Scroll untuk membaca artikel
Hernawan | Sam Edy Yuswanto
Buku "KINOLI" (DocPribadi/Samedy)

Cinta tak harus memiliki.” Kalimat ini, entah siapa yang pertama kali mencetuskan, kerap sekali kita dengar. Dalam kehidupan nyata, memang begitulah adanya. Kadang kita mengagumi dan menyukai seseorang, tapi ternyata orang yang kita kagumi sudah ada yang memiliki.

Begitu juga ketika kita mencintai seseorang, teman dekat atau sahabat sendiri misalnya, tapi ternyata cinta kita bertepuk sebelah tangan. Sahabat kita itu, ternyata telah memiliki kekasih dan tak memiliki rasa sedikit pun pada kita. Sebagaimana kisah seorang pemuda berwajah tampan yang mencintai sahabatnya sendiri dalam buku kumpulan cerpen berjudul Kinoli karya Yetti A.Ka ini.

Kinoli, judul cerpen yang juga terpilih menjadi judul buku tersebut, berkisah tentang seorang pemuda tampan yang menyukai gadis bernama Kinoli, yang adalah sahabatnya sendiri. Kinoli, gadis cantik berambut sebahu itu memang memiliki daya pikat yang begitu tinggi bagi si pemuda. Sayangnya, cinta si pemuda bertepuk sebelah tangan. Sebelum Kinoli bertunangan dengan lelaki pilihannya, ia pernah menyatakan rasa suka pada Kinoli, tapi langsung ditolak.

“Kau tampan, juga baik hati. Sayang sekali kau bukan tipe lelaki yang kuinginkan untuk sebuah pernikahan”. Kinoli menggenggam tangan si pemuda. Lalu melanjutkan kalimatnya, “paling tidak kita tetap berteman,” ujar Kinoli kemudian (Kinoli, halaman 69).

Patah hati tentu dirasakan si pemuda dengan penolakan Kinoli. Tapi ia berusaha tegar dan menerima kenyataan pahit itu dan tetap berupaya menjaga hubungan pertemanan dengan Kinoli. Sementara Kinoli diam-diam berusaha mencarikan sosok gadis yang dianggapnya cocok untuk dijadikan sebagai pasangan si pemuda. Ya, Kinoli pun merencanakan datang ke rumah si pemuda, bersama Hening, sahabatnya. Kinoli berharap gadis itu cocok dijadikan sebagai pasangan sahabatnya. Begini cuplikan paragrafnya:

Aku sedikit bisa menebak tujuan Kinoli membawa teman bernama Hening itu, yang ternyata suka hujan. Tampaknya Kinoli berusaha keras mempertemukan aku dengan seseorang, lalu menjadikan hujan sebagai alasan kenapa kami cocok menjadi pasangan (Kinoli, halaman 73).

Hening memang cantik, anggun, dan lembut. Sayangnya si pemuda tak menyukainya. Ia lebih menyukai tipe gadis seperti Kinoli. Ya. Ia justru lebih menyukai perempuan (tentunya karena perempuan itu Kinoli) yang pemalas dalam hal berkebun dan berantakan. Atau perempuan yang bisa mengeluarkan apa pun yang ia rasakan secara lepas dan spontan.

Selain Kinoli, tentu masih ada sederet cerpen yang menarik disimak dalam buku kumpulan cerpen terbitan Javakarsa Media, 2012 ini. Selamat membaca dan semoga terhibur.

Sam Edy Yuswanto