Setiap orang tentu pernah mengalami momen ketika malas ngapa-ngapain. Padahal sebenarnya ada banyak pekerjaan yang menanti untuk diselesaikan.
Ketika mengalami hal tersebut, salah satu cara yang saya lakukan untuk mengembalikan mood adalah membaca buku yang memuat inspirasi tentang orang-orang yang telah sukses biar dapat suntikan semangat.
Salah satu buku yang berisi hal tersebut adalah buku berjudul "Menjemput Keberuntungan" karya Andrias Harefa. Buku ini menjelaskan tentang berbagai inspirasi yang telah menjadi rahasia kesuksesan tokoh-tokoh populer, mulai dari Dalie Carnegie, Napoleon Hill, Oprah Winfrei hingga Stephen R. Covey.
Bisa dibilang, buku ini adalah intisari dari apa yang pernah disampaikan oleh tokoh-tokoh yang inspiratif seperti di atas. Dengan membaca buku ini, kita seperti disuguhkan dengan banyaknya pelajaran hidup yang telah terbukti sukses dijalani oleh mereka yang telah berhasil di bidangnya.
Satu buku ini mampu merangkum banyak pengalaman, pengetahuan, dan kebijaksanaan dari para motivator kelas dunia.
Misalnya kisah dari Napoleon Hill yang begitu populer dengan buku Think and Grow Rich. Di dalam buku tersebut, beberapa kali ia menekankan tentang pentingnya keyakinan.
"Anda bisa menjadi apapun yang Anda inginkan, jika saja keyakinan Anda cukup besar dan tindakan Anda selaras dengan keyakinan Anda; sebab apapun yang bisa diciptakan dan diyakini pikiran, bisa dibuat jadi kenyataan".
Kutipan tersebut barangkali cukup familiar bagi pembaca yang sering membaca buku motivasi. Namun, sebelum konsep tentang keyakinan itu dipopulerkan oleh buku The Law of Attraction hingga The Secret karya Rhonda Byrne yang begitu populer itu, Napoleon Hill sudah lebih dahulu mengabadikan hal tersebut dalam buku-buku yang dituliskannya.
Ia tidak sekadar menjadi seorang milyarder, tetapi juga seorang motivator senior yang telah menjadi inspirasi dari tokoh-tokoh sukses di belakangnya.
Selain tertarik dengan kisah Napoleon Hill, saya juga menggarisbawahi konsep motivasi yang pernah diajarkan oleh Prof Yohanes Surya yang dikutip oleh penulis dalam buku ini.
Yakni konsep mengenai "krilangkun". Krilangkun adalah tiga tahapan yang bisa diraih seseorang untuk mencapai apapun yang ia inginkan. Krilangkun adalah singkatan dari Kritis, Langkah, dan Tekun.
Maksudnya, untuk mencapai sebuah tujuan yang besar, seseorang harus menempatkan dirinya pada situasi dan momen kritis. Jadi kita tidak sekadar punya mimpi yang ingin dicapai. Tetapi benar-benar membawa diri pada sasaran kritis yang mau tidak mau memaksa kita untuk bergerak.
Setelah itu kita tidak punya pilihan lain selain melangkah. Kemudian barulah menuju tahapan terakhir yakni tekun dalam melaksanakan komitmen untuk meraih tujuan tersebut.
Selain dua contoh di atas, masih banyak kisah-kisah inspiratif lain yang dibahas dalam buku ini. Hal yang saya sukai adalah pembahasan yang dikemas dengan sederhana dan tidak bertele-tele.
Membaca buku karya Pak Andrias ini seolah mengajak pembaca untuk menelusuri berbagai ragam buku biografi, pengembangan diri, hingga motivasi dalam satu judul buku saja.
Saya cukup salut dengan usaha penulis dalam menghimpun kisah-kisah tersebut lalu memilih bagian paling penting yang harus diketahui oleh pembaca.
Meskipun sekilas judulnya memang kurang menarik, tetapi ternyata pembahasan yang ada di dalamnya cukup inspiratif. Buku ini juga tipikal buku yang tidak harus dibaca sekali duduk. Bisa dijadikan bacaan random saat sedang tidak semangat buat ngapa-ngapain. Dapat dibaca dari mana saja dengan memulai dari judul sesukanya.
Hanya saja, karena buku ini ditulis oleh seorang motivator senior, barangkali ada hal-hal yang kurang relate jika dibaca oleh remaja.
Namun, terlepas dari hal tersebut, buku ini cukup insightful. Bagi Sobat Yoursay yang butuh bacaan yang menginspirasi, Menjemput Keberuntungan bisa menjadi salah satu buku yang menarik untuk disimak!
Baca Juga
-
Ironi Kasus Keracunan Massal: Ketika Petinggi Badan Gizi Nasional Bukan Ahlinya
-
Harga Buku Mahal, Literasi Kian Tertinggal: Alasan Pajak Buku Perlu Subsidi
-
Public Speaking yang Gagal, Blunder yang Fatal: Menyoal Lidah Para Pejabat
-
Headline, Hoaks, dan Pengalihan Isu: Potret Demokrasi tanpa Literasi
-
Polemik Bu Ana, Brave Pink, dan Simbol yang Mengalahkan Substansi
Artikel Terkait
-
Buku A Little Book of Japanese Contentments: Bahagia dalam Filosofi Jepang
-
Ulasan Buku Safety at Home: Panduan Praktis untuk Hidup Lebih Aman
-
Ulasan Buku Wabi Sabi: Filosofi Jepang Menyikapi Hidup Tak Sesuai Rencana
-
The Book of Ichigo Ichie: Bukan Sekadar Hidup, Tapi Menghidupi Setiap Momen
-
Penulisan Ulang Sejaran dengan Tone Positif: Bagaimana Nasib Buku Kiri?
Ulasan
-
Membaca Drama 'Genie, Make a Wish' Lewat Lensa Pengasuhan Kolektif
-
Review Film Ballad of a Small Player: Visual Ciamik tapi Kesan Akhir Kosong
-
The Principles Of Power: Rahasia Memanipulasi Orang Lain di Segala Situasi
-
Review Film Dongji Rescue: Kisah Heroisme Lautan yang Menggetarkan
-
Les Temptes de la Vie: Ketika Musik, Paris, dan Badai Hidup Menyatu
Terkini
-
Sosok Benjamin Paulus Octavianus, Dokter Spesialis Paru yang Jadi Wamenkes
-
Auto Ganteng Maksimal! 3 Ide Outfit Keren ala Mas Bree yang Bisa Kamu Tiru
-
Hari Kesehatan Jiwa Sedunia 2025: Kesehatan Mental Hak Semua Orang
-
Harus Diakui, Timnas Indonesia Kerap Kehilangan Identitas Permainan di Era Patrick Kluivert
-
Curhatan Anya Geraldine, Sering Dikirimi Video Siksa Kubur oleh Sang Ibu