Sampah plastik merupakan salah satu jenis sampah yang paling dekat dengan masyarakat, hampir setiap kegiatan manusia setidaknya melibatkan sampah plastik.
Misalnya ketika membeli makanan atau minuman selalu dikemas menggunakan plastik, bahkan untuk membawanya pun sering dikemas menggunakan plastik. Hal tersebut menjadi contoh kecil betapa tingginya penggunaan sampah plastik dalam kehidupan sehari-hari, yang di mana sifatnya hanya sekali pakai lalu buang.
Melansir pada data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Direktorat Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah dan B3, disebutkan kalau ada 18.613 ton/tahun sampah yang berasal dari plastik. Kemudian sumber sampah yang paling banyak dihasilkan berasal dari rumah tangga.
Masalah sampah plastik memang kerap menjadi ketakutan bagi seluruh manusia yang ada di dunia dan bahkan kerap menjadi isu yang tak pernah usai diperbincangkan. Pasalnya, makin hari penggunaan plastik hingga bisa menjadi sampah tak pernah selesai di tengah-tengah masyarakat.
Di sisi lain, kebutuhan masyarakat yang semakin mendesak, dan pada kondisi itu pula penggunaan plastik selalu saja menjadi lahan alternatif.
Meski begitu, berbagai upaya telah banyak dicanangkan oleh pemerintah dan para aktivis lingkungan untuk mengurangi sampah plastik ini, seperti daur ulang sampah plastik hingga menjadi kerajinan tangan seperti tas, tempat pensil, dan lain sebagainya.
Meski begitu cara itu sangat efektif untuk bisa mengurangi sampah plastik, namun masih banyak juga masyarakat yang kurang sadar dan bahkan kurang memiliki keahlian.
Sebenarnya permasalahan sampah plastik ini tidak bisa tuntas tanpa kerja sama dari semua pihak, mulai dari pemerintah, para komunitas lingkungan, dan terlebih kesadaran masyarakat sendiri untuk bisa meminimalisir penggunaan sampah plastik.
Terlebih karena penggunaan plastik yang sulit terhindarkan, namun bukan berarti tidak bisa dimanimalisir dan dikelola menjadi nilai guna untuk mengurangi sampah plastik yang berangkat dari lingkungan keluarga sendiri.
Mengurangi sampah plastik lewat kegiatan ecobricks
Seperti yang disebutkan sebelumnya bahwa sebenarnya ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk mengurangi sampah plastik, dan itu harus berangkat dari kesadaran individu manusia sendiri.
Nah, salah satu langkah cermat yang bisa dilakukan untuk mengurangi sampah plastik dengan cara daur ulang melalui ecobricks.
Ecobricks adalah botol plastik yang berisi sampah plastik yang telah dibersihkan, kemudian dipadatkan untuk mendapatkan bata bangunan yang dapat digunakan secara terus menerus.
Mengapa ecobricks menjadi salah satu solusi yang baik? Karena sistem daur ulang plastik yang lain terlalu banyak mengonsumsi energi dan diperlukan orang-orang yang bekerja pada lingkungan beracun.
Sementara, ecobricks merupakan solusi dengan energi yang rendah dan pemanfaatan sampah plastik yang tidak berguna lagi, karena sampah plastik akan membutuhkan waktu ribuan tahun untuk bisa terurai.
Ecobricks yang sudah jadi dari sampah plastik itu cukup kuat untuk dijadikan tempat duduk, dinding, dan pondasi bangunan lainnya. Tentunya penggunaan ecobricks ini dapat menjadi solusi akan sampah plastik yang jumlahnya kian hari makin meningkat.
Setidaknya ini bisa dimanfaatkan dari lingkungan keluarga dan bahkan bisa menjadi nilai guna dalam menata lingkungan rumah yang terbebas dari sampah plastik yang berserakan.
Bahkan program ecobricks ini sejatinya bisa diperkenalkan kepada anak-anak dan generasi muda sejak dini, di sisi lain ini menjadi langkah alternatif untuk bisa mengurangi sampah plastik sekaligus bisa menumbuh kesadaran dan kepedulian anak-anak pada lingkungan dengan cara memanfaatkan sampah plastik menjadi sebuah nilai guna.
Walaupun jumlah sampah tidak berkurang, tetapi kegiatan ecobricks diharapkan menjadi solusi akan sampah plastik yang terus meningkat. Seperti kata Russell Maier yang merupakan penggagas ecobricks asal Kanada.
“Ecobrick tidak dapat mengurangi jumlah sampah, namun dengan membuat ecobrick plastik bekas dapat diubah menjadi sesuatu benda yang lebih visioner”.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS
Baca Juga
-
10 Cara Mengatur HP agar Bisa Melantunkan Al-Quran Semalaman Tanpa Khawatir Baterai Rusak
-
Gagasan Pendidikan Ki Hajar Dewantara, Perlunya Akses Pendidikan Merata
-
Hari Raya Idul Fitri, Memaknai Lebaran dalam Kebersamaan dan Keberagaman
-
Lebaran dan Media Sosial, Medium Silaturahmi di Era Digital
-
Ketupat Lebaran: Ikon Kuliner yang Tak Lekang oleh Waktu
Artikel Terkait
-
Pesta Bumi Tanpa Sampah: Hidup Berkelanjutan dengan Prinsip Less Waste
-
Gaya Hidup Frugal Living: Upaya Jaga Kestabilan Ekonomi dan Bumi
-
Jaga Bumi Tetap Lestari, Ini 4 Cara Sederhanaku Kurangi Jejak Karbon!
-
3 Cara Bijak Mengurangi Sampah Kertas Demi Mendukung Gerakan Less Waste
-
Metode Mengelola Sampah Rumah Tangga secara Mandiri
Rona
-
GEF SGP Gandeng Ghent University dalam Program Ketahanan Pangan dan Ekologi
-
Kisah Mama Siti: Perempuan Adat Papua yang Menjaga Tradisi Lewat Pala dan Membawanya ke Dunia
-
Pariwisata Hijau: Ekonomi Sirkular untuk Masa Depan Bumi
-
Emansipasi Tanpa Harus Menyerupai Laki-Laki
-
Apakah Hari Kartini Menjadi Tameng Emansipasi oleh Kaum Wanita?
Terkini
-
2 Nama yang Berpeluang Gantikan Denny Landzaat jika Tinggalkan Timnas Indonesia
-
Ulasan Novel How to End A Love Story:Ketika Cinta Harus Bertemu Luka Lama
-
Alfredo Vera Masuk Nominasi Pelatih Terbaik Usai Selamatkan Madura United
-
Ulasan Buku Finding My Bread, Kisah si Alergi Gluten Membuat Toko Roti
-
Kim Soo-hyun Terancam Digugat Rp70 Miliar Imbas Pembatalan Fan Meeting