Scroll untuk membaca artikel
Hayuning Ratri Hapsari | Untung Wahyudi
Novel Birunya Langit Cinta (Dok.pribadi/wahyudiuntung)

Awal 2000-an, dunia buku di Tanah Air sempat diramaikan oleh kehadiran fiksi islami yang menarik perhatian pembaca. Sejumlah penerbit turut meramaikan penerbitan buku genre fiksi islami tersebut.

Nama-nama penulis baru pun bermunculan, terutama para penulis perempuan. Sebut saja Helvy Tiana Rosa, Asma Nadia, Afifah Afra, Azzura Dayana, Izzatul Jannah, dan beberapa nama lainnya.

Azzura Dayana adalah satu dari sekian banyak penulis yang turut menerbitkan novel islami, hingga saat ini. Penulis yang suka bertualang ini kerap mengangkat tema petualangan atau pendakian, salah satu tema yang jarang ditulis oleh penulis lain.

Namun, Birunya Langit Cinta bisa dibilang adalah novelnya yang terbit pada awal-awal dia terjun ke dunia menulis. Novel ini pernah diterbitkan dengan judul sama oleh Qish-U, salah satu imprint sebuah penerbit Islam di Yogyakarta. Birunya Langit Cinta kini hadir dengan wajah atau sampul baru lewat penerbit Indiva Media Kreasi, Solo.

Novel ini berkisah tentang seorang aktivis bernama Daiyah Khairunnisa. Perempuan yang akrab disapa Dey ini begitu teguh memegang prinsip, bahwa dia tidak akan berpacaran selama masih di bangku sekolah.

Dalam agama Islam yang dianutnya, tidak ada istilah pacaran. Makanya, saat sekolah dan aktif dalam kegiatan Rohani Islam (Rohis) di sekolahnya, dia tidak pernah berpikiran untuk pacaran, sebagaimana yang dilakukan oleh teman-teman sekelasnya.

Salah satu sahabatnya di SMA Citra Negeri Palembang, Bella, berusaha menjodohkan Dey dengan guru ganteng dan kece bernama Fatah, guru bahasa Inggris yang kerap dipanggil Sir Fatah. Guru muda tersebut dijodohkan dengan Dey karena Bella tidak mau temannya terus menjomblo.

Tapi, Dey tidak peduli. Baginya, tidak ada istilah pacaran, sebagaimana dalam konsep Islam. Dey ingin belajar agar bisa masuk kuliah sesuai keinginannya.

Suatu ketika, Dey mendengar kabar bahwa Sir Fatah, guru yang dijodoh-jodohkan dengannya akan menikah. Padahal, Dey sebenarnya menyimpan perasaan terpendam kepada gurunya, meskipun pada awalnya hanya berawal dari gojlokan Bella dan teman-temannya. Bagaimana perasaan Bella mendengar kabar tersebut?

Novel ini bisa dibilang novel yang sarat dengan pelajaran tentang bagaimana seharusnya anak muda menjaga perasaan cinta yang biasa muncul pada usia pubertas.

Cinta yang seharusnya dijaga itu, jangan sampai ternodai oleh hal-hal yang menjerumuskan seperti tradisi pacaran yang terlewat batas. Novel ini sarat makna dan menginspirasi pembaca, terutama pembaca remaja.

Untung Wahyudi