Desember 2020 Muna Masyari menerbitkan buku novel Damar Kambang yang diterbitkan oleh Kepustakaan Populer Gramedia. Di tahun yang sama, perempuan kelahiran Pemekasan Madura ini juga meluncurkan buku kumpulan cerpen Rokat Tase' yang diterbitkan oleh Penerbit Buku Kompas. Dan tahun sebelumnya, yaitu tahun 2019, ia menerbitkan buku kumpulan cerpen Martabat Kematian.
Di dalam buku Rokat Tase' ini kita akan menemukan 20 judul cerpen terbaiknya yang memukau dan menarik. Salah satunya berjudul Lubang. Cerpen Lubang ini mengisahkan seorang perempuan yang sebelumnya menjadi sekretaris desa ingin mencalonkan diri sebagai calon kepala desa. Perempuan yang cantik dan berwibawa itu membawa secercah harapan untuk membangun desa yang sejuk, bersih dan hijau.
Ia berjanji akan lebih memberdayakan klinik desa dengan cara menumbuhkan kesadaran masyarakat dalam hal meningkatkan kesehatan. Ia juga akan semakin menggalakkan pendidikan agar bisa mengurangi angka anak putus sekolah. Penghijauan dan kebersihan akan dijadikan prioritas penanganan serius. Kerajinan batik dan keterampilan jahit-sulam juga tidak luput dari programnya demi menghidupkan aktivitas kaum perempuan.
Namun, masalah kemudian muncul saat ia mulai pusing-pusing dan mual. Hamil? Benar sekali. Sudah tujuh tahun ia dan suaminya menunggu kehadiran seorang anak, akhirnya janin yang ditunggu-tunggu tumbuh juga di dalam perutnya. Namun, jika impian itu terwujud kali ini, bagaimana dengan pencalonan dirinya sebagai kepala desa? Apalagi dokter menyarankan untuk istirahat total.
Kabar kehamilan perempuan calon kepala desa itu pun seketika tersebar ke pasar-pasar, kedai-kedai, sawah, dan tempat-tempat keramaian lainnya. Sehingga ia pun jadi bahan pembicaraan empuk dan hangat. Beberapa warga berbalik tidak ingin memilihnya sebagai kepala desa sebab jika perempuan itu hamil dan sebentar lagi akan sibuk mengurusi bayinya. Lalu, kapan mengurus masyarakat dan memikirkan kemajuan desa?
Ia pun mendiskusikan dengan sang suami untuk menggugarkan janin di perutnya. Ia beralasan bahwa hamil bisa kapan saja. Namun, kalau pemilihan kepala desa hanya kali ini dan sudah kadung banyak uang yang dikeluarkan demi keperluan pencalonannya.
"Tapi aku sudah terdaftar. Sawah juga digadaikan. Tidak sedikit dana yang sudah dikeluarkan. Warga sudah menaruh harapan besar padaku. Tidak ada jalan lain. Lebih baik korbankan satu nyawa daripada membunuh harapan warga desa," dalih perempuan itu bersiteguh.
Sang suami menggelengkan kepala, memeram geram, melihat istrinya membatukan kepala. Saat ia menggugurkan janinnya, tatapan sinis dan jijik dari ibu-ibu dan warga desa lainnya kerapkali ia terima. Mereka menilai bahwa perempuan itu adalah perempuan paling kejam karena membunuh janin tak berdosa dalam kandungannya.
"Lebih baik punya kepala desa yang mengembat bantuan dari pemerintah daripada pembunuh!" cibir seorang ibu.
Ending dari cerita Lubang ini; perempuan egois itu akhirnya hidup seorang diri. Suaminya telah pulang ke orangtuanya. Menceraikan dirinya sejak pulang dari rumah bidan dengan perut tanpa janin. Dan dalam pemilihan ia kalah. Tiap pagi ditemukan ia selalu menatap kosong. Hidupnya terperangkap dalam kekosongan yang senyap. Terjatuh dalam lubang curam. Lubang-lubang di kekosongan matanya, juga di dadanya. Lubang kekalahan.
Baca Juga
-
Menkeu Purbaya Ancam Tarik Anggaran Program Makan Gratis jika Penerapannya Tidak Efektif
-
Ferry Irwandi Ungkap Jumlah Orang Hilang pada Tragedi 25 Agustus yang hingga Kini Belum Ditemukan
-
Nadya Almira Dituding Tak Tanggung Jawab Usai Tabrak Orang 13 Tahun yang Lalu
-
Vivo V60 Resmi Rilis, Andalkan Kamera Telefoto ZEISS dan Snapdragon 7 Gen 4
-
Review Buku Indonesia Merdeka, Akhir Agustus 2025 Benarkah Sudah Merdeka?
Artikel Terkait
Ulasan
-
Review Film Yakin Nikah: Sederhana, tapi Bikin Betah Nonton
-
Rumah Tangga: Mengintip Kehangatan dan Kejujuran di Balik Pintu Keluarga
-
Review Film Jembatan Shiratal Mustaqim: Horor Moral yang Mirip Sinetron
-
Membaca Drama 'Genie, Make a Wish' Lewat Lensa Pengasuhan Kolektif
-
Review Film Ballad of a Small Player: Visual Ciamik tapi Kesan Akhir Kosong
Terkini
-
Sidang Perceraian Masih Terus Berlanjut, Andre Taulany: Ini Perjuangan!
-
Gagal di Ronde Keempat, para Bintang Skuat Garuda Kini Harus Bertarung dengan Gerusan Waktu
-
Matcha Masuk Jalanan! Tetap Fancy Meski dari Gerobak
-
Dimarahin Bos, Langsung Cari Seblak? Ternyata Ini 'Penyakit' Bernama Emotional Eating!
-
Dipecat Ulsan HD, Shin Tae-yong Ngamuk dan Bongkar Aib Internal