Secara umum, ibu adalah pusat dari keluarga. Biasanya, ibu adalah manajer rumah tangga yang mengambil keputusan untuk banyak hal, mulai dari menu apa yang akan terhidang di meja sampai di mana anak mau disekolahkan. Ibu adalah tempat bercerita pertama tentang apa yang dialami anak sekaligus tempat bertanya.
Apa yang diajarkan oleh ibu akan melekat dan dibawa oleh anak untuk waktu yang lama, bahkan selamanya. Lalu, sebenarnya apa sih perempuan “berdaya” itu? Kenapa hal ini sering sekali dibicarakan?.
Dalam buku Empowered Me dijelasakan bahwa perempuan berdaya adalah perempuan yang bisa mengambil keputusan atas hidupnya dan menjalani kehidupan sesuai dengan keputusannya. Yang seringkali disalahartikan adalah bahwa untuk bisa berdaya, perempuan berdaya harus bekerja atau mampu menghasilkan uang, bahkan mungkin ada yang memersepsikan kalau perempuan berdaya itu adalah perempuan yang tidak takut pada apa pun.
Lalu bagaimana caranya supaya perempuan bisa lebih percaya diri dan bahagia akan keputusannya?. Menurut Puty Puar, berikut adalah hal yang menjadi gagasan agar perempuan bisa berdaya.
1. Lebih mengenali diri sendiri
Penambahan peran sebagai seorang ibu sering kali membuat kita merasa kehilangan diri kita sendiri. Dengan begitu banyak peran yang diemban oleh seorang ibu, mengenali diri sendiri adalah hal yang sangat penting dan mendasar. Karena sebagai manusia, kita akan selalu membandingkan diri dengan orang lain.
Apakah kita cukup kenal baik dengan diri kita sendiri di tengah-tengah banyaknya referensi tentang hidup dan pencapaian orang lain?. Sebenarnya kita tidak harus berhenti membandingkan diri dengan orang lain, tapi seharusnya kita menjadikan proses “membandingkan diri” ini menjadi sesuatu yang sehat dan positif untuk diri kita dan orang di sekitar kita.
Dengan pelan-pelan memahami diri sendiri dan berdamai dengan kondisi saat ini, kita akan menyadari dan menemukan potensi lain untuk berdaya. Karena percaya dan mencintai diri sendiri adalah pondasi kuat untuk mencintai keluarga, berdaya dan berkarya untuk sesama.
2. Berfokus pada tujuan, kemajuan, dan proses diri sendiri
Setelah menikah, visi, tujuan hidup, dan nilai yang kita junjung tentu harus seiring dengan tujuan dan nilai keluarga. Ada baiknya hal ini didiskusikan berdua dengan suami jika belum pernah dibicarakan sebelumnya. Sebab menikah adalah tentang berkompromi dan berkomunikasi.
Sampai disini, sudahkah kamu merenungkan kembali apa tujuanmu?.
Agar hari-hari kita menjadi produktif dan lebih terarah, kita harus menetapkan apa yang menjadi tujuan dan prioritas kita. Namun memikirkan dan merumuskan tujuan bukanlah pertanyaan yang dapat dijawab dalam sekali duduk. Bukan hal yang mudah juga karena dibutuhkan perenungan, evaluasi, dan iterasi.
Nah, proses aksi dan konsistensi mewujudkan tujuan inilah yang akan membuat kita jadi lebih fokus pada diri kita sendiri ketimbang orang lain. Sebab tujuan orang bisa jadi berbeda-beda, cara mencapainya pun akan berbeda-beda tergantung dari posisi dan kondisi awal masing-masing.
Setelah kita memilih prioritas, kita perlu mengerahkan energi kita seoptimal mungkin untuk menjalani pilihan tersebut dengan baik. Ingat, semua ibu punya tantangan dalam menghadapi pilihannya sendiri. Kemudian langkah selanjutnya adalah membuat rencana, dan melakukan evaluasi.
Proses evaluasi sangat membantu untuk memahami batasan diri dan kondisi kita. Dengan melakukan evaluasi dan penilaian terhadap diri sendiri dari apa yang telah kita lakukan, kita tidak hanya akan memahami seberapa baik kita dalam melakukan sesuatu, tapi juga memahami seberapa baik kita membuat rencana dan mengeksekusinya.
Dalam buku ini, disebutkan bahwa ketika seorang perempuan berfokus pada pengembangan diri dan menghargai prosesnya sendiri, rasa puas tidak perlu datang dari menyoroti kekurangan atau kejelekan orang lain. Seorang ibu yang percaya diri dan memiliki tujuan serta yakin akan nilai-nilai yang dianutnya akan membawa dampak positif jangka panjang bagi anak.
Begitu banyak hal yang kita tidak akan tahu dan sadar jika kita tidak menjalaninya terlebih dahulu. Kita mampu bertumbuh dan berubah.
Baca Juga
-
Hari Buruh Internasional: Seruan Perubahan untuk Dunia Kerja
-
Buka Kembali Kenangan Lama Lewat Google Maps dan Earth
-
Belajar Jadi Seru: 7 Cara Pilih Aplikasi AI yang Cocok untuk Anak
-
Chatbot vs Agen AI: Kenali Perbedaannya sebelum Memilih
-
Tren Masa Depan AI Action Figure: Mainan dengan Kecerdasan Buatan
Artikel Terkait
-
Wapres di Islamic Book Fair 2022: Semoga Publikasi MHM Bisa Mengatasi Islamophobia
-
Seorang Penonton Film Pengabdi Setan 2 Bikin Geger di Bioskop, Dikira Pingsan Taunya Ketiduran
-
5 Rutinitas Harian yang Dilakukan Perempuan Produktif, Kamu Juga?
-
3 Tanda Kamu Terkena Reading Slump, Salah Satunya Mudah Mengantuk
-
Badan Geologi: 9 Gunung Api Erupsi di Paruh Pertama 2022
Ulasan
-
Ulasan Novel Great Big Beautiful Life:Ketika Romansa Tumbuh dari Persaingan
-
Review Film Best Wishes to All: Rahasia Keluarga yang Ngeri Banget!
-
Ulasan Novel Built to Last: Pertemuan Dua Hati di Tengah Renovasi
-
Review Novel Ikhlas Penuh Luka: Bukan tentang Melupakan, Tapi Merawat
-
Review Film Monsieur Hire: Gemuruh Cinta yang Terpendam di Seberang Jendela
Terkini
-
Rilis Agustus 2025, Film The Naked Gun Tampilkan Liam Neeson Jadi Polisi Kocak
-
Saddil Ramdani Tak Sabar Ikut Latihan, Persib Bandung Bersiap Menuju Piala Presiden
-
Gaet Yuqi i-dle, NOWZ Bagikan Lagu Pra-rilis Bertajuk 'Fly to the Youth'
-
Hearts2Hearts Jadi Peri Keberuntungan di Sekolah Lewat Teaser MV Lagu Style
-
Fakta Peran Moon Ka Young di Drama 'Law and the City', Jadi Pengacara Muda