Banyak yang mengenal Kartini, karena tentunya tidak asing bagi telinga masyarakat Indonesia. Kartini setiap tahunnya rutin diperingati, yaitu pada tanggal 22 April. Dibalik kehebatan Kartini, ada sosok seorang kakak kandung yang bernama Kartono.
Kartono atau Raden Mas Panji Sosrokartono, namanya tidak se-familiar Kartini, adiknya. Sosok Kartono terbilang manusia jenius, ia terkenal menguasai puluhan bahasa diantaranya, 27 bahasa asing dan 10 bahasa nusantara.
Beliau lahir pada 10 April 1877 di Palemkerep, Mayong. Terpaut dua tahun lebih tua dari Kartini, ia merupakan anak ketiga dari Bupati Jepara, Raden Mas Ario Samingun Sosroningrat dengan istri keduanya yang bernama Ngasirah.
Kartono merupakan salah satu mahasiswa Indonesia generasi pertama yang melanjutkan pendidikan ke luar Hindia Belanda, langkah itu disusul oleh para mahasiswa Indonesia lainnya.
Dengan biaya yang memadai, karena anak dari seorang priyai, Kartono dapat menyelesaikan pendidikannya dari Europeesche Lagere School di Jepara, dan H.B.S. di Semarang.
Lalu, pada tahun 1898 ia melanjutkan pendidikannya ke Sekolah Teknik Tinggi di Delft karena merasa tidak cocok ia pindah ke Jurusan Bahasa dan Kesusastraan Timur di Universitas Leiden dengan mendapat gelar Doctorandus in de Oostersche Talen.
Sebagai seorang kakak yang terdidik, Kartono memberi perhatian lebih kepada Kartini. Dia membantu adiknya itu belajar bahasa Belanda dan Melayu. Lewat berbagai bacaan, Kartono membimbing Kartini untuk mewujudkan keinginannya. Kartono selalu bersemangat memberikan Kartini buku-buku, majalah dan surat kabar berbahasa Belanda dan Melayu.
Dirinya begitu paham apa yang diinginkan adiknya Kartini untuk mengubah budaya setelah sekian lama memarjinalkan perempuan. Dia selalu berusaha agar keinginan Kartini tidak melemah. Bahkan, ia sampai berjanji untuk mewujudkan cita-cita Kartini, melalui surat menyurat, menyuplai bahan bacaan hingga do’a. Kartono juga berjanji cita-cita Kartini akan diberitahukan kepada para pejabat di Belanda.
Kakak Kartini ini wafat Pada 8 Februari 1952 (74 tahun) di Bandung lalu dimakamkan di Sido Mukti, Desa Kaliputu, Kudus, Jawa Tengah berdekatan dengan makam kedua orang tuanya RMA Sosroningrat Nyai Ngasirah.
Baca Juga
-
Prediksi Skor Inggris vs Senegal: Ambisi Berebut Tiket Perempat Final
-
Postingan Jokowi tentang Hari Dokter Nasional Disorot, Kucing Oren Bikin Salfok
-
Fakta Unik Film ''Ngeri-Ngeri Sedap', Salah Satunya Didominasi Para Komika
-
3 Manfaat Luar Biasa dari Membaca Buku, Salah Satunya dapat Berpikir Kritis
-
Kaesang Pangarep Siap Maju Ketum PSSI, Warganet: Gaspol!
Artikel Terkait
Ulasan
-
Melintasi Gelap Jakarta di Novel Antara Aku dan Dia karya Agnes Jessica
-
Review Jujur Film Omniscient Reader: The Prophecy, Lagi Tayang di Bioskop
-
Batik Kuansing, Ikon Budaya Pacu Jalur yang Bisa Dibawa Pulang
-
Membuka Luka Sejarah PKI 1965 Lewat Fiksi di Novel Noda Tak Kasat Mata
-
Review Film Ghost Train: Stasiun Hantu dan Rahasia yang Bikin Merinding
Terkini
-
Bendera One Piece dan GenZ: Antara Ekspresi Budaya Pop dan Etika Kebangsaan
-
4 Tinted Sunscreen Proteksi Kulit dan Bantu Pudarkan Noda, Cuma Rp40 Ribuan
-
Futsal dan Nepotisme: Saat Kesempatan Bermain Ditentukan oleh Kedekatan
-
5 HP Murah RAM Gede, Biar Multitasking Bisa Juga
-
Elizabeth Olsen Terjebak Cinta Segitiga di Film Eternity, Intip Trailernya