Para pembaca pasti tak asing lagi dengan tembang lir-ilir ciptaan Sunan Bonang. Lagu ini disebut-sebut menjadi strategi dakwah yang sarat akan makna.
Hal itu disampaikan dalam acara webinar “Menjadi Generasi Walisongo Dengan Mengenali Strategi Dakwah Para Wali” oleh Kholisin, M.SI., yang diselenggarakan kelompok 2 Kuliah Kerja Nyata (KKN) Mandiri Inisiatif Terprogram Dari Rumah Angkatan 12 UIN Walisongo Semarang (16/07/2021).
lir ilir Tandure wis sumilir
Tak ijo royo-royo tak senggo temanten anyar
Cah angon-cah angon penekno blimbing kuwi
Lunyu-lunyu yo penekno kanggo mbasuh dodotiro
Dodotiro-dodotiro kumitir bedhah ing pinggir
Dondomono jlumatono kanggo sebo mengko sore
Mumpung padhang rembulane
Mumpung jembar
kalangane
Yo surako
Surak iyo
Menurut Kholisin, dengan sumber buku referensi dari kakeknya, menerangkan bahwa tembang lir ilir ini terkandung makna dari sebuah hadits Nabi yang berbunyi, “kullukum ro’in, wakullukum mas ulun ‘aro’iyyatihi“. Artinya, setiap kalian adalah pemimpin dan kalian akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya.
Kita yang diberikan amanah oleh Allah dalam tembang ini diibaratkan selayaknya sebagai bocah angon, ”Cah angon-cah angon” atau orang yang bergembala. Hal ini menggambarkan orang yang diberikan amanah untuk menjaga sesuatu.
Kemudian “Penekno blimbing kuwi” maksudnya ialah jalankan perintah yang diberikan oleh Allah. Kholisin mengatakan, buah belimbing itu ruasnya ada 5, yang menandakan salat lima waktu.
Menjalankan ibadah ini dengan tekun dan tepat waktu memang sulit, namun Sunan Bonang mengajak, walaupun menunaikan tidak mudah tapi tetaplah harus dilaksanakan.
Sementara itu, lirik “Lunyu-lunyu yo penekno” memiliki makna tersendiri. Luyu-luyu merupakan proses dalam mengerjakan perintah shalat sulit. Namun tetap harus dikerjakan, sebagaimana tertera dalam lirik kanggo mbasuh dodotiro”.
Dalam sebuah hadist, Nabi Muhammad SAW menjelaskan bahwa di antara waktu salat yang satu dengan yang lain itu bisa menghapus dosa. Misalnya diantara waktu salat dhuhur dengan ashar, ketika orang melaksanakan wudhu dan shalat ashar, maka dosanya diantara jeda kedua salat tersebut akan diampun.
Kemudian, lirik lagu “Dodotiro-dodotiro kumitir bedhah ing pinggir” bermaksud bahwa manusia itu banyak kekurangan, sehingga karena suatu hal bisa tidak menunaikan shalat atau berbuat dosa yang. Dosa itu bisa dihapus dalam melaksanakan salat 5 waktu.
“Dondomono jlumatono” kesalahan yang telah dilakukan harus diperbaiki, “kanggo sebo mengko sore” untuk menghadap Allah SWT. Ketika sudah meninggal dia akan ditanya oleh Allah maka dia sudah melaksanakan perintah shalat 5 waktu.
Demikian makna yang terkandung dalam tembang dakwah Lir Ilir, semoga bisa bermanfaat.
Tag
Baca Juga
Artikel Terkait
-
Ulama Quraish Shihab Ungkap Alasan Allah SWT Belum Tolong Palestina Lawan Israel: Zionis Akan Hancur!
-
Khabib Nurmagomedov Bakal ke Indonesia, Dakwah Bareng Oki Setiana Dewi?
-
Hal yang Harus Dihindari saat Azan Berkumandang
-
Mahasiswa KKN UIN Walisongo Gelar Aksi Bersih Desa di Desa Warungasem
-
Muhammad Karim, Aktivis Medan yang Aktif Dakwah via Media Sosial
Release
-
Mahasiswa KKN UIN Walisongo Ikut Serta dalam Kegiatan Posyandu
-
Bantu Program Sekolah Kampung, KKN UIN Walisongo Gagas Model Pembelajaran Baru
-
Gowes dan Tanam: Aksi Nyata Menjaga Bumi ala Pencinta Alam UIN Jakarta
-
Ekspor Indonesia Alami Penurunan, Akibat Pandemi Covid-19?
-
Komunikasi Publik dalam Pemilu Lahirkan Pemilih Cerdas dan Berdaulat
Terkini
-
Warung Tengkleng Comel: Menikmati Kuliner Khas Solo di Tengah Kota Jambi
-
Ulasan Lagu Piwales Tresno NDX AKA: Saat Janji Manis Berujung Cidro
-
Usai Imbang Lawan Australia, Arab Saudi Target 3 Poin Saat Jumpa Indonesia
-
3 Mantra Kehidupan untuk Raih Cita-cita dalam Trilogi Novel Negeri 5 Menara
-
Merayakan 3 Dekade: RumahSakit Siapkan Tour Spesial, Catat Kota Mana Saja!