa acara ini membuatnya merasa didengar sebagai Milenial tanpa merasa dipojokkan. 

Acara ini bukan hanya menjadi ajang hiburan semata, tetapi juga wadah untuk saling mendengar dan memahami. Lewat tawa, generasi muda diajak untuk tidak hanya melihat perbedaan sebagai jurang, tetapi sebagai peluang untuk tumbuh bersama. Konsep kreatif yang ditawarkan oleh TwentyTwo_Picture dan Nyawiji membuktikan bahwa pendekatan ringan bisa membawa pesan yang mendalam dan relevan bagi generasi saat ini. Harapannya, Karnaval Kaula Muda bisa menjadi agenda tahunan yang terus menghadirkan ruang aman, seru, dan menyatukan di mana suara Gen Z dan Milenial tak hanya terdengar, tapi juga dihargai, dirayakan, dan dituliskan dalam sejarah kreativitas anak muda.

Hedwigis Rania