Scroll untuk membaca artikel
Hernawan | Muhammad Hafizh Ramadhan
Bekas tembakan pada mobil yang ditumpangi Mohsen Fakhrizadeh, ilmuwan nuklir Iran. Fakhrizadeh diduga dibunuh oleh badan intelijen Israel, Mossad menggunakan sebuah senjata otonom seberat 1 ton di luar kota Teheran pada November 2020. [AFP]

Ilmuwan nuklir terkemuka Iran, Mohsen Fakhrizadeh, diklaim dibunuh oleh teknologi robot Artificial Intelligence (AI) buatan agen intelijen Mossad Israel, November 2020 lalu. Sejak 2007 silam, Israel diketahui sudah mengikuti dengan cermat gerak-gerik Fakhrizadeh atau selama 14 tahun. Lalu, pada akhir 2019 dan awal 2020 mereka mulai membuat persiapan untuk operasi pembunuhan.

Fakhrizadeh dianggap sebagai seorang ilmuwan penting. Ia menjadi target sasaran Israel. Ia pun memimpin proyek nuklir Iran yang diketahui digunakan untuk membangun persenjataan. Agen Israel sudah membuat bermacam-macam strategi demi membunuh Fakhrizadeh sebelumnya, tetapi tidak pernah berhasil.

Ketika Fakhrizadeh bersama istrinya dalam perjalanan dari rumah liburan mereka di Laut Kaspia, di situlah ia baru berhasil dibunuh saat menuju rumah kediaman mereka di Absard, sebelah timur Teheran, pada 27 November 2020. Dilaporkan pembunuhan ini cuma memerlukan waktu kurang dari satu menit.

Menurut laporan The New York Times beberapa waktu lalu, senapan mesin yang dipasang di bagian belakang mobil pikap Nissan Zamyad berwarna biru membunuh Fakhrizadeh, dengan ditutupi terpal guna menyamarkan mesin yang ada di dalamnya. Mobil yang memiliki kamera dan bahan peledak tersebut diletakkan di pinggir jalan.

Dengan menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan, senapan mesin tersebut bisa dikendalikan dari jarak jauh. Sebelum operasi dimulai, semua perangkat yang beratnya sekitar satu ton diselundupkan dalam bagian-bagian kecil ke Iran. Meski sasaran berada dalam mobil yang berjalan, kecerdasan buatan yang diprogram dalam senjata itu dapat mengunci target dengan akurat.

Diperkirakan pengendali senjata berada di luar Iran dan menggunakan bantuan sinyal satelit untuk mengendalikan senjata tersebut. Senjata itu mengarahkan tembakan ke bagian mobil di bawah kaca depan dan dilaporkan tidak melukai istri mendiang yang saat itu berada dalam satu mobil. Adapun senapan jenis sniper FN MAG yang dipakai dalam pembunuhan ini dirancang dan diproduksi oleh Belgia.

Senapan ini telah memiliki lisensi dan sudah digunakan lebih dari 80 negara termasuk Argentina, Kanada, Mesir, India, dan Inggris. Sesuai dengan namanya, Mitrailleusse d’Appui General (MAG) yang berarti senapan mesin pendukung.

Senjata ini banyak digunakan saat perang karena adanya dukungan tembakan otomatis, serta memiliki akurasi luar biasa dalam menembak. Senapan tersebut juga memiliki kemampuan menembak sebanyak 600 peluru per menit.

Muhammad Hafizh Ramadhan