Pengarang yang satu ini memang dikenal lihai dalam bermain kata. Metafora yang dipakai selalu mewakili kegelisahan hatinya kepada keadaan yang terjadi. Agus Noor, namanya. Ia termasuk penulis Indonesia mutakhir. Berkali-kali cerita pendek atau cerpennya masuk buku pilihan cerpen Kompas. Cerita pendeknya yang berjudul Kunang-kunang di Langit Jakarta menjadi cerpen terbaik Kompas tahun 2011.
Pada tahun 1992, tiga cerpennya yang berjudul Tak Ada Mawar di Jalan Raya, Keluarga Bahagia dan Dzikir Sebutir Peluru masuk Anugerah Cerpen Indonesia Dewan Kesenian Jakarta. Cerita pendeknya yang berjudul Pemburu terpilih sebagai 10 cerpen terbaik Majalah Sastra Horison tahun 1990-2000, yang kemudian dimasukkan dalam buku Kitab Cerpen Horison Sastra Indonesia dan juga antologi cerpen Mastera (Majelis Sastra Asia Tenggara).
Dengan segudang prestasi yang diraih, tak heran bila tulisannya banyak digemari para pembaca. Kualitas tulisannya benar-benar terjaga, termasuk tulisannya di dalam buku Cinta Tak Pernah Sia-sia ini. Tak tanggung-tanggung, buku dengan tebal 272 halaman ini memuat 37 cerpen karya Agus Noor. Tentu bukan cerpen kaleng-kaleng, sebab cerpen yang terdapat di dalam buku terbitan Buku Kompas tahun 2017 ini merupakan cerpen yang telah dimuat di koran Kompas Minggu dalam rentang waktu selama 27 tahun, yaitu sejak 11 November 1990 hingga 23 Juli 2017.
Penulis yang dijuluki Pangeran Kunang-kunang ini tetap tidak mau menyingkap rahasia di balik "kunang-kunang". Di dalam pengantar yang terdapat di dalam buku ini ia sempat menyinggung tentang "kunang-kunang". Ia berkata bahwa misteri "kunang-kunang" biarlah dia sendiri yang mengetahui rahasianya. Biar pembaca bebas menafsirkan atau bebas mengartikan berbagai simbol atau metafora dalam imajinasinya. Karena, kata Agus Noor, penulis tanpa misteri bukanlah penulis yang menarik.
Ada banyak cerpen yang sangat saya sukai dalam buku Cinta Tak Pernah Sia-sia ini, antara lain berjudul Hakim Sarmin, Kurma Kiai Karnawi, Ulat Bulu dan Syekh Daun Jati, Lelucon Para Koruptor, dan Penyair yang Jatuh Cinta pada Telepon Genggamnya.
Lelucon Para Koruptor dalam buku Cinta Tak Pernah Sia-sia menggambarkan kehidupan para koruptor di penjara. Penjara justru tempat persembunyian paling aman bagi narapidana kasus korupsi. Mereka tetap bisa menjalankan bisnisnya dan tetap bisa menikmati hal-hal yang disukai seperti biasanya, termasuk bisa berkomunikasi dengan istri-istrinya, bahkan sewaktu-waktu bisa menemuinya ketika butuh menyelesaikan hasrat. Bila bosan di penjara, bisa jalan-jalan ke luar dan bisa memesan makanan kesukaan hanya lewat telepon. Selain itu, setiap malam Rabu diadakan pertemuan rutin dengan membuat lelucon yang paling lucu.
Kumpulan cerita pendek atau cerpen dalam buku Cinta Tak Pernah Sia-sia sangat menarik untuk dibaca, terlebih sebagai bacaan asyik guna mengisi waktu luang, tentu buku ini sangat direkomendasikan!
Baca Juga
-
Redmi TV X 2026 Resmi Rilis: Harga Rp 5 Jutaan, Bawa Panel Mini LED 55 Inci
-
Bocoran Spek Poco M8 Pro: Snapdragon 7s Gen 4, Dukung Fast Charging 100 W
-
4 Rekomendasi Tablet Layar 12 Inci Paling Worth It untuk Kerja Harian, Produktivitas Naik 10 Kali
-
Vivo X200T Siap Meluncur Awal Tahun 2026, Ukuran Compact dan Performa Kencang
-
4 Rekomendasi HP Terbaik 2025 dengan Harga Rp 2 Jutaan, Chipset Kencang dan Baterai Awet
Artikel Terkait
Ulasan
-
Review Film 13 Days, 13 Nights: Ketegangan Evakuasi di Tengah Badai Taliban
-
5 Drama Korea Bertema Kehidupan Anak Kos yang Bikin Kamu Nostalgia
-
Ulasan Novel Aib dan Nasib, Pertarungan Eksistensial Melawan Stigma Sosial
-
Review Film Mertua Ngeri Kali: Pelajaran Cinta dari Mertua Gila!
-
7 Our Family: Luka Keluarga dari Sudut Anak Paling Terlupakan
Terkini
-
Virgoun Tanggapi Isu Rujuk dengan Inara Rusli, Tolak Mentah-Mentah?
-
Peer Preasure dan Norma Feminitas: Ketika Bullying Halus Menyasar Perempuan
-
Sekolah Darurat Pembullyan, Kritik Film Dokumenter 'Bully'
-
Redmi TV X 2026 Resmi Rilis: Harga Rp 5 Jutaan, Bawa Panel Mini LED 55 Inci
-
6 HP Rp 7-10 Jutaan Terbaik 2025: Mana yang Masih Worth It Dibeli di 2026?