Pada dekade 1950-an, angkatan bersenjatan Republik Indonesia sedang giat untuk melakukan pembangunan kekuatan militer. Pada periode 1950-an atau tepatnya setelah pengakuan kemerdekaan oleh Belanda, militer Indonesia mendapatkan beberapa sistem alutsista yang dihibahkan dari pihak Belanda sesuai perjanjian yang tertuang dalam KMB (Konferensi Meja Bundar) di tahun 1949. Banyak sistem persenjataan yang dahulunya digunakan oleh pihak Belanda dalam pertempuran masa Revolusi, kemudian digunakan oleh militer Indonesia.
Selain itu, Indonesia juga mendapatkan beberapa sisitem persenjataan dari negara-negara lain. Baik secara hibah sebagai bentuk hubungan bilateral, maupun dibeli secara baru ataupun bekas. Salah satu alutsista yang juga diakusisi oleh Indonesia pada akhir dekade 1950-an adalah kapal Submarine-chaser atau pemburu kapal selam PC-461-class dari Amerika Serikat. Kapal ini menjadi salah satu sistem persenjataan dalam memperkuat armada maritim Indonesia kala itu yang memang terbilang masih baru berdiri.
Diakusisi oleh Militer Indonesia Pada Tahun 1958
Kapal kelas submarine chaser di era modern ini memang telah ditinggalkan dan disederhanakan sebagai kapal korvet ataupun kapal serang cepat. Kapal ini memiliki tugas utama yaitu memburu kapal selam. Melansir dari situs Indomiliter, kapal kelas submarine chaser pertama kali didatangkan oleh militer Indonesia pada tahun 1958. Akan tetapi, adapula beberap sumber yang menyebutkan kapal ini diakusisi oleh militer Indonesia pada tahun 1960.
Indonesia mengakusisi kapal bekas pakai angkatan laut Amerika Serikat (US Navy) kelas PC-461. Kapal ini didatangkan ke Indonesia setelah berdinas kurang lebih sekitar 15 tahun dalam militer Amerika Serikat. Indonesia mendatangkan setidaknya 5 unit kapal ini dan dikirimkan langsung dari Amerika Serikat. Pengakusisian program ini juga bagian dari program Mutual Defense Assistance yang dilakukan oleh pihak Amerika Serikat semasa perang dingin. Di Indonesia, kapal ini diberi nama sebagai Tjakalang-class.
Kapal Pemburu Kapal Selam Tanpa Torpedo
Mungkin bagi sebagian orang kapal Submarine chaser merupakan sebuah kapal yang dipersenjatai dengan beragam persenjataan guna mengakomodir misi anti-kapal selam seperti sistem peluncur torpedo. Akan tetapi, kapal PC-461 yang diakusisi oleh Indonesia ini tidak dilengkapi dengan sistem peluncur torpedo. Kapal yang mulai dirancang dan dibangung semasa era perang dunia ke-2 ini memiliki sistem pelontar bom laut (depth charge) sebagai sistem pengganti peluncur torpedonya.
Sistem persenjataan utama kapal ini adalah 1 unit meriam 76 mm atau meriam Bofors 40 mm. Untuk yang diakusisi oleh ALRI kala itu menggunakan sistem periam 40 mm sebagai senjata utamanya. Selain itu, kapal ini juga dilengkapi dengan 3 unit meriam otomatis 20 mm dan beberapa unit senapan mesin. Untuk peran anti kapal selam kapal ini memiliki 2-4 unit bom kedalaman dan sistem pelontar bom laut. Kapal yang dioperasikan sekitar 60 awak ini mampu berlayar dengan kecepatan lebih daari 35 km/jam dan mampu mencapai jarak jelajah sekitar 5.000 km dengan kecepatan ringan.
Berdinas Dari Era Orde Lama Hingga Orde Baru
Kapal jenis submarine chaser tersebut mulai berdinas dalam tubuh Angkatan Laut Republik Indonesia (ALRI) pada tahun 1958. Namun, kapal ini cukup jarang diketahui rekam jejaknya selama berdinas di Indonesia. Kemungkinan kapal ini menjadi salah satu kekuatan laut Indonesia dalam operasi militer Trikora di Irian Barat dan operasi Dwikora saat konfrontasi dengan Malaysia pada era orde lama.
Di era orde baru, kapal ini cukup jarang terlihat dalam misi militer di Indonesia. Tidak diketahui pula apakah kapal ini juga turut diterjunkan dalam misi operasi Seroja di Timor Timur pada tahun 1975. Kemungkinan dikarenakan usianya yang cukup tua membuat kapal ini mulai dipensiunkan secara bertahap atau hanya sebatas dijadikan kapal patroli. Melansir dari situs Indomiliter, beberapa unit kapal ini ada yang dijadikan sebagai target tembak rudal anti-kapal setelah dipensiunkan pada awal dekade 1980-an. Salah satunya adalah KRI Hiu yang dijadikan target tembak rudal pada tahun 1989.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.
Baca Juga
-
Bambang Pamungkas Sebut Mimpi Indonesia ke Piala Dunia Masih Ada, Kenapa?
-
AFF Cup 2024 Resmi Gunakan Teknologi VAR, Kabar Buruk Bagi Timnas Vietnam?
-
Belum Dilirik STY untuk AFF Cup 2024, Apakah Jens Raven Tak Masuk Kriteria?
-
Sudah Dapatkan Ole Romeny, PSSI Rupanya Masih Berburu Striker Keturunan
-
3 Penyerang yang Berpotensi Tersingkir dengan Hadirnya Ole Romeny di Timnas Indonesia
Artikel Terkait
-
Lintasarta Resmikan AI Merdeka, Adopsi Teknologi AI Bagi Masa Depan Digital Indonesia
-
Akun X Wikipedia Bagikan Cerita Firaun Akhenaten yang Pernah Pindahkan Ibu Kota, Warganet: Kok Mirip Sama...
-
Andil Tijjani Reijnders di Balik Keputusan Eliano Reijnders Pilih Timnas Indonesia
-
Nasib di Tangan Sendiri, Timnas Indonesia Bisa Lolos Langsung Piala Dunia 2026 dengan Cara Ini
-
Bambang Pamungkas Sebut Mimpi Indonesia ke Piala Dunia Masih Ada, Kenapa?
Ulasan
-
Bangkit dari Keterpurukan Melalui Buku Tumbuh Walaupun Sudah Layu
-
The Grand Duke of the North, Bertemu dengan Duke Ganteng yang Overthinking!
-
Menyantap Pecel Lele Faza, Sambalnya Juara
-
Antara Kebencian dan Obsesi, Ulasan Novel Malice Karya Keigo Higashino
-
Jangan Memulai Apa yang Tidak Bisa Kamu Selesaikan: Sentilan Bagi Si Penunda
Terkini
-
Seni Menyampaikan Kehangatan yang Sering Diabaikan Lewat Budaya Titip Salam
-
3 Moisturizer Lokal yang Berbahan Buah Blueberry Ampuh Perkuat Skin Barrier
-
5 Manfaat Penting Pijat bagi Kesehatan, Sudah Tahu?
-
Novel 'Mana Hijrah': Ujian Hijrah saat Cobaan Berat Datang dalam Hidup
-
Kalahkan Shi Yu Qi, Jonatan Christie Segel Tiket Final China Masters 2024