Scroll untuk membaca artikel
Hikmawan Firdaus | Sam Edy
Gambar Buku 'Resep Kaya ala Orang Cina'.[Dokumen pribadi/ Sam]

Memiliki kekayaan atau harta berlimpah merupakan impian banyak orang di dunia ini. Kekayaan memang menggiurkan siapa saja. Hal ini tentu dapat dimaklumi. Sebab, kekayaan dapat menjadikan kita hidup serba berkecukupan. Dengan harta, kita dapat membeli apa pun yang kita inginkan.

Namun, kekayaan, sebanyak apa pun lambat laun akan habis bila kita tak mampu mengelolanya dengan baik dan benar. Apalagi jika kita gemar berfoya-foya, menghambur-hamburkan uang untuk membeli segala sesuatu yang sebenarnya tidak terlalu kita butuhkan.

Oleh karenanya, diperlukan kiat atau resep agar harta yang kita miliki dapat bermanfaat dan tidak lekas habis. Terkait hal ini, kita bisa belajar tentang cara mengelola kekayaan dari orang-orang Cina atau Tionghoa.

Buku berjudul ‘Resep Kaya ala Orang Cina’ karya Eka Dharma Pranoto (penerbit Andi) ini misalnya, dapat kita jadikan penambah wawasan agar kita mampu mengelola harta benda yang kita miliki dengan sebaik-baiknya. Buku ini mencoba membuat tinjauan analisis teoretis tentang rahasia kesuksesan orang Tionghoa. Buku ini didasarkan pemikiran yang logis mengenai sistem ekonomi keluarga yang dianut kaum Tionghoa sukses.

Orang Tionghoa sukses umumnya mengerti cara kerja ilmu ekonomi praktis dan mampu memanfaatkan ilmu yang tidak diajarkan di sekolah tersebut dalam praktik di dunia nyata. Dengan mmebaca buku ini, masyarakat diharapkan dapat disadarkan bahwa setiap orang sebetulnya memiliki segudang potensi untuk mengubah nasib diri sendiri (hlm. x).

Selama ini mungkin banyak orang meyakini bahwa orang kaya adalah orang yang memiliki harta berlimpah. Bahkan dengan hartanya itu dia bisa mencukupi kebutuhan hidup keluarganya hingga tujuh turunan. Padahal, bila kita renungi, kekayaan itu tidak melulu berupa harta benda atau uang belaka.

Dalam buku ini Eka Dharma menjelaskan bahwa banyak orang berpandangan bahwa kaya berarti memiliki uang yang banyak. Meskipun pandangan ini tak sepenuhnya keliru, tetap saja pendapat itu kurang tepat. Uang hanyalah suatu sarana untuk mencapai kekayaan.

Supaya seseorang bisa menjadi kaya, uang harus diubah menjadi aset. Karena aset selalu bertumbuh, asetlah yang sanggup mengantar seseorang menggapai kekayaan. Bayangkanlah uang sebagai ikan, sedangkan aset sebagai kail. Ikan akan habis bila dikonsumsi dalam kurun waktu lama. Supaya seseorang bisa tetap hidup dan bisa mengumpulkan ikan lebih banyak, sebagian ikan yang dimilikinya harus dijual dan dibelikan pancing, jala, atau kapal nelayan. Peralatan inilah yang bermanfaat untuk menangkap ikan lebih banyak (hlm. 2-3).

Bicara tentang aset, tentu banyak jenisnya. Dalam buku diungkap, biasanya aset diperoleh dari investasi. Macam-macam investasi dapat berupa penanaman modal pada sektor bisnis, waralaba, KPR rumah, saham, dan lain sebagainya. Langkah pertama untuk menggapai kekayaan adalah banyak berinvestasi. Hal itulah yang dilakukan pengusaha sukses Tionghoa sekaligus langkah pertamanya menuju kekayaan berlimpah.

Kebiasaan hidup merupakan hal sepele, tetapi memiliki pengaruh yang besar. Demikian pula kaitannya dengan kekayaan. Seseorang yang sukses biasanya memiliki kebiasaan untuk terus berinvestasi hingga akhir hayat. Sebaliknya, orang bisa tidak sukses gara-gara memiliki kebiasaan buruk seperti memboros-boroskan uangnya. Fakta semacam ini menunjukkan betapa kuatnya arti kebiasaan (hlm. 11).

Berdagang, berbisnis, atau menjadi pengusaha adalah salah satu cara agar seseorang dapat meraih kekayaan yang berlimpah ruah. Hal ini sebagaimana sudah dilakukan oleh banyak orang Tionghoa.

Karena anak-anak Tionghoa semenjak kecil terbiasa menyaksikan orang tua mereka berdagang, maka insting mereka untuk berdagang terasah dengan baik. Setelah mereka lulus SMA atau Perguruan Tinggi, ada suatu hasrat terpendam di dalam hati mereka untuk tidak menjadi karyawan sebagaimana rekan-rekan kuliah mereka. Mereka teringat kenangan manis bagaimana ketika mereka masih kecil orang tuanya berdagang untuk mencukupi kebutuhan nafkah mereka (hlm. 22).

Lewat buku karya Eka Dharma Pranoto ini, pembaca disuguhi resep menjadi orang kaya ala orang Cina atau Tionghoa. Sebuah buku yang kaya akan inspirasi dan motivasi. Selamat membaca.

Sam Edy