Scroll untuk membaca artikel
Hayuning Ratri Hapsari | Dewi Maharani Bahtiar
Novel Bring Me to Jannah (Dok. Pribadi/DewiMaharani)

Sudah lama saya tidak membaca novel genre religi, dan ketika ingin membaca genre tersebut pilihan saya jatuh pada novel Bring Me to Jannah karya Nur Hoiriah.

Novel ini sudah lama terbit, yakni tahun 2020, diterbitkan oleh penerbit Coconut Books dengan 372 halaman. Hanya saja saya baru membacanya sekarang.

Sebelumnya, cerita ini ditulis di wattpad, bahkan meraup 6 juta pembaca di platform daring tersebut. Awalnya saya tertarik membacanya karena banyak yang merekomendasikan membaca ini di Wattpad, karena sudah terbit saya pun membaca versi buku fisiknya. Meski saya rasa tidak ada banyak perubahan antara versi Wattpad dan versi cetak.

Bercerita tentang Nafisa, perempuan yang dijodohkan oleh kedua orang tuanya dengan anak sahabat mereka yakni Farhan. Sebelumnya, Farhan adalah bos Nafisa di kantor. Meski awalnya enggan dijodohkan, Nafisa akhirnya menerima keputusan orang tuanya setelah bertanya tentang alasan dia dijodohkan.

Farhan yang pandai ilmu agama memperlakukan Nafisa dengan baik, tanpa sadar Nafisa mencintai Farhan. Akan tetapi, Nafisa mengetahui bahwa Farhan masih memikirkan mantan tunangannya.

Dari pernikahan itu, Nafisa mulai menjadi wanita yang lebih dewasa karena dia mulai merasakan apa artinya sebuah pernikahan, dia bahkan tak ragu untuk menekan perasaannya sendiri demi pasangan. 

Apalagi ketika mantan tunangan Farhan yang dikira semua orang sudah meninggal ternyata masih hidup. Nafisa menjadi merasa bersalah, dan dia bahkan siap merelakan suaminya asal Farhan bahagia.

Pada klimaksnya, konflik yang khas genre religi yang tak lain adalah poligami disinggung. Konflik ini pada beberapa tahun belakangan banyak dijadikan konflik primer pada genre religi oleh para penulis novel genre ini.

Saya tidak akan menceritakan akhirnya, karena pastinya semua orang sudah bisa menebak genre romance seperti ini.

Ketika awal membaca novel ini, saya sempat bosan, jadi saya sering berhenti membacanya. Apalagi ketika bab pertama sudah disuguhkan dengan pengenalan tokoh dari nama lengkap hingga yang lainnya.

Saya sudah membaca banyak novel dengan sudut pandang orang pertama dan tentunya para pembaca termasuk saya tidak perlu diberikan info tentang tokoh dari A sampai Z pada bab awal. Sungguh, semua informasi tersebut hanya akan dianggap angin lalu. Lagian, berlebihan informasi seperti itu tidak baik.

Di novel ini, saya merasa terlalu banyak tokoh yang kurang kuat fungsinya. Ditambah lagi, novel ini terkesan lambat dan banyak dialog tidak bernyawa di bab-bab awal.

Untuk penyuka genre religi yang pengin dibaperin tokoh saleh bisa saja membaca novel ini. Saya tidak akan memusingkan konflik puncaknya yang kurang greget dengan singgungan poligami.

Toh, itu hak penulis, jadi saya berharap penulis bisa mengeksplorasi konflik untuk genre religi. Karena dalam Islam, bukan hanya tentang poligami yang bisa diangkat menjadi sebuah konflik cerita tapi ada banyak hal.

Bagi kamu yang suka bacaan religi, mungkin bisa menambahkan novel Bring Me to Jannah ke wish list bacaan, khususnya penyuka sudut pandang pertama.

Dewi Maharani Bahtiar