Sekar Anindyah Lamase | Mira Fitdyati
Potret Mahfud MD (Instagram/mohmahfudmd)
Mira Fitdyati

Cucu mantan Menko Polhukam, Mahfud MD, mengalami keracunan setelah mengonsumsi makanan dari program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Yogyakarta. Dua cucunya mengalami gejala muntah-muntah, bahkan salah satunya harus dirawat di rumah sakit hingga empat hari.

Melalui podcast di kanal YouTube Mahfud MD Official yang diunggah pada Selasa (30/9/2025), Mahfud mengungkapkan bahwa dua cucunya menjadi korban.

“Cucu saya juga keracunan MBG di Jogja. Cucu ponakan ya. Saya punya ponakan, ponakan saya punya anak namanya Ikhsan. Makan siang gratis, dari makan bergizi gratis. Lalu satu kelas itu, 8 orang langsung muntah-muntah,” kata Mahfud.

Kronologi Keracunan

Mahfud menjelaskan, enam siswa yang mengalami muntah-muntah bisa langsung pulang dan dirawat di rumah. Namun, salah satu cucunya harus menjalani perawatan di rumah sakit hingga empat hari karena kondisinya cukup berat. Sementara satu cucu lainnya, meski mengalami gejala serupa, sudah bisa langsung pulang.

Meski kecewa dengan kejadian ini, Mahfud menegaskan bahwa program MBG pada dasarnya merupakan program baik yang harus terus didukung. Ia menyoroti pentingnya program ini karena masih banyak anak Indonesia yang kesulitan mendapat makanan bergizi. Ia bahkan mengingat masa kecilnya di tahun 1960-an, ketika mendapatkan makanan bergizi sangat sulit.

Saya bayangkan ketika saya kecil dulu di tahun 60-an, sulit sekali cari makan yang bergizi. Telur saja satu dibagi empat. Itu pun sudah dianggap lumayan,” ungkapnya.

Namun, Mahfud menegaskan perlu adanya perbaikan tata kelola program MBG. Ia mempertanyakan pihak-pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan di lapangan dan bagaimana mekanisme pengawasannya dijalankan.

Evaluasi Tata Kelola Program

Kasus keracunan ini membuka ruang untuk melakukan evaluasi besar-besaran terhadap tata kelola program MBG. Meski tujuannya mulia untuk meningkatkan gizi anak-anak, pelaksanaan di lapangan harus dijalankan dengan standar tinggi. Tanpa pengawasan yang ketat, program justru bisa menimbulkan risiko kesehatan yang serius.

Mahfud sendiri menegaskan, dukungan terhadap MBG tetap penting, namun tata kelolanya harus segera dibenahi agar kasus serupa tidak terulang.

Pada akhirnya, kasus ini menjadi pengingat bahwa program gizi untuk anak-anak tidak hanya soal distribusi makanan, tetapi juga menyangkut keselamatan dan kualitas hidup mereka.

CEK BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE NEWS