Hikmawan Firdaus | Thedora Telaubun
Donald Trump [Instagram/realDonaldTrump]
Thedora Telaubun

Presiden Amerika Serikat Donald Trump kembali mencuri perhatian dunia saat berbicara di Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York (24/9/2025). Meski aturan hanya memberi waktu 15 menit, Trump berpidato hampir satu jam penuh atau sekitar 56 menit.

Trump berbicara tanpa naskah resmi setelah teleprompter di markas PBB mengalami kerusakan. Pidatonya pun berjalan spontan dan melebar ke berbagai isu, mulai dari konflik geopolitik, migrasi, hingga perubahan iklim.

Momen ini menegaskan bagaimana forum PBB kerap dimanfaatkan pemimpin dunia untuk menyoroti agenda politik masing-masing, termasuk migrasi dan iklim yang menjadi fokus utama Trump.

Soroti Migrasi

Dalam pidatonya, Trump menyinggung arus migrasi besar-besaran yang menurutnya dapat merusak stabilitas suatu negara. Ia memperingatkan bahwa bangsa lain bisa “masuk neraka” jika gagal mengendalikan migrasi. 

Trump menyinggung negara-negara lain yang dinilai terlalu longgar dalam mengatur migrasi. Ia menyatakan bahwa setiap negara memiliki tanggung jawab menjaga kedaulatannya. Menurutnya, kebijakan migrasi yang tidak terkendali dapat memicu persoalan sosial dan ekonomi.

Trump juga menegaskan kebijakan imigrasi ketat yang dijalankannya di Amerika Serikat sebagai contoh. Namun, sebagian kalangan menilai migrasi justru merupakan konsekuensi dari konflik, ketidakstabilan ekonomi, hingga perubahan iklim.

Soal Iklim

Trump kembali menegaskan penolakannya terhadap isu perubahan iklim. Ia mengkritik sejumlah kesepakatan internasional terkait perubahan iklim yang dinilainya merugikan Amerika Serikat. Ia menyebut krisis iklim sebagai “tipuan” dan menyerukan agar dunia kembali mengandalkan bahan bakar fosil. 

Pandangan ini tentu berlawanan dengan konsensus ilmiah global yang menegaskan bahwa pemanasan bumi akibat emisi karbon merupakan ancaman serius bagi umat manusia.

Trump menegaskan bahwa pemerintahannya akan fokus pada kebijakan energi nasional, termasuk penggunaan bahan bakar fosil, untuk mendukung pertumbuhan ekonomi.

Pidato panjang Trump pun menjadi sorotan utama media internasional yang meliput jalannya sidang di markas besar Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Sidang Majelis Umum PBB tahun ini dihadiri puluhan kepala negara dan pemerintahan dari berbagai kawasan. Forum tersebut membahas sejumlah isu global, termasuk konflik internasional, migrasi, dan perubahan iklim. 

Pidato Trump yang hampir satu jam masuk dalam salah satu durasi terlama dalam sejarah Sidang Umum PBB, menjadi sorotan karena menyimpang dari batas waktu resmi 15 menit bagi setiap pemimpin.