“Cinta tak harus memiliki.” Kalimat ini, entah siapa yang pertama kali mencetuskan, kerap sekali kita dengar. Dalam kehidupan nyata, memang begitulah adanya. Kadang kita mengagumi dan menyukai seseorang, tapi ternyata orang yang kita kagumi sudah ada yang memiliki.
Begitu juga ketika kita mencintai seseorang, teman dekat atau sahabat sendiri misalnya, tapi ternyata cinta kita bertepuk sebelah tangan. Sahabat kita itu, ternyata telah memiliki kekasih dan tak memiliki rasa sedikit pun pada kita. Sebagaimana kisah seorang pemuda berwajah tampan yang mencintai sahabatnya sendiri dalam buku kumpulan cerpen berjudul Kinoli karya Yetti A.Ka ini.
Kinoli, judul cerpen yang juga terpilih menjadi judul buku tersebut, berkisah tentang seorang pemuda tampan yang menyukai gadis bernama Kinoli, yang adalah sahabatnya sendiri. Kinoli, gadis cantik berambut sebahu itu memang memiliki daya pikat yang begitu tinggi bagi si pemuda. Sayangnya, cinta si pemuda bertepuk sebelah tangan. Sebelum Kinoli bertunangan dengan lelaki pilihannya, ia pernah menyatakan rasa suka pada Kinoli, tapi langsung ditolak.
“Kau tampan, juga baik hati. Sayang sekali kau bukan tipe lelaki yang kuinginkan untuk sebuah pernikahan”. Kinoli menggenggam tangan si pemuda. Lalu melanjutkan kalimatnya, “paling tidak kita tetap berteman,” ujar Kinoli kemudian (Kinoli, halaman 69).
Patah hati tentu dirasakan si pemuda dengan penolakan Kinoli. Tapi ia berusaha tegar dan menerima kenyataan pahit itu dan tetap berupaya menjaga hubungan pertemanan dengan Kinoli. Sementara Kinoli diam-diam berusaha mencarikan sosok gadis yang dianggapnya cocok untuk dijadikan sebagai pasangan si pemuda. Ya, Kinoli pun merencanakan datang ke rumah si pemuda, bersama Hening, sahabatnya. Kinoli berharap gadis itu cocok dijadikan sebagai pasangan sahabatnya. Begini cuplikan paragrafnya:
Aku sedikit bisa menebak tujuan Kinoli membawa teman bernama Hening itu, yang ternyata suka hujan. Tampaknya Kinoli berusaha keras mempertemukan aku dengan seseorang, lalu menjadikan hujan sebagai alasan kenapa kami cocok menjadi pasangan (Kinoli, halaman 73).
Hening memang cantik, anggun, dan lembut. Sayangnya si pemuda tak menyukainya. Ia lebih menyukai tipe gadis seperti Kinoli. Ya. Ia justru lebih menyukai perempuan (tentunya karena perempuan itu Kinoli) yang pemalas dalam hal berkebun dan berantakan. Atau perempuan yang bisa mengeluarkan apa pun yang ia rasakan secara lepas dan spontan.
Selain Kinoli, tentu masih ada sederet cerpen yang menarik disimak dalam buku kumpulan cerpen terbitan Javakarsa Media, 2012 ini. Selamat membaca dan semoga terhibur.
Baca Juga
-
Buku Perjalanan ke Langit: Nasihat tentang Pentingnya Mengingat Kematian
-
Ulasan Buku Resep Kaya ala Orang Cina, Cara Menuju Kekayaan yang Berlimpah
-
Ulasan Buku "The Wisdom", Merenungi Kebijaksanaan Hidup
-
Tuhan Selalu Ada Bersama Kita dalam Buku "You Are Not Alone"
-
Ulasan Buku Setengah Jalan, Koleksi Esai Komedi untuk Para Calon Komika
Artikel Terkait
-
Inspiratif dan Menyentuh, Penulis Buku Ini Bagikan Kisah Perempuan yang Merawat Panti Asuhan Berusia 100 Tahun
-
5 Tanda Pria Cuma Pura-Pura Sayang, Ujung-ujungnya Bikin Sakit Hati
-
4 Manfaat Menerima Kekurangan Pasangan dalam Hubungan Asmara, Kamu Wajib Tahu!
-
Viral Video Im Kamaludin Kini Acungkan Tanda Cinta, Netizen: Akhirnya Kembali ke Jalan yang Benar
Ulasan
-
Film Audrey's Children, Kisah di Balik Terobosan Pengobatan Kanker Anak
-
Ulasan Novel The Pram: Teror Kereta Bayi Tua yang Menghantui
-
Review Film Magic Farm: Kisah Kru Dokumenter Nyasar yang Dibalut Satir Gokil
-
Ulasan Novel Holly: Rahasia Mengerikan di Balik Rumah Pasangan Terhormat
-
Dari Anak Nakal Jadi Pahlawan Kota: Kisah Seru di Balik The Night Bus Hero
Terkini
-
Asnawi Comeback ke Timnas, Undur Diri dari Tim ASEAN All Stars Bakal Jadi Kenyataan?
-
Mau Gaya Manis Tapi Tetep Chic? Coba 5 Hairdo Gemas ala Zhang Miao Yi!
-
5 Karakter Kuat One Piece yang Diremehkan Monkey D. Luffy, Jadinya Kalah!
-
Infinix Note 50X 5G+ Masuk ke RI Bareng Note 50S 5G+, Harga Tidak Sama
-
PSS Sleman Belum Aman dari Zona Degradasi Walau Kalahkan Persija, Mengapa?