Jet pribadi akan dikenakan pajak oleh Menteri Keuangan, Sri Mulyani. Kendaraan bernilai fantastis itu akan kena pajak natura atau pajak untuk barang bukan uang atau kenikmatan yang didapat pegawai dari perusahaan. Pajak ini menyasar kelompok tertentu, terutama bos-bos perusahaan yang memperoleh kendaraan dinas mewah seperti private jet.
Hal tersebut tertuang dalam Undang-Undang Harmonisasi Peraturan Perpajakan (HPP) yang disosialisasikan pada 14 Desember 2021 kemarin. Finance.detik.com melansir bahwa pada 2012, setidaknya ada 30-40 pengusaha Indonesia yang dilaporkan mempunyai jet pribadi. Di sana, ada nama Chairul Tanjung yang memiliki dua jet pribadi sekaligus.
Ada pimpinan Media Group, Surya Paloh yang juga punya dua jet pribadi. Prabowo Subianto, pengusaha yang kini menjabat sebagai Menteri Pertahanan juga tercatat memiliki jet pribadi seharga Rp375 miliar. Tidak ketinggalan, ada Aburizal Bakrie yang bahkan punya 3-4 jet pribadi.
Sementara dari sisi pesohor publik, ada 'Sultan Andara' Raffi Ahmad yang kerap berbagi momen di media sosial saat menggunakan private jet, dan sederet nama lainnya. Lantas, mengapa jet pribadi ini menjadi sasaran? Pemerintah menyebut mengenakan pajak natura untuk fasilitas barang mewah semacam jet pribadi bertujuan agar menciptakan asas keadilan dan tepat sasaran.
Namun, kebijakan ini juga bisa mengurangi angka penggunaan jet pribadi yang memiliki dampak buruk terhadap lingkungan. Dikutip dari republika.co.id, "Bisnis Private Jet Meningkat Selama Pandemi Covid-19" pada 3 September 2021, penggunaan jet pribadi tercatat naik dua kali lipat selama pandemi COVID-19.
Jet pribadi diketahui 5 sampai 14 kali lebih berpolusi dibandingkan pesawat komersial serta 50 kali lebih berpolusi dibandingkan kereta api, Transport and Environment (27/5/21) menyadur, Private Jets: can the super-rich supercharge zero-emission aviation?." Itu karena satu jet pribadi bisa mengeluarkan dua ton CO2 hanya dalam waktu satu jam.
Ia pun menjadi penyumbang terbesar emisi karbon global, yaitu sekitar 2%, BBC (24/8/21) menyadur, "Climate change: Should you fly, drive or take the train?." Selain itu, penerbangan pribadi jauh lebih tidak efisien karena jejak karbon pribadi penumpang akan jadi lebih tinggi. Kondisi ini belum termasuk emisi non-karbon seperti nitrogen oksida yang juga dilepaskan oleh pesawat dan berkontribusi pada pemanasan global.
Baca Juga
-
3 Film dan Drama Korea yang Diperankan Jeon Do-Yeon, Ada Kill Boksoon
-
3 Rekomendasi Anime yang Berlatar pada Abad ke-20, Kisahkan tentang Sejarah
-
3 Rekomendasi Anime Bertema Mafia, Salah Satunya Spy x Family
-
3 Rekomendasi Anime Gore Tayang di Netflix, Mana yang Paling Sadis?
-
3 Rekomendasi Film Bertema Bom Atom, Gambarkan Dampak Buruk Perang Nuklir
Artikel Terkait
-
Sebagian Besar TPA di Indonesia Masih Open Dumping, KLH Peringatkan Kepala Daerah
-
3 Hari Jelang Dicopot dari Dirut Garuda, Irfan Setiaputra: Siap-siap Harga Tiket Pesawat Naik Ibu-Bapak!
-
BRI Bagikan Tips Lindungi Data dari Penipuan Berkedok Tagihan Pajak
-
Menilik Komitmen Pelaku Industri Nasional Terapkan Program Keberlanjutan
-
Prabowo Lakukan Efisiensi APBN, Sri Mulyani Pangkas Perjalanan Dinas ASN 50%
Ulasan
-
ILLIT Cherish (My Love): Cinta yang Tidak Bisa Dihentikan oleh Siapa Pun
-
Ulasan Buku It Didn't Start With You: Mengeksplorasi Trauma Lintas Generasi
-
Buku Bertajuk Kesombongan Jerapah: Perilaku Congkak yang Membawa Celaka
-
Dua Muka Daun Pintu: Sebuah Ulasan Novel tentang Kebebasan dan Kemanusiaan
-
Minho I Don't Miss You: Pura-pura Nggak Kangen untuk Menutupi Pedih di Hati
Terkini
-
Ditanya Klub Jika Abroad, Rizky Ridho Justru Pilih Bermain di Liga Thailand
-
Catat Tanggalnya! MEOVV Umumkan Comeback Single ke-2 Bertajuk TOXIC
-
4 Rekomendasi Lagu untuk Mengenang Kasih Sayang Ayah di Hari yang Spesial
-
Balada Asnawi Mangkualam: Dulu Dipuja, Kini Tuai Banyak Kontra dari Fans Timnas Indonesia?
-
Intip Chemistry Bae In Hyuk dan Aktor Lainya di Sesi Baca Naskah Drama Baru