Menuju Indonesia Emas 2045, tantangan utama bukan sekadar mencetak pertumbuhan ekonomi tinggi, tapi juga menjamin kesejahteraan yang adil dan berkelanjutan. Di tengah gejolak ekonomi global, pertumbuhan Indonesia memang masih cukup stabil, namun ancaman krisis lingkungan kian nyata. Kerusakan hutan, polusi udara, hingga emisi karbon semakin menjadi persoalan serius yang tak bisa diabaikan. Di sinilah peran sektor keuangan, khususnya perbankan, menjadi sangat penting dalam mendorong arah pembangunan yang lebih berkelanjutan.
Menurut data BPS 2023, pertumbuhan ekonomi Indonesia melambat dari 5,31% menjadi 5,05%. Sementara itu, lima sektor dengan investasi tertinggi—seperti industri logam, kimia, telekomunikasi, dan properti—merupakan sektor yang sangat berdampak pada lingkungan. Pertanyaannya, bagaimana kita bisa memastikan bahwa geliat investasi ini tidak merusak alam, tetapi justru mendukung kelestarian lingkungan?
Jawabannya terletak pada green economy dan sustainable finance. Konsep green economy menekankan pentingnya pertumbuhan ekonomi yang tidak merusak lingkungan, sedangkan sustainable finance merupakan ekosistem keuangan yang mendukung aktivitas ramah lingkungan dan sosial.
Bank sebagai lembaga intermediasi keuangan memainkan peran sentral di sini. Mereka bukan hanya menghimpun dan menyalurkan dana, tetapi juga memiliki kekuatan untuk “mengkurasi” sektor mana yang layak didukung melalui pembiayaan. Artinya, bank bisa menyalurkan dana lebih besar kepada perusahaan-perusahaan yang menerapkan prinsip keberlanjutan—baik dari segi operasional, bahan baku, maupun manajemen dampak lingkungannya.
Contohnya, bank bisa menawarkan green loan—kredit khusus untuk usaha atau proyek yang berorientasi lingkungan. Selain itu, bank juga bisa menerbitkan green bond atau obligasi hijau, di mana dananya dialokasikan khusus untuk proyek seperti energi terbarukan, efisiensi energi, pengelolaan limbah, atau transportasi ramah lingkungan. Bahkan, bank bisa memberikan insentif bunga lebih rendah kepada pelaku usaha atau konsumen yang membeli produk ramah lingkungan, seperti rumah hijau atau mobil listrik.
Selain pembiayaan, peran bank juga hadir melalui layanan seperti pengelolaan risiko, jasa treasury, manajemen kas, hingga konsultasi keuangan. Layanan ini sangat penting untuk mendampingi sektor usaha agar dapat menjalankan praktik bisnis berkelanjutan dengan efisien dan terarah.
Apa untungnya? Selain berkontribusi pada pelestarian lingkungan, pendekatan ini juga menjanjikan keuntungan finansial. Studi dari Gianfrate & Peri (2019) menunjukkan bahwa investor bahkan rela membayar lebih untuk green bonds dibandingkan obligasi konvensional. Artinya, pasar sudah mulai mengapresiasi komitmen terhadap keberlanjutan.
Indonesia sendiri memiliki potensi besar dalam green investment. Kekayaan alam dan sumber daya energi terbarukan kita luar biasa—dari tenaga surya, air, angin, hingga biomassa. Jika dikelola secara bijak dengan pembiayaan yang tepat sasaran, potensi ini dapat menjadi mesin pertumbuhan ekonomi baru sekaligus solusi atas krisis lingkungan.
Penting dicatat, peran bank dalam mendukung pembangunan hijau juga sudah diatur dalam regulasi resmi, seperti POJK Nomor 51 Tahun 2017 tentang penerapan keuangan berkelanjutan. Regulasi ini menjadi pijakan penting agar sektor keuangan benar-benar terlibat dalam agenda pembangunan berkelanjutan.
Akhir kata, jika ingin benar-benar membangun Indonesia yang maju dan lestari, maka sistem keuangan kita—terutama perbankan—harus menjadi motor utama perubahan. Bukan sekadar menyokong proyek-proyek ekonomi, tetapi mengarahkan aliran dana pada sektor-sektor yang memberi manfaat jangka panjang bagi manusia dan lingkungan.
Dengan peran aktif bank dalam sustainable finance, kita tidak hanya sedang menata pertumbuhan ekonomi, tetapi juga menyiapkan warisan masa depan yang hijau, sehat, dan layak huni bagi generasi mendatang. Sudah saatnya kita melihat bank bukan hanya sebagai tempat menabung atau pinjam uang, tapi sebagai agen perubahan menuju ekonomi hijau Indonesia.
Baca Juga
Artikel Terkait
-
Dana Bantuan DTSEN Disalurkan Lewat Bank Apa? Ini Daftar Lengkapnya
-
BRI Peduli 'Yok Kita Gas' Hadir di Prambanan, Tawarkan Solusi Krisis Sampah di Yogyakarta
-
RI Cetak Rekor! Ekonomi Tumbuh 5,12 Persen di Kuartal II 2025: Apa Pendorongnya?
-
Greenpeace Desak Pemerintah Terapkan Pajak untuk Orang Super Kaya dan Perusahaan Perusak Lingkungan
-
Indef Dorong Ekosistem Bullion Bank di Indonesia
Rona
-
Kolaborasi GEF SGP Indonesia dan IPB Dorong Inovasi Komoditas Berbasis Masyarakat
-
Jangan Sampai Punah: Harimau Sumatra dan Urgensi Hidup Berdampingan
-
Uang, Udara, dan Jalan Raya: Mengurai Tantangan Dekarbonisasi Transportasi
-
Barikan: Tradisi Syukur dan Guyub yang Sarat Makna Mistis di Jawa Timur
-
Konsesi dalam Bayang Konglomerat: Bisnis Karbon atau Kapitalisme Hijau?
Terkini
-
Digantikan STY, Begini Rekam Jejak Kim Pan-gon Eks Pelatih Malaysia di Ulsan Hyundai
-
4 Inspirasi OOTD Kasual ala Lee Jong Hyuk, Low Effort tapi Fashionable!
-
4 Drama Wuxia Terbaru Tayang di iQIYI, Ada Legend of the Female General
-
5 Drama Korea Hukum Terbaik Tayang di Netflix, Terbaru Ada Beyond the Bar
-
Impresi Jujur Selepas Nonton Film Folktales