Scroll untuk membaca artikel
Hernawan | Lintang Larissya
Poster Film Yuni (2021) (instagram/kamilandini).

Yuni (2021) adalah film karya Kamila Andini yang dipenuhi dengan isu perempuan. Film Yuni rilis di bioskop Indonesia pada 9 Desember 2021. Sebelum tayang, Film berdurasi 120 menit ini sudah melewati perjalanan panjang sejak tahun 2016. Terinspirasi dari kisah nyata, Yuni menampilkan isu yang dekat dengan Indonesia, tapi jarang disorot.

Yuni sudah berhasil membawa nama Indonesia di berbagai penghargaan bergensi dari festival film internasional. Film ini mendapatkan penghargaan "Platform Prize" di Toronto International Film Festival (TIFF) 2021. Selain itu, film ini terpilih menjadi wakil dari Indonesia untuk berkompetisi di Academy Awards ke-94 2022 dan masuk nominasi "Best International Feature Film" Oscar 2022.

Tak hanya filmnya saja, tapi si pemeran utama, Arawinda Kirana, berhasil membawa pulang Piala Citra untuk kategori "Pemeran Utama Perempuan Terbaik" di Festival Film Indonesia 2021 dan Snow Leopard untuk "Best Actress" di Asian World Film Festival 2021.

Ulasan Film Yuni (2021)

Yuni (diperankan Arawinda Kirana) adalah anak SMA yang sebentar lagi akan lulus. Menjelang kelulusannya, ia sudah mendapatkan dua lamaran dari keluarga berbeda yang hampir tidak dikenal olehnya. Yuni dituntut untuk mengikuti 'budaya' dan ekspetasi lingkungan yang mengatakan bahwa tempatnya wanita hanya sebatas menjadi istri seseorang, tidak perlu pendidikan tinggi dan kebebasan untuk mengejar mimpinya. 

Yuni dipaksa untuk dewasa dari umurnya. Di sisi lain, ia ingin merasakan kebebasan. Namun, di sisi lain terdapat sebuah mitos bagi perempuan yang menolak lamaran laki-laki hingga lebih dari dua kali, berakibat sulit mendapatkan jodoh ke depannya.

Selain memperlihatkan isu patriarki yang melekat di Indonesia, khususnya di pedesaan. Film ini juga berhasil menampilkan isu pernikahan di bawah umur, pendidikan seks, hingga LGBT secara apik dan halus.

Minimnya pendidikan seks di Indonesia, dalam film Yuni memperlihatkan konsep yang selama ini menetap dalam pikiran kebanyakan orang saat membudayakan pernikahan dini, yaitu dengan dalih untuk mencegah hamil di luar nikah, ekonomi, serta perempuan yang sudah tidak perawan dianggap sebagai aib di keluarga. 

Potret Yuni dalam film diceritakan seorang remaja yang memiliki keingintahuan tinggi layaknya yang dirasakan oleh remaja pada umumnya ketika beranjak dewasa. 

Bertemu dengan Suci (diperankan Asmara Abigail), Yuni mendapatkan jawaban soal asam manis pernikahan dan kehidupan. Yuni akhirnya mendapatkan kekuatan dan dorongan untuk mengakhiri budaya patriarki yang membelenggunya selama ini. Ia melakukan hal pemberontakan sebagai bentuk kebebasan Yuni untuk melawan sistem perjodohan yang menghantuinya. 

Kehadiran Yuni membuka mata masyarakat yang merasakan isu ini sudah mulai pudar seiring berkembangnya jaman, tapi faktanya tetap menjamur. Hal ini terbilang cukup berani diangkat ke layar lebar melihat isu tersebut tinggal dekat dengan masyarakat tapi kurang mendapatkan perhatian. 

Yuni berlatar di Serang, Banten dan berdialog menggunakan bahasa Jawa Serang. Tak main-main, bahkan aktris pemeran Yuni juga belajar pencak silat memperlihatkan lekatnya budaya di Serang.

Bagi kamu yang masih ragu untuk menonton Yuni, tidak perlu lagi, karena film ini menjadi rekomendasi nomor satu untuk saat ini. Mengandung banyak pesan yang sangat dalam seakan menyuarakan perempuan di Indonesia, termasuk saya, termasuk tentang kesetaraan gender dan isu patriarki. Selain itu juga, film ini menampilkan isu dan konflik sosial lain secara jujur dan transparan.

Lintang Larissya