Beberapa waktu lalu sempat heboh di pemberitaan mengenai kasus kebakaran hutan yang terjadi di gunung Bromo. Melansir dari situs suara.com, kebakaran tersebut setelah ditelusuri disebabkan oleh penggunaan flare atau suar jenis fusee yang saat pelaksaan sesi pemotretan untuk kepentingan pernikahan (pre-wedding). Hal ini membuat wilayah pendakian gunung Bromo harus ditutup sementara waktu.
Perkembangan Flare atau Suar Dari Masa Ke Masa
Sejarah kemunculan flare atau suar tentunya tidak terlepas dari kemunculan bubuk mesiu (gunpowder) di wilayah Tiongkok. Melansir dari buku “Science and Civilisation in China: The Gunpowder Epic”, penggunaan bubuk mesiu atau gunpowder untuk kepentingan sinyal tercatat mulai dilakukan sejak era dinasti Song (960-1279). Saat itu penggunaan bubuk mesiu sebagai penanda atau pemberi sinyal digunakan ketika peperangan dengan pihak lawan.
Penggunaan bubuk mesiu sebagai sinyal kembali dilakukan saat masa pemerintahan dinasti Yuan (1271-1368) saat melakukan pengepungan di Yangzhou pada tahun 1276. Saat itu suar masih berbentuk bola sederhana yang dinyalakan ketika dilempar dan meledak di udara. Kemunculan suar atau flare berbentuk meriam tangan atau pistol diketahui muncul di Korea pada periode 1600-an. Melansir dari buku “The Wu I Thu Phu Thung Chih or Illustrated Military Encyclopedia”, suar atau flare berbentuk pistol tersebut umumnya digunakan untuk kepentingan militer.
Penggunaan flare atau suar mulai banyak terlihat pada periode 1800-an. Saat itu, flare digunakan sebagai penanda dalam kepentingan militer dan untuk kegiatan pelayaran. Dikutip dari buku “Internationally Recognized Distress Signals”, penggunaan suar umumnya dilakukan sebagai pemberi sinyal marabahaya dalam hal kecelakaan atau penanda lokasi tertentu.
Penggunaan flare kemudian kian masif dan juga mulai digunakan untuk kepentingan sipil pada pertengahan abad ke-19. Melansir dari artikel berjudul “Emergency Flares For Road & Highway Usage”, kemunculan flare berbentuk batang diketahui pertama kali digunakan untuk kegiatan pertambangan dan pembangunan rel kereta api. Flare ini dikenal dengn nama fusee (sekring). Jenis flare ini umumnya memiliki warna merah dan beberapa jenis juga dapat mengeluarkan asap dengan warna tertentu. Adapula yang mampu menyala di dalam air guna kepentingan evakuasi.
Flare jenis genggam atau fusee ini yang paling banyak digunakan dan tersebar di kalangan sipil. Hal ini dikarenakan harganya yang cukup murah dan mudah dibuat. Namun, penggunaan flare juga tentunya memiliki peraturan dan undang-undang yang berlaku. Salah satunya seperti yang diterapkan di Amerika Serikat yang membatasi peredaran flare dengan jenis bahan kimia tertentu karena dianggap membahayakan kesehatan.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.
Baca Juga
-
Belajar dari Era STY, PSSI Sebaiknya Tak Hanya Fokus pada Pelatih Belanda
-
Indonesia Jadi Tuan Rumah FIFA Series 2024: Untung atau Buntung?
-
Cantik Itu Luka: Mengapa Orang Rupawan Juga Bisa Jadi Korban Bullying?
-
Sea Games 2025: Indra Sjafri Diambang Raih Rekor Buruk dalam Kariernya!
-
Bukan Timur Kapadze atau STY, Ini 4 Kandidat Calon Pelatih Timnas Indonesia
Artikel Terkait
-
Akhiri Masa Jabatan, Gubernur Sumsel Herman Deru Ingin Ubah Status Karhutla
-
Dua Orang Warga Terluka Akibat Terjatuh dari Atap saat Membantu Padamkan Api di Palmerah
-
Sejumlah Rumah di Palmerah Terbakar, Diduga Akibat Korsleting Listrik
-
3 Rumah dan Motor di Cakung Tinggal Kerangka Akibat Kebakaran Diduga Gegara Korsleting Listrik
-
Efek Domino Kebakaran Bromo Akibat Flare Prewedding: 6 Desa Krisis Air Bersih
Ulasan
-
Review Film 13 Days, 13 Nights: Ketegangan Evakuasi di Tengah Badai Taliban
-
5 Drama Korea Bertema Kehidupan Anak Kos yang Bikin Kamu Nostalgia
-
Ulasan Novel Aib dan Nasib, Pertarungan Eksistensial Melawan Stigma Sosial
-
Review Film Mertua Ngeri Kali: Pelajaran Cinta dari Mertua Gila!
-
7 Our Family: Luka Keluarga dari Sudut Anak Paling Terlupakan
Terkini
-
Virgoun Tanggapi Isu Rujuk dengan Inara Rusli, Tolak Mentah-Mentah?
-
Peer Preasure dan Norma Feminitas: Ketika Bullying Halus Menyasar Perempuan
-
Sekolah Darurat Pembullyan, Kritik Film Dokumenter 'Bully'
-
Redmi TV X 2026 Resmi Rilis: Harga Rp 5 Jutaan, Bawa Panel Mini LED 55 Inci
-
6 HP Rp 7-10 Jutaan Terbaik 2025: Mana yang Masih Worth It Dibeli di 2026?