Belajar bisa dilakukan dengan banyak cara. Tak melulu di sekolah saja. Sekolah hanyalah salah satu sarana. Selebihnya, kita akan belajar banyak hal melalui lingkungan sekitar, pengalaman hidup, dan seterusnya.
Belajar sifatnya seumur hidup. Berlaku sepanjang kita masih hidup. Belajar bisa kita peroleh melalui buku-buku bacaan yang beragam. Namun realitas memaparkan, banyak orang enggan membaca, apalagi membeli buku-buku. Padahal, buku adalah jendelanya dunia. Dari buku-buku kita bisa memperoleh wawasan luas yang sangat penting sebagai bekal mengarungi kehidupan.
Ada kisah menarik yang bisa kita simak dalam Majalah Soca (Nomor 26 Tahun II/ 2014). Dalam Rubrik My Story, ada kisah berjudul Perpustakaan Terakhir Pak Joko karya Tiara Puspa Bidari. Mengisahkan tentang seorang berumur senja bernama Pak Joko.
Pak Joko adalah seorang duda. Istrinya telah lama meninggal dunia. Dialah yang menjadi tulang punggung keluarga satu-satunya. Dia harus mencari rezeki untuk menghidupi kedua anak laki-lakinya yang masih duduk di bangku sekolah dasar.
Pak Joko mengais rezeki dengan cara berkeliling dengan sepeda ontelnya, membawa buku-buku untuk disewakan kepada warga. Ya, Pak Joko adalah seorang relawan pendidikan. Meski uang sewa buku yang diperolehnya tak banyak, tapi ia tetap berusaha semangat menjalani hari-harinya. Berikut ini sedikit kutipan kisahnya:
Pak Joko adalah malaikat bagi anak-anak kampung di pedesaan kami. Setiap sore dia selalu mengangkut banyak buku di keranjang sepedanya. Pak Joko selalu membawa buku-buku baru. Dia mencari buku itu dari buku-buku yang sudah tak dipakai oleh orang perkotaan sana. Meski terkadang ada anak jahil yang menghilangkan buku Pak Joko, namun beliau tetap sabar dan tak marah.
Suatu hari, Pak Joko tak datang ke pedesaan tempat biasa dia membawa buku-buku di keranjang belakang sepedanya. Tentu orang-orang yang biasa meminjam buku padanya menjadi penasaran dan kehilangan. Ke manakah Pak Joko? Mereka tetap menunggu kedatangan Pak Joko pada hari berikutnya. Namun, hingga hari ketiga, beliau tak kunjung datang. Hingga akhirnya beredar kabar, ternyata Pak Joko telah tiada. Orang-orang pun merasa kehilangan dengan sosok Pak Joko, seorang relawan pendidikan yang selama ini tak pernah lelah berkeliling dan menyewakan buku-buku kepada masyarakat.
Kisah Pak Joko semoga dapat membuat para pembaca merenung tentang pentingnya memiliki kebiasaan membaca buku, agar wawasan dan pengalaman kita semakin bertambah luas. Agar kita tak mudah dibodohi dan dijajah oleh bangsa lain.
Baca Juga
-
Seni Mengatur Waktu dengan Baik dalam Buku "Agar Waktu Anda Lebih Bermakna"
-
Buku Perjalanan ke Langit: Nasihat tentang Pentingnya Mengingat Kematian
-
Ulasan Buku Resep Kaya ala Orang Cina, Cara Menuju Kekayaan yang Berlimpah
-
Ulasan Buku "The Wisdom", Merenungi Kebijaksanaan Hidup
-
Tuhan Selalu Ada Bersama Kita dalam Buku "You Are Not Alone"
Artikel Terkait
Ulasan
-
Rumah Tangga: Mengintip Kehangatan dan Kejujuran di Balik Pintu Keluarga
-
Review Film Jembatan Shiratal Mustaqim: Horor Moral yang Mirip Sinetron
-
Membaca Drama 'Genie, Make a Wish' Lewat Lensa Pengasuhan Kolektif
-
Review Film Ballad of a Small Player: Visual Ciamik tapi Kesan Akhir Kosong
-
The Principles Of Power: Rahasia Memanipulasi Orang Lain di Segala Situasi
Terkini
-
Dari Toga Romawi Sampai Baju Virtual: Perjalanan 'Fashion' dari Zaman Batu Hingga Era TikTok
-
5 Ide Terapi Seni yang Bisa Bikin Anak Jadi Lebih Kreatif Sejak Dini
-
AXIS Nation Cup 2025: Terapkan Play for Good dengan Tema Suara Para Juara
-
4 Padu Padan Knitwear ala San ATEEZ, Buat Daily Outfit Biar Makin Cool
-
Puncak TPN XII: Kolaborasi Guru Menuju Pendidikan Berdaya dan Berkelanjutan