Sebagai makhluk sosial, manusia hidup pasti butuh orang lain. Sejak hadir ke dunia, manusia butuh sosok ibu yang menjadi perantara. Ia juga butuh sosok ayah yang membimbing dan mencari nafkah untuk kebutuhan hidupnya. Lalu ia butuh teman untuk saling mengenal, bermain dan bergurau. Setelah beranjak dewasa, ia butuh pasangan dalam mengarungi perjalanan hidup.
Begitu pula dalam profesi. Sekeren apapun pekerjaan seseorang pasti butuh orang lain yang profesinya berada jauh di bawahnya. Misalnya, ketika genteng rumah seorang sultan bocor akibat lemparan batu anak-anak yang bermain ketapel, maka ia butuh tetangga sebelahnya yang selama ini serba kekurangan untuk naik ke atap dan mengganti genteng yang rusak.
Seorang dokter butuh petani untuk beli beras. Seorang petani butuh dokter ketika tangannya luka terkena sabit saat mencari rumput. Profesor butuh supir untuk mengantarkannya hadir ke undangan. Supir butuh profesor untuk mengajarkan anaknya ilmu pengetahuan. Semuanya butuh orang lain.
Di dalam buku Rayuan Seorang Badui kepada Tuhan terdapat kisah dari seorang syaikh yang ayahnya tidak suka berteman dengan siapa pun sebab ia tak kuasa menahan sakitnya perpisahan.
Syaikh Abdullah bin Ahmad bin Hanbal bercerita:
Pada suatu ketika, ayahku (Imam Ahmad bin Hanbal) ditanya oleh seseorang, "Mengapa engkau tak suka berteman dengan banyak orang?"
"Karena aku sangat takut kepada pedihnya perpisahan," jawab ayahku.
Kisah yang terdapat dalam buku terbitan Diva Press ini mengutip dalam kitab Al-Adab asy-Syar'iyah juz II halaman 166 karya Abdullah Muhammad bin Muflih al-Maqdisi.
Terdapat pula sebuah kisah yang dipetik dari kitab Qishash al-Arab halaman 73 karya Ibrahim Syamsuddin yang mengungkap tentang alasan Ibrahim bin Ahmad tidak mau menjalin hubungan pertemanan dengan orang lain.
Suatu waktu, Ibrahim bin Ahmad juga ditanya, "Mengapa engkau tak suka berteman?"
Ia menjawab, "Jika aku berteman dengan orang di bawahku, ia hanya akan menggangguku dengan kebodohannya. Jika aku berteman dengan orang yang di atasku, ia akan sombong kepadaku. Jika aku berteman dengan orang yang sama sepertiku, ia akan iri kepadaku."
Setelah mengetahui alasan orang-orang terdahulu ini, bagaimana menurut pendapat kalian?
Tag
Baca Juga
-
Berani Menceritakan Kembali Hasil Bacaan dalam Buku Festival Buku Favorit
-
Kisah Haru Para Pendidik Demi Mencerdaskan Generasi Bangsa dalam Guru Cinta
-
Nissa Sabyan dan Ayus Resmi Menikah Sejak Juli 2024, Mahar Emas 3 Gram dan Uang 200 Ribu
-
Ulasan Buku Ikan Selais dan Kuah Batu: Kisah Persahabatan Manusia dan Ikan
-
Akibat Tidak Mau Mendengarkan Nasihat dalam Buku Rumah Tua di dalam Hutan
Artikel Terkait
-
Ulasan Novel Binding 13, Kisah Cinta yang Perlahan Terungkap
-
Ulasan Novel Merasa Pintar, Bodoh Saja Tak Punya Karya Rusdi Matahari
-
Ulasan Buku Patah Paling Ikhlas, Kumpulan Quotes Menenangkan Saat Galau
-
Tetap Kuat Menjalani Hidup Bersama Buku Menangis Boleh tapi Jangan Menyerah
-
Belajar Percaya Diri Melalui Buku The Power of Confidence Karya Palupi
Ulasan
-
Ulasan Novel Under the Influence Karya Kimberly Brown, Kisah Cinta dan Kesempatan Kedua
-
Ulasan Novel Binding 13, Kisah Cinta yang Perlahan Terungkap
-
Ulasan Novel Merasa Pintar, Bodoh Saja Tak Punya Karya Rusdi Matahari
-
Ulasan Buku Patah Paling Ikhlas, Kumpulan Quotes Menenangkan Saat Galau
-
Tetap Kuat Menjalani Hidup Bersama Buku Menangis Boleh tapi Jangan Menyerah
Terkini
-
Byeon Woo Seok Nyanyikan Sudden Shower di MAMA 2024, Ryu Sun Jae Jadi Nyata
-
Pep Guardiola Bertahan di Etihad, Pelatih Anyar Man United Merasa Terancam?
-
3 Drama Korea yang Dibintangi Lim Ji Yeon di Netflix, Terbaru Ada The Tale of Lady Ok
-
Review Ticket to Paradise: Film Hollywood yang Syuting di Bali
-
Shin Tae-yong Panggil Trio Belanda ke AFF Cup 2024, Akankah Klub Pemain Berikan Izin?