Sehat adalah kondisi yang diinginkan semua orang, memiliki kesehatan jiwa dan raga adalah sebuah anugrah tak ternilai. Akan terasa amat mahal, apabila salah satu bagian dari jiwa dan raga dalam kondisi tidak baik-baik saja atau sakit.
Menurut WHO, sehat merupakan suatu keadaan dimana sempurna fisik, mental maupun sosial seseorang. Sedangkan kesehatan jiwa menurut UU No. 18 tahun 2014 tentang kesehatan jiwa, adalah kondisi dimana seseorang dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual dan sosial sehingga mampu menyadari kemampuan sendiri dan dapat mengatasi tekanan sehingga dapat bekerja secara produktif dan mampu memberikan kontribusi di sekitarnya.
Akhir-akhir ini isu terkait kesehatan mental menjadi salah satu hal yang menjadi fokus dan perhatian di kalangan masyarakat. Mulai dari akademisi, psikolog, pemerharti anak bahkan di kalangan remaja atau millenial. Fenomena terkait isu kesehatan mental banyak dikeluhkan dan dialami kebanyakan remaja saat ini. Salah satunya adalah gangguan akibat kebiasaan mengkritik diri sendiri yang berdampak pada keterbatasan pengembangan diri dan kepercayaan diri.
Self-Critic merupakan aktivitas mengkritik diri secara berlebihan, memandang diri dengan pandangan negatif, selalu berfokus hanya pada kekurangan diri sendiri. Hal ini juga erat kaitannya dengan insecurity. Selalu membandingkan kemampuan dan kekurangan diri pada kemampuan orang lain.
Fenomena ini bisa saja terjadi karena berbagai faktor, misalnya akibat pola asuh keluarga yang terlalu otoriter, lingkungan teman dan sekolah yang memaksakan kesempurnaan. Ini menjadikan seseorang merasa tertekan, terbebani pikiran dan perasaannya, overthinking, tidak bisa percaya diri dan tidak bisa mengembangkan potensi dan kelebihan yang ia miliki.
Hal ini tentunya tidak boleh dibiarkan karena apabila berlanjut, dapat membahayakan kehidupan seseorang. Seseorang yang terkena fenomena self-critic yang berlebihan bisa berdampak gangguan kesehatan mental lainnya, seperti depresi, cemas berlebihan, takut untuk bersosialisasi.
Untuk itu ada beberapa tips menghadapi perasaan dan fenomena ini. Hal pertama yang bisa dilakukan adalah atur pola pikir Anda dan mulai berpikir positif, manusia memang tak bisa luput dari kesalahan. Untuk itu jadikanlah kekurangan yang ada dalam diri sebagai pemicu semangat untuk terus memperbaiki dan mengembangkan potensi yang telah Anda miliki.
Yakinkan diri Anda, bisa menerima kekurangan serta kelebihan diri Anda sendiri. Selalu bersyukur atas apa yang Anda miliki sampai sejauh ini. Karena sejatinya setiap manusia itu istimewa, miliki kehebatan Anda sendiri.
Baca Juga
Artikel Terkait
-
Anak Mulai Memasuki Usia Remaja? Ini Yang Harus Orang Tua Lakukan
-
5 Hal yang Bisa Dilakukan Orangtua Demi Mendukung Kesehatan Mental Anak
-
5 Anime Bertema Kesehatan Mental, Maknanya Dalam Banget
-
Dikit-dikit healing, Benar kah Mental Gen Z dan Milenial Mudah Rapuh?
-
Dari Paula Verhoeven sampai Acha Septriasa, 5 Foto Jadul Bikin Artis Pernah Jadi Gadis Sampul
Ulasan
-
Ulasan Buku The Smileless Princess, Putri yang Dikutuk Tidak Bisa Tersenyum
-
Ulasan Film Tinggal Meninggal: Sindiran Kocak untuk Hidup Modern!
-
Review Film Nobody 2: Sekuel Aksi yang Lebih Gila dari Film Pertama!
-
Ulasan Buku Stress? So What?! Cara Mengubah Tekanan Menjadi Kekuatan
-
Introvert, Validasi, dan Kematian, Resep Gila Diramu Film Tinggal Meninggal
Terkini
-
Sinopsis Drama China The Perfect Suspect, Dibintangi Ou Hao dan Wang Herun
-
Sinopsis Drama China Keluarga This Thriving Land, Dibintangi Yang Mi dan Ou Hao
-
Futsal, Navigasi Otak, dan Jalan Menuju Merdeka
-
Seni Perang Lawan Sampah Makanan: Selamatkan Sisa Nasi, Lawan Inflasi
-
5 Rekomendasi Film Baru Sambut Akhir Pekan, Ada Demon Slayer!