Ada satu hal yang selalu bikin penasaran setiap kali ada sutradara baru, muncul di industri film Indonesia. Apakah akan bermain aman atau langsung tancap gas tanpa takut menabrak aturan? Dengan Film Tinggal Meninggal, Kristo Immanuel jelas memilih opsi kedua. Bahkan mungkin dia nggak sebatas menabrak aturan, tapi menghancurkan pagar pembatas, menendang pintu bioskop, lalu memproklamirkan kehadirannya dengan suara lantang. Wew!
Film yang tayang serentak di bioskop sejak 14 Agustus 2025 ini diproduksi Imajinari, bekerja sama dengan Jagartha dan Trinity Entertainment, dengan Ernest Prakasa dan Dipa Andika sebagai produser.
Dalam proses kreatifnya, Kristo berkolaborasi dengan penulis skenario Jessica Tiju, yang bersama-sama merancang naskah dengan menggabungkan humor absurd, drama emosional, dan kritik sosial menjadi satu adonan utuh.
Siapa saja para bintangnya? Sini kepoin bareng!
- Omara Esteghlal memikul beban terbesar sebagai tokoh utama, Gema
- Nirina Zubir sebagai ibu yang cuek dan penuh drama asmara
- Gilbert Pattiruhu sebagai ayah penipu ulung
- Shindy Huang yang hadir sebagai Adriana si ‘random queen’
- Nada Novia sebagai Naya yang nggak bisa lepas dari gawai
- Mario Caesar yang selalu punya cerita liburan
- Muhadkly Acho sebagai bos sok muda
- Ardit Erwandha sebagai Ilham yang minim filter dalam bicara
- Mawar Eva yang memerankan Kerin, sosok yang entah tulus atau sekadar pamer kepedulian sosial
- Dan masih ada bintang pendukung lainnya
Jajaran cast-nya jelas nggak tanggung-tanggung! Penasaran dengan kisahnya? Yuk, intip bareng!
Sinopsis Film Tinggal Meninggal
Gema adalah pribadi yang pemalu, kikuk, dan nyaris nggak percaya diri (bisa dibilang introvert sih). Penyebabnya bisa dilacak dari masa kecilnya. Ayahnya kabur setelah menipu banyak orang lewat bisnis MLM, sementara ibunya lebih fokus mencari pacar baru. Nggak ada figur keluarga yang bisa dia andalkan.
Di film kesepian membuat Gema punya kebiasaan unik. Apa itu? Kayaknya berbicara langsung ke penonton, memecahkan fourth wall layaknya karakter kartun favoritnya. Ups.
Ada alasan yang kuat kenapa Gema melakukan itu. Bukan gimmick kosong, tapi cerminan dari rasa terasing yang mendalam.
Suatu hari, Gema mendapat kabar kematian ayahnya. Anehnya, berita duka itu justru membuat hidupnya sedikit lebih berwarna. Rekan-rekan kantor yang biasanya nyaris nggak meliriknya tiba-tiba ingin mengobrol, bertanya kabar, bahkan menemaninya. Dari Adriana yang nyeleneh, Naya yang sibuk mengabadikan semua momen di Instagram, sampai Pak Cokro yang mencoba terlihat gaul.
Namun, semua perhatian itu cepat memudar. Begitu masa berkabung lewat, Gema kembali kayak nggak terlihat. Dan di sinilah pertanyaan konyol tapi gelap itu muncul, “Kalau ada orang meninggal lagi, apakah aku akan diperhatikan lagi?”
Dari pertanyaan itulah, Gema mulai mengambil langkah-langkah absurd yang semakin lama semakin nggak masuk akal, hingga dia sampai pada titik tanpa jalan kembali. Apa itu? Tontonlah di bioskop!
Review Film Tinggal Meninggal
Suka deh saat film membuat aku merasa terlibat dalam ceritanya. Tinggal Meninggal melakukan itu lewat mekanisme fourth wall yang sangat efektif. Saat Gema menatap kamera dan berbicara, aku merasa sedang menjadi teman rahasianya (seseorang yang dia percaya di tengah dunia yang nggak peduli padanya).
Omara Esteghlal adalah jantung film ini. Aktingnya nggak hanya meyakinkan, tapi juga punya kejujuran yang sulit dipalsukan. Dia membawa detail-detail kecil; cara dia menggaruk kepala, menghindari kontak mata, atau tersenyum kikuk, itu membuat karakter Gema terasa hidup. Bahkan saat Gema melakukan hal-hal ekstrem, aku tetap bisa memahami dan, entah kenapa, memaafkan tindakannya.
Kristo juga menunjukkan keberanian besar sebagai sutradara. Dia mengarahkan komedi dengan presisi waktu yang ketat, lalu memadukannya dengan momen-momen emosional yang subtil. Nggak ada manipulasi berlebihan seperti musik dramatis berlebihan atau adegan tangis histeris. Sebaliknya, justru keindahan visual dan pilihan musik yang menguatkan rasa film ini.
Meski dibungkus komedi, Film Tinggal Meninggal adalah cerita tentang kesepian dan kebutuhan akan validasi. Gema ibarat representasi dari banyak orang di era media sosial yang ingin diperhatikan, ingin diakui, tapi takut mengekspresikan diri secara langsung.
Bagian akhir film mungkin akan memecah penonton menjadi dua kubu. Ada yang menganggapnya terlalu nyentrik dan ‘dipaksakan buat jadi beda’, dan mungkin ada yang melihatnya sebagai konsekuensi logis dari perjalanan Gema. Yang pasti, ending ini membuat filmnya bukan tipe film yang hilang dari ingatan begitu keluar dari bioskop.
Keren deh! Selamat nonton, ya.
Skor: 4/5
Baca Juga
-
Film yang Katanya 'Nasionalis' Seharusnya Memuliakan Bahasa
-
Review Film Merah Putih: One For All, Terlalu Mentah untuk Dinikmati
-
Cobaan Rumah Tangga Bisa Datang dari Mana Saja, Termasuk Serangan Mistis
-
Film Bagus Memang Layak Diapresiasi Berjuta-Juta Penonton
-
Kamu Tahu? Mendapatkan Slot Film Tayang di Bioskop, Nggak Semulus Jalan Tol
Artikel Terkait
-
Film yang Katanya 'Nasionalis' Seharusnya Memuliakan Bahasa
-
Meriah! Konser Jumbo Digelar Hari Ini, BCL hingga Ariel NOAH Siap Hidupkan Kampung Seruni
-
5 Film Netflix Terbaru yang Wajib Ditonton Temani Long Weekend HUT RI 2025
-
La La Land In Concert Sukses Pukau Ribuan Penonton di JIExpo Kemayoran Jakarta
-
Review Film Merah Putih: One For All, Terlalu Mentah untuk Dinikmati
Ulasan
-
Ulasan Novel The Good Boy: Petualangan Ajaib Genie dalam Menemukan Cintanya
-
Novel The Art of a Lie: Misteri Kehidupan Ganda Suami yang Telah Meninggal
-
Imajinasi Terjun Bebas Tanpa Batas dalam Buku Puisi Telepon Telepon Hallo
-
Ulasan Buku Bertemu Denganmu: Mari Bertemu Lagi, untuk Pertama Kalinya
-
Ulasan Novel Lewat Tengah Malam: Teror dan Misteri dari dalam Kulkas Bekas
Terkini
-
Alami Start Buruk, Pecco Bagnaia Merasa Ada yang Ganjal Sejak Awal
-
Film yang Katanya 'Nasionalis' Seharusnya Memuliakan Bahasa
-
4 Face Wash Tea Tree Brand Lokal, Ampuh Hempas Jerawat dan Minyak Berlebih
-
Sinopsis Salakaar, Series India Dibintangi Naveen Kasturia dan Mouni Roy
-
Hargai Karya Siswa: Pentingnya Etika Mengelola Konten Digital di Sekolah