Series "Gadis Kretek" yang tayang di Netflix dan berjumlah 5 episode ini berkisah tentang karakter Lebas yang mendadak dimintai tolong oleh ayahnya yang sedang dalam kondisi sekarat untuk mencari keberadaan Dasiyah atau Jeng Yah, sosok penting bagi ayahnya di masa lalu.
Cerita di balik series terbaru Netflix, "Gadis Kretek" membawa kita ke dalam dunia tahun 1960-an di industri kretek, yang sangat kuat dipengaruhi oleh norma-norma sosial yang melindungi dominasi laki-laki.
Dalam cerita ini, kita melihat karakter Jeng Yah, diperankan oleh Dian Sastrowardoyo, yang berusaha keras untuk mencapai impian dan kesetaraan dalam industri kretek.
Jeng Yah, yang diperankan oleh Dian Sastrowardoyo, harus berjuang keras melawan norma-norma sosial yang mengharuskan perempuan untuk mengikuti peran yang telah ditentukan.
Industri kretek di era 1960-an adalah dunia yang didominasi oleh laki-laki, dan Jeng Yah harus melawan stereotip yang mengatakan bahwa perempuan tidak seharusnya terlibat dalam bisnis ini.
Dasiyah atau biasa dipanggil Jeng Yah, anak perempuan pertama dari Idrus Muria, menghadapi batasan dalam pekerjaannya meskipun dia ditugaskan sebagai mandor di pabrik kretek.
Ia dilarang memasuki ruangan khusus tempat saus kretek dibuat, dengan alasan bahwa perempuan tidak boleh campur tangan di sana. Ini mencerminkan pandangan bahwa industri kretek pada masa itu didominasi oleh laki-laki, dan perempuan diberi batasan dalam kontribusi mereka.
Jeng Yah sering kali menjadi bahan gunjingan di lingkungannya karena fokus pada pekerjaannya di pabrik kretek. Orang-orang di sekitarnya meragukan keputusannya untuk tidak menikah dan lebih fokus pada pekerjaannya.
Hal ini mencerminkan pandangan patriarki yang mengharapkan perempuan untuk berperan dalam pernikahan dan keluarga, bukan di dunia bisnis.
Meski Jeng Yah adalah karakter yang kuat dan berani, dia masih harus menghadapi kendala dari tradisi dan norma patriarki. Jeng Yah menunjukkan kepada kita bagaimana perempuan pada masa itu sering kali harus menantang norma yang membatasi aktivitas mereka.
Di sisi lain, cerita juga menyoroti karakter Soeraja (Ario Bayu), yang mencintai Jeng Yah. Ini menggarisbawahi pentingnya peran laki-laki dalam cerita ini.
Namun, fakta bahwa kisah Jeng Yah juga harus diceritakan melalui lensa laki-laki mencerminkan sejauh mana pandangan sosial patriarki masih mempengaruhi cerita.
Soeraja adalah karakter laki-laki yang membantu Jeng Yah dalam mengembangkan pabrik kretek dan bahkan membantunya melanggar larangan untuk masuk ke ruangan tempat saus kretek dibuat. Ini mencerminkan cara peran laki-laki dalam cerita dapat mendukung perempuan dalam mengatasi batasan-batasan patriarki.
Meskipun ada hubungan romantis antara Jeng Yah dan Soeraja, keputusan Jeng Yah untuk mengakhiri pertunangan dengan Seno menghadirkan dinamika patriarki.
Pertunangan awalnya disusun untuk kepentingan bisnis oleh orang tua Jeng Yah. Namun, keputusan Jeng Yah untuk memilih Soeraja sebagai pasangannya menunjukkan ketegasannya dalam mengambil kendali atas hidupnya.
Dalam produksi serial ini, aktris Dian Sastrowardoyo merasakan dampaknya secara pribadi. Dia mengorbankan banyak aspek hidupnya untuk memahami karakter Jeng Yah dengan lebih baik.
Hal ini mengingatkan kita pada komitmen yang diperlukan oleh para aktris untuk membawakan karakter perempuan yang hidup dalam masyarakat yang masih dipengaruhi oleh patriarki.
Dalam keseluruhan, series "Gadis Kretek" mencoba menyoroti betapa sulitnya perempuan menghadapi norma patriarki dalam masyarakat yang mengharuskan mereka untuk berperan sesuai ekspektasi yang ada.
Meskipun ada kemajuan dalam perjuangan kesetaraan gender, cerita ini mengingatkan kita bahwa patriarki masih memiliki dampak yang kuat dalam kehidupan perempuan.
Tag
Baca Juga
-
Menapak Jejak Warisan Jokowi Selama Satu Dekade Masa Kepemimpinan
-
Ulasan Film Daisy, Perpaduan Romansa dan Thriller yang Tak Terduga
-
4 Rekomendasi Film Korea Dibintangi Ji Chang Wook, Revolver Teranyar
-
Seru dan Menyentuh! 4 Film Indonesia tentang Keluarga yang Wajib Ditonton
-
Red Velvet Rayakan 10 Tahun Manisnya Nostalgia Lewat Lagu 'Sweet Dreams'
Artikel Terkait
-
Ulasan Novel 'Tari Bumi', Kehidupan Perempuan Bali di Tengah Tekanan Kasta
-
Psikologi Feminisme di Buku Ada Serigala Betina dalam Diri Setiap Perempuan
-
Review Buku 'Waktu untuk Tidak Menikah', Alasan Perempuan Harus Pilih Jalannya Sendiri
-
Beda Pendidikan Ridwan Kamil vs Suswono: Sama-sama Seksis Lewat Ucapan Janda, Panen Kritik Keras
-
Celetukan Ridwan Kamil Soal Janda Tuai Kecaman: Dinilai Lecehkan Perempuan
Ulasan
-
Ulasan Novel Under the Influence Karya Kimberly Brown, Kisah Cinta dan Kesempatan Kedua
-
Ulasan Novel Binding 13, Kisah Cinta yang Perlahan Terungkap
-
Ulasan Novel Merasa Pintar, Bodoh Saja Tak Punya Karya Rusdi Matahari
-
Ulasan Buku Patah Paling Ikhlas, Kumpulan Quotes Menenangkan Saat Galau
-
Tetap Kuat Menjalani Hidup Bersama Buku Menangis Boleh tapi Jangan Menyerah
Terkini
-
3 Drama Korea yang Dibintangi Lim Ji Yeon di Netflix, Terbaru Ada The Tale of Lady Ok
-
Review Ticket to Paradise: Film Hollywood yang Syuting di Bali
-
Shin Tae-yong Panggil Trio Belanda ke AFF Cup 2024, Akankah Klub Pemain Berikan Izin?
-
Sinopsis Film Death Whisperer 2, Aksi Nadech Kugimiya Memburu Roh Jahat
-
Maarten Paes Absen di Piala AFF 2024, Saatnya Cahya Supriadi Unjuk Gigi?