Hayuning Ratri Hapsari
Para pejabat BNN saat dites urine dadakan. (Ist)
Baca 10 detik
  • Kepala BNN Komjen Suyudi Ario Seto secara mendadak melakukan tes urine terhadap seluruh pejabat tinggi (eselon I & II) dan kepala BNN daerah, total 242 orang.
  • Seluruh pejabat yang dites urine dinyatakan negatif narkoba, membuktikan integritas jajaran pimpinan BNN.
  • Langkah ini merupakan gebrakan untuk membersihkan internal BNN terlebih dahulu demi membangun kembali kepercayaan publik dalam perang melawan narkoba.
[batas-kesimpulan]

Suasana Ruang Rapat Moh. Hatta di Mabes BNN RI mendadak senyap. Usai memberi arahan, Kepala BNN yang baru, Komjen Pol. Suyudi Ario Seto, tidak langsung menutup pertemuan. Sebaliknya, sebuah instruksi singkat, tajam, dan tanpa basa-basi ia lontarkan, membuat 35 pejabat tinggi eselon I dan II yang hadir terdiam seketika.

“Kita semua akan tes urine, sekarang juga," ujar Komjen Suyudi, Selasa (26/8/2025).

Tanpa ada ruang untuk negosiasi, satu per satu jenderal dan pimpinan BNN menyerahkan sampel urine mereka di bawah pengawasan super ketat.

Beberapa menit kemudian, hasilnya diumumkan: seluruh 35 pejabat dinyatakan negatif narkoba. Ini bukan sekadar tes, ini adalah sebuah pernyataan perang yang dimulai dari dalam.

Perang Narkoba Dimulai dari Diri Sendiri

Bagi Komjen Suyudi, memimpin perang melawan narkotika harus dimulai dengan membersihkan "rumah" sendiri. Langkah tegas ini bukanlah akhir, melainkan awal.

Dua minggu setelah 'sidak' di markas besar, giliran 207 Kepala BNN Provinsi dan Kabupaten/Kota yang menjalani tes serupa di Lido, Bogor. Hasilnya kembali sempurna: 100 persen bersih.

Total, 242 pejabat puncak BNN di seluruh Indonesia telah membuktikan integritasnya. Aksi ini adalah perwujudan nyata dari filosofi kepemimpinan Komjen Suyudi yang meyakini bahwa keteladanan adalah senjata utama.

“Kalau kita ingin bangsa ini terbebas dari narkoba, kita harus berani lebih dulu diuji. Perang melawan narkoba dimulai dari diri sendiri,” tegas Komjen Suyudi.

Pesan di baliknya sangat jelas: bagaimana mungkin publik bisa percaya pada aparat yang memberantas narkoba jika aparatnya sendiri tidak bisa menjamin kebersihannya?

Bukan Sekadar Tes, Ini Pernyataan Moral

Gebrakan Komjen Suyudi ini bukan tanpa alasan. Indonesia masih berada dalam cengkeraman darurat narkoba.

Data terbaru BNN dan BRIN menunjukkan prevalensi penyalahgunaan narkotika masih mencapai 1,7% dari populasi usia produktif, atau setara dengan jutaan nyawa. Di sisi lain, sindikat internasional terus berevolusi dengan modus yang semakin licik.

Di tengah situasi genting ini, kepercayaan publik adalah mata uang yang paling berharga. Komjen Suyudi sadar betul bahwa perang melawan narkoba akan kehilangan pijakan moralnya jika ada keraguan sekecil apapun terhadap integritas para penegak hukumnya.

Oleh karena itu, slogan "War on Drugs for Humanity" yang ia gaungkan tidak hanya menjadi hiasan di spanduk, tetapi diimplementasikan melalui tindakan nyata yang dimulai dari puncak pimpinan.

Menetapkan Standar Baru Integritas

Langkah ini lebih dari sekadar unjuk kekuatan. Ini adalah penetapan standar baru yang tidak bisa ditawar: mereka yang memerangi narkoba haruslah orang-orang yang paling bersih.

Tindakan ini mengirimkan pesan kuat ke seluruh jajaran BNN hingga ke level paling bawah, bahwa tidak ada tempat bagi siapa pun yang bermain-main dengan narkotika di dalam institusi ini.

Dari Mabes BNN hingga Lido, Komjen Suyudi telah membuktikan bahwa kepemimpinan sejati adalah tentang memberi contoh, bukan hanya memberi perintah.

Di tengah pesimisme publik terhadap aparat, BNN di bawah komandonya mencoba membangun kembali kepercayaan itu dengan cara yang paling fundamental: transparansi dan keberanian untuk diuji.