Setiap daerah di Indonesia memiliki berbagai tarian tradisional yang khas. Seni tari tradisional menjadi kekayaan kebudayaan yang juga menjadi daya tarik pariwisata di Indonesia. Di Sulawesi Selatan, ada tarian yang unik bernama tari Paduppa.
Tari Paduppa merupakan salah satu kearifan lokal Bugis-Makassar. Tarian Paduppa adalah tarian yang sering ditampilkan untuk menyambut tamu. Biasanya disebut pula sebagai tari selamat datang dari suku Bugis.
Tari Paduppa dibawakan dengan gerakan yang khas oleh para perempuan. Terdapat gerakan menabur beras yang bermakna sebagai tanda penghormatan dan juga dipercaya sebagai penolak bala atau gangguan roh-roh halus.
Selain itu, para penari juga akan menghantarkan bosara yang berisi kue-kue khas masyarakat Bugis seperti cucur, brongko, kue lapis, biji nangka kepada para tamu. Bosara sendiri adalah piring khas suku Bugis-Makassar. Bosara terbuat dari besi dan dilengkapi dengan penutup kain berwarna terang bernama pattongko.
Tari Paduppa juga diiringi dengan musik yang khas. Musik yang digunakan adalah musik khas Sulawesi Selatan seperti gendang Makassar, suling, kecapi, dan pui-pui.
Para penari mengenakan busana adat bodo dengan hiasan lengkap seperti gelang, bando, anting, dan kalung rantai motif bunga. Baju bado merupakan salah satu busana adat paling tua di dunia. Bentuknya persegi empat dengan lengan yang pendek di atas siku-siku.
Tari Paduppa diciptakan oleh seniman bernama Andi Siti Nurhani Sapada pada tahun 1961. Awalnya tarian ini hanya ditampilkan di hadapan para raja dan tamu agung dalam suatu acara pesta adat dan perkawinan. Seiring berjalannya waktu, tari Paduppa dapat ditampilkan pada berbagai acara misalnya seperti acara-acara kepariwisataan.
Penampilan tari Paduppa dapat disaksikan di Desa Wisata Rammang-Rammang yang berada di Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan. Desa Wisata Rammang-Rammang hadir untuk memperkuat daya wisata kawasan Maros Pangkep.
Selain terkenal dengan aksi budayanya, para wisatawan yang berkunjung ke desa ini juga dapat menikmati ekonomi kreatif seperti suvenir khas berupa kerajinan anyaman dari daun nipah dan kuliner seperti abon telur, ikan bandeng, dan ikan kambu.
Baca Juga
-
6 Tips Liburan Murah saat Akhir Tahun, Tetap Nikmat walau Hemat!
-
6 Prinsip Dasar Manajemen Waktu yang Harus Anda Tahu
-
Sinema Lokal vs. Sinema Hollywood: Apa yang Membedakan?
-
5 Akun Instagram yang Memberikan Info Magang, Para Mahasiswa Wajib Tahu!
-
Kekerasan Seksual dalam Film 27 Steps of May dan Film Hope
Artikel Terkait
-
Seni Menyampaikan Kehangatan yang Sering Diabaikan Lewat Budaya Titip Salam
-
Melihat Perjalanan Perupa Korsel Hyun Nahm di Indonesia Lewat Pameran Kawah Ojol
-
Etika Menjaga Kelestarian Destinasi Alam
-
Usaha Pandam Adiwastra Janaloka Menjaga, Mengenalkan Batik Nitik Yogyakarta
-
Gedung Peruri Ditetapkan Sebagai Cagar Budaya Nasional
Ulasan
-
Tetap Kuat Menjalani Hidup Bersama Buku Menangis Boleh tapi Jangan Menyerah
-
Ulasan Novel 'Tari Bumi', Kehidupan Perempuan Bali di Tengah Tekanan Kasta
-
Belajar Percaya Diri Melalui Buku The Power of Confidence Karya Palupi
-
Hakikat Kebebasan, Novelet Kenang-kenangan Mengejutkan Si Beruang Kutub
-
Ulasan Buku Struktur Cinta Yang Pudar, Melawan Kenangan yang Perih
Terkini
-
Akui Man City Sedang Rapuh, Pep Guardiola Optimis Pertahankan Gelar Juara?
-
Laris Banget! Lagu 'Tak Segampang Itu' Tembus 500 Juta Streams di Spotify
-
Motor M1 Masih Bermasalah, Yamaha Minta Maaf ke Alex Rins
-
Berjaya sebagai Pembalap, Berapa Total Kekayaan Marc Marquez?
-
Sinopsis Film I Want To Talk, Film Terbaru Abhishek Bachchan dan Ahilya Bamroo