Scroll untuk membaca artikel
Ayu Nabila | zahir zahir
Jet Tempur Sukhoi SU-35 (wikipedia)

Pembelian jet tempur superioritas udara Sukhoi SU-35 dari Russia sepertinya belum menemui titik terang. Pesawat tempur generasi 4.5 tersebut sejatinya merupakan salah satu alutsista baru yang direncanakan akan menggantikan F-5 Tiger II yang telah dioperasikan oleh TNI-AU sejak masa orde baru. Akan tetapi, hingga detik ini kedatangan jet tempur buatan pabrikan Sukhoi dari Russia tersebut juga belum jelas keberlanjutannya.

Sejatinya pihak Indonesia telah menandatangani kesepakatan pembelian 11 unit Sukhoi SU-35 dari Russia dan akan mulai tiba di Indonesia pada tahu 2018. Namun, pada tahun 2019 pihak Russia menunda pengiriman jet tempur tersebut karena masih terkendala negosiasi pembayaran. Kemudian pada tahun 2020 pembelian 11 unit jet tempur tersebut kembali tertunda karena pandemic Covid-19.

BACA JUGA: Profil Salt Bae, Koki yang Dikecam karena Ikut Angkat Trofi Piala Dunia 2022

Dilansir oleh situs airspace-review.com, pembelian jet tempur tersebut tertunda karena beberapa alasan, selain karena pemerintah Indonesia sedang berjuang melawan pandemi Covid-19, juga dikabarkan karena ancaman sanksi CAATSA (Countering America's Adversaries Through Sanctions Act) dari Amerika Serikat juga membuat Indonesia berpikir ulang untuk melanjutkan pengadaan jet tempur tersebut.

Masih Belum Jelas Akibat Pengadaan Jet Tempur Lain dan Perang di Ukraina

Sukhoi Su-35 Milik AU Russia (wikipedia)

Simpang siur kelanjutan pengadaan jet tempur SU-35 juga belum menemui titik terang. Belum lagi Kementerian Pertahanan justru melakukan pengadaan jet tempur jenis lain yakni 36 unit Jet tempur Dassault Rafale dari Prancis dan membeli 12 unit jet tempur bekas pakai Dassault Mirage 2000 dari Qatar. Belum lagi rumor rencana pengadaan 1 skuadron jet tempur F-15 EX dari Amerika Serikat membuat rencana pembelian Sukhoi SU-35 dari Russia kian tenggelam.

BACA JUGA: Fakta Mengejutkan Wanita yang Dipeluk Lionel Messi, Ternyata Bukan Ibunya, Lantas Siapa?

Belum lagi efek dari perang antara Ukraina dan Russia membuat pengadaan 11 unit jet tempur Sukhoi SU-35 tersebut belum menemui titik terang. Dilansir dari situs cnbcindonesia.com, duta besar Russia untuk Indonesia Lyudmila Vorobieva pada hari rabu (21/12/2022) mengatakan bahwa kontrak pembelian 11 unit jet tempur Sukhoi SU-35 pesanan Indonesia masih berjalan, akan tetapi belum dapat diimplementasikan. Menurutnya hal tersebut dikarenakan kondisi geopolitik yang berubah saat ini sehingga membuat pembicaraan kelanjutan pembelian tersebut belum dapat terlaksana.

Pihak Russia juga tengah sibuk memperkuat angkatan bersenjatanya dalam perang melawan Ukraina sejak bulan Februari 2022 lalu. Hal tersebut dianggap menjadi salah satu faktor belum dilakukannya negosiasi ulang terkait rencana pembelian jet tempur SU-35 tersebut. Di sisi lain, ancaman dari Amerika Serikat dengan undang-undang CAATSA juga menjadi salah satu faktor lainnya bagi sebuah negara yang ingin melakukan perdagangan senjata dengan Russia. 

Melihat Kemungkinan Masa Depan SU-35 di Indonesia

Sukhoi SU-35 Melakukan Pendaratan (wikipedia)

Masa depan SU-35 pesanan militer Indonesia bagi sebagian besar pengamat dianggap sangat kecil untuk dilanjutkan. Meskipun demikian, kemumgkinan Indonesia tetap membeli jet tempur tersebut juga masih dimungkinkan. Apabila jet tempur SU-35 tersebut jadi dioperasikan oleh TNI-AU, maka akan melengkapi 11 unit SU-30 MK2 dan 5 unit SU-27 SKM yang terlebih dahulu memperkuat TNI-AU.

Namun, perlu digarisbawahi adalah apabila kedepannya Indonesia tetap mendatangkan jet tempur Sukhoi tersebut akan ada beberapa kemungkinan. Pertama, Indonesia akan mendapatkan embargo dari Amerika Serikat dan membuat batalnya rencana pembelian 1 skuadron jet tempur F-15 EX. Belum lagi kemungkinan Amerika Serikat juga akan menekan penjualan Dassault Rafale dari Prancis sehingga pengadaan tersebut batal.

BACA JUGA: Pembuat Konten Porno di Onlyfans Merugi Selama Piala Dunia 2022: Mereka Lebih Suka Bola daripada Seks

Kemungkinan berikutnya adalah Indonesia lolos dari sanksi CAATSA dan tetap melakukan pengadaan pembelian F-15 EX dan Dassault Rafale. Namun, perlu ditekankan pula kemampuan anggaran dan maintenance untuk mengoperasikan banyak jenis jet tempur dari 2 blok yang berbeda. Tentunya semakin banyak jenis jet tempur yang dioperasikan tentunya akan semakin memberatkan biaya untuk perawatannya.

Angkatan udara Indonesia pada saat ini mengoperasikan 33 unit F-16 “Fighting Falcon”, 11 unit SU-30, 5 Unit SU-27, dan 23 unit Hawk 200. Apabila rencana pembelian seluruh jet tempur mulai dari SU-35, F-15 EX, Dassault Rafale dan Dassault Mirage 2000 tetap terlaksana, maka akan ada beberapa jet tempur yang dipensiunkan dan digantikan dengan jet tempur baru tersebut.

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS

Video yang Mungkin Anda Suka.

zahir zahir