Scroll untuk membaca artikel
Hikmawan Firdaus | Akramunnisa Amir
Ulasan Buku Stress So What (Gramedia Digital)

Semua orang tentu pernah mengalami stres dalam hidupnya. Hanya saja, ada orang yang mampu mengelola stres tersebut menjadi sebuah kekuatan, dan sebaliknya, ada yang justru merasa semakin terpuruk ketika stres mendera kehidupannya.

Jika kamu termasuk golongan orang yang kedua, buku berjudul 'Stress? So What?!' yang ditulis oleh Jazak Yus Afriansyah bisa menjadi bacaan yang menenangkan.

Sebagaimana judulnya, buku ini membahas tentang beberapa teknik untuk mengubah perasaan stres menjadi sebuah kekuatan yang menggerakkan.

Berbicara tentang stres, pada dasarnya stres itu adalah respons alamiah tubuh terhadap beban fisik maupun mental yang berlebihan.

Ketika kita mendapatkan tekanan, terjadi ketidakseimbangan fisik dan emosi yang akan berpengaruh pada fungsi kognitif. Nah, fungsi kognitif inilah yang mempengaruhi cara berpikir dan mood seseorang.

Satu hal yang ditekankan oleh penulis tentang cara berpikir terkait stres adalah 'stress is strength'. Pada dasarnya, stres itu adalah sebuah kekuatan terpendam yang bisa kita gunakan untuk menghadapi momen-momen kritis.

Yang perlu kita ingat bahwa di dalam hidup ini, tidak ada hal yang terjadi secara kebetulan. Semua pasti mengandung sesuatu yang sangat berharga bagi hidup kita, dan sering kali, kita belum mampu memahaminya hingga suatu ketika kenyataan menyadarkan kita.

Oleh karena tidak ada sesuatu yang kebetulan, maka sebagai implikasinya, tekanan dan masalah telah didesain oleh Tuhan untuk suatu tujuan tertentu dalam hidup kita.

Ada 4 cara yang bisa dilakukan untuk mengubah stres menjadi kekuatan dalam buku ini. Pertama adalah convert your movement atau mengubah pergerakan. Dalam hal ini, kita bisa mengubah gerakan tubuh untuk mengurangi dampak dari stres.

Sebab, pada dasarnya fisik dan mental adalah dua hal yang saling mempengaruhi. Untuk meringankan beban kerja dari mental, kita bisa melakukan intervensi lewat gerakan-gerakan fisik.

Misalnya dengan berjalan-jalan menikmati alam sekitar, membagi beban pekerjaan menjadi lebih kecil dan menuntaskannya secara perlahan, melakukan yoga sederhana, mendengarkan musik, hingga melakukan meditasi.

Cara yang kedua adalah convert your thinking atau mengubah pemikiran. Kebanyakan di antara kita seringkali hanya fokus pada masalah ketimbang fokus pada solusi.

Untuk meredakan stres, kita bisa mengubah arah fokus tersebut dengan melihat hal apa saja yang bisa diperbaiki.

Dengan cara ini, kita akan menjadi seseorang yang lebih proaktif saat menghadapi masalah. Aksi tersebut juga tentunya akan membuat kita lebih berdaya.

Cara yang ketiga adalah convert your belief atau mengubah keyakinan. Pada bab ini, penulis menekankan bahwa kejadian apapun di dunia ini, pada dasarnya bersifat netral. Hingga kita sendiri yang nantinya akan memaknai apakah kejadian yang menimpa kita itu positif atau negatif.

"Jika kita memaknai dengan cara pandang yang negatif, maka hal inilah yang membuat kita tambah stres. Sebaliknya, jika kita memaknainya dengan positif, maka kita akan menjadi semakin strong." (Halaman 154)

Adapun cara yang terakhir adalah convert your intake dengan memperhatikan berbagai asupan yang masuk ke dalam tubuh dan pikiran.

Strategi yang terakhir ini adalah pendekatan jangka panjang setelah kita mampu mengelola stres dengan memaksimalkan tiga cara sebelumnya. Dengan memperhatikan semua asupan yang masuk ke dalam tubuh dan pikiran, kita bisa meminimalkan pencetus dari stres tersebut.

Demikianlah 4 cara untuk mengubah stres menjadi kekuatan yang dijelaskan oleh penulis. Bagi Sobat Yoursay yang tertarik untuk mengetahui cara mengelola stres tersebut, buku ini bisa menjadi rekomendasi bacaan yang menarik untuk disimak!

Akramunnisa Amir