Setiap makhluk hidup yang diciptakan oleh Allah, memiliki manfaat yang kadang tak disadari oleh kita. Bahkan hewan yang sangat kecil sekali pun, yang bisa jadi dianggap remeh oleh orang-orang, pasti menyimpan hikmah atau pelajaran berharga di sebaliknya.
Merenungi setiap hal yang telah diciptakan oleh Allah itu sangat penting. Sebagai sarana untuk mensyukuri karunia nikmat-Nya, sekaligus dapat membuat kita lebih meningkatkan ketakwaan kepada Sang Maha Pencipta yang mampu menciptakan banyak hal menakjubkan.
Sebagai manusia yang memiliki banyak kelemahan, jangan sampai kita merasa sombong, takabur, dan menolak hikmah yang pasti ada dalam setiap penciptaan-Nya. Jangan sampai kita merasa tinggi hati dan meremehkan makhluk lain sebagaimana kisah seorang filosof bernama Galen dalam buku berjudul Rusa Tak Pernah Berdusta karya Fuad Abdurrahman ini.
Dari 51 kisah menakjubkan hewan sepanjang zaman yang ditampilkan oleh Fuad Abdurrahman dalam buku tersebut, saya ingin mengulas satu kisah dengan judul Obat dari Kumbang. Dikisahkan, ada seorang filosof bernama Galen. Dia merupakan orang pandai, dokter yang ahli, dan cendekiawan besar. Suatu hari, dia berpikir menolak adanya hikmah dari Allah. Dia berpikir:
Aku tidak tahu mengapa Allah menciptakan serangga bernama kumbang? Apakah kumbang itu bermanfaat? Mengapa Allah menciptakan hal-hal yang tidak bermanfaat?
Selang beberapa waktu kemudian, Galen menderita sakit mata. Meski dia seorang dokter ahli dan pandai, nyatanya dia tak mampu mengobati sakit matanya sendiri. Begitu juga, dokter-dokter ahli lainnya tak sanggup mengobatinya, meski mereka sudah mengerahkan segenap kemampuan untuk mengobati sakit mata sang filosof itu.
Suatu ketika, datanglah seorang perempuan tua menemuinya dan berkata, “Aku punya puyer yang berguna untuk mengobati dan menyembuhkan sakit mata.” Galen menyetujui tawaran perempuan tersebut. Singkat cerita, sakit mata yang dideritanya pun sembuh. Galen pun bertanya dari mana perempuan itu mendapatkan puyer, dan terbuat dari apa. Ternyata, puyer tersebut terbuat dari hewan bernama kumbang. “Aku membuatnya dengan menumbuk dan mengeringkan kumbang,” jawab perempuan itu.
Poin penting dari kisah di atas adalah: jangan pernah menghina atau mengejek ciptaan Allah, karena kita tidak tahu rahasia di balik semua ciptaan-Nya. Sesungguhnya, Dia menciptakan segala sesuatu itu tidak sia-sia (halaman 212).
Semoga kisah tersebut dapat menginspirasi para pembaca agar selalu bersikap rendah hati dan berusaha merenungi setiap ciptaan Tuhan.
Baca Juga
-
Seni Mengatur Waktu dengan Baik dalam Buku "Agar Waktu Anda Lebih Bermakna"
-
Buku Perjalanan ke Langit: Nasihat tentang Pentingnya Mengingat Kematian
-
Ulasan Buku Resep Kaya ala Orang Cina, Cara Menuju Kekayaan yang Berlimpah
-
Ulasan Buku "The Wisdom", Merenungi Kebijaksanaan Hidup
-
Tuhan Selalu Ada Bersama Kita dalam Buku "You Are Not Alone"
Artikel Terkait
Ulasan
-
Review The Long Walk: Film Distopia yang Brutal, Suram, dan Emosional
-
Menyikapi Gambaran Orientasi Seksualitas di Ruang Religius dalam Film Wahyu
-
Review Film Janji Senja: Perjuangan Gadis Desa Jadi Prajurit TNI!
-
Review Film Dilanjutkan Salah, Disudahi Perih: Drama Romansa Penuh Dilema
-
Ulasan Novel Take Me for Granted: Menemukan Rasa Bahagia di Antara Luka
Terkini
-
Di Balik Senyum Buruh Gendong Beringharjo: Upah Tak Cukup, Solidaritas Jadi Kekuatan
-
Benturan di Jalan, Harmoni di Lapangan Futsal
-
Kreativitas Strategi dan Seni Bermain di Lapangan Futsal
-
Debut di Pentas Eropa, Calvin Verdonk Hapus Kenangan Pahit yang Digoreskan Klub Marselino Ferdinan
-
Nana Mirdad Soroti Program MBG, Sebut Gagal Total dan Buang Anggaran?